Kampus

“Tante, Disa ke kampus dulu yaa..” pamit Disa saat melihat Meri yang masih terbaring di tempatnya semula.

Ia meraih tangan Meri untuk ia cium dan meminta restu wanita ini dalam hatinya.

“Hem..” hanya itu jawaban Meri.

Disa mengabaikan saja sikap dingin Meri dan memilih untuk berangkat ke kampus.

Dengan sebuah bis Disa bergegas menuju kampusnya. Pagi yang ramai dengan orang-orang yang sama-sama sibuk memulai rutinitasnya, membuat Disa harus berjejalan saat naik bis dan terpaksa berdiri sambil berpegangan pada besi di depannya. Ia memeluk beberapa buku di dadanya. Ia berharap tidak terlambat karena kelas akan segera di mulai.

Seperti biasa, kampus sudah mulai ramai dan anak-anak mulai memenuhi ruangan kelas. Disa duduk di tempat biasa, kursi paling belakang di samping jendela. Ia mulai mengeluarkan buku sketsa yang sudah disiapkannya sejak beberapa hari.

“Lo bikin aksesoris apa?” tanya seorang gadis yang tidak lain adalah Rianti, teman sekampusnya.

“Oh hay ri, gue bikin design gelang.” Tutur Disa seraya menunjukkan sketch book-nya.

“Wah bagus sa,, Materialnya apa?” Rianti melihat dengan seksama design milik Disa.

“Emm... Gue ngebayangin ini terbuat dari biji pandan yang diukir dan dibentuk diamond.” Disa membayangkan biji-bijian tersebut di benaknya.

“Biji pandan?” Rianti tampak penasaran dengan ide unik milik Disa.

“Iyaa... Di beberapa daerah banyak yang menanam pandan dan menjadikannya tikar tapi untuk bijinya jarang diolah. Nah, kalo bisa bikin aksesoris dari biji pandan dan sampe terkenal, akan banyak orang yang mendapatkan keuntungan bukan?” tutur Disa meyakinkan Rianti.

“Heemm... Iya juga sih... Sumber bahannya banyak yaaa...” Sepertinya Rianti mulai menyukai ide Disa.

Disa hanya terangguk seraya tersenyum. Ia kembali menggoreskan pensilnya di atas sketch book untuk merapikan design yang di buatnya.

Memperhatikan Disa yang tampak serius, sepertinya Rianti ingin mengatakan sesuatu. Ia menopang dagunya dengan tangan kanan dan pandangannya tidak lepas dari teman sekelasnya. “O iya sa, gue ngeliat nama lo di papan pengumuman. Kalo gag salah lo di suruh ngehadap dosen kemahasiswaan.” ujarnya dengan ragu.

“Oh ya? Kapan?”

“Kurang tau persis kapan, tapi coba lo liat lagi di papan pengumuman.” Terang Rianti.

Tanpa menunggu lama Disa segera membereskan bukunya dan bergegas menuju ruang dosen kemahasiswaan. Rasanya ia tahu apa yang menyebabkan ia harus menghadap.

****

Saat ini Disa tengah duduk di hadapan dosen pembimbing akademiknya. Ia mendapat surat panggilan untuk ke tiga kalinya karena masalah biaya kuliah. Tangan Disa masih gemetar saat melihat surat yang ditujukan untuknya.

“Disa, saya paham, untuk masalah ekonomi memang cukup berat. Saya juga sudah bantu untuk menjelaskan ke pihak kampus dengan menunjukkan bukti nilai kamu yang sangat baik. Tapi, peraturan tetaplah peraturan. Kamu bisa terancam DO dari sini.” Tutur Hilman, dosen kemahasiswaannya.

Disa memang anak yang cerdas. Ia kerap mendapatkan nilai nyaris sempurna di tiap semesternya selama 2 tahun perkuliahan. Tapi lagi, masalah ekonomi harus membuatnya mengurungkan niatnya untuk lulus dari salah satu universitas unggulan ini.

Disa terangguk paham. Setelah Damar yang terpaksa DO dari kampus, mungkin kali ini gilirannya.

Melihat ekspresi wajah Disa, rasanya Hilman sedikit iba. Disa memang salah satu mahasiswi terbaik. Selain ia memang mumpuni di kelasnya, ia pun sangat jago melukis. Ruang seni kampus banyak memajang lukisan buatannya yang terlihat begitu artistik.

“Disa, boleh saya ngasih saran?” Hilman menatap lekat wajah manis di hadapannya. Disa terangguk seraya mengangkat wajahnya yang sejak tadi tertunduk. “Saya tau ini bukan solusi tapi, bagaimana kalau kamu mengajukan dulu cuti kuliah?”

“Maksud bapak?”

Hilman menghela nafas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. Ia mencondongkan tubuhnya pada Disa dengan suara yang lebih pelan.

“Saat kamu cuti kuliah, kamu di bebaskan dari biaya kuliah yang harus kamu bayar tiap semesternya. Kamu bisa cuti maksimal 2 tahun dan selama itu kamu bisa mengumpulkan biaya kuliah. Jadi saat kamu ingin melanjutkan kembali kuliah kamu, kamu tidak perlu memulainya dari awal lagi. Bagaimana?”

Disa hanya bisa  terpaku seraya menatap sang dosen di hadapannya. Ia masih perlu berpikir dan belum bisa memutuskan. 2 tahun memang waktu yang cukup lama tapi ia tidak bisa menjanjikan dalam 2 tahun ia bisa mengumpulkan biaya untuk kuliah.

“Saya akan memikirkannya pak.” Hanya itu jawaban sementara Disa yang di angguki paham oleh Hilman.

"Kabari saya saat kamu sudah membuat keputusan."

"Baik pak, terima kasih." tandas Disa kemudian.

Disa beranjak dari tempat duduknya, melangkahkan kakinya gontai keluar dari ruangan Hilman. Di tangannya masih ada surat pemberitahuan dari kampus yang entah harus ia apakan. Pikirannya kosong, ia bahkan belum tahu harus seperti apa ia menyampaikan berita ini pada Meri dan tentu saja pada neneknya, Jenar.

"Cucuku calon sarjana, nanti kampung kita akan merasa bangga." Masih teringat jelas di benak Disa saat kalimat penuh kebanggan itu diungkapkan Jenar.

Disa menghela nafasnya dalam, berusaha menghilangkan rasa sesak yang tiba-tiba datang. Tangannya meremas kertas yang ada di tangannya, mungkin ia tidak bisa mewujudkan harapan Jenar.

"Maaf nek,.." gumamnya dengan berat hati. Ia menarik nafasnya dalam dan mengurut dadanya yang terasa ada yang mengganjal.

“Duk!” karena melamun, tanpa sengaja Disa menabrak seorang laki-laki.

“Maaf..”

“Maaf..” ujar keduanya bersamaan.

Disa segera mengusap air matanya dan menengadahkan wajahnya sebelum menatap laki-laki jangkung yang ada di hadapannya.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya laki-laki tersebut saat melihat mata Disa yang masih basah.

Disa hanya terpaku. Laki-laki tampan di hadapannya terasa menyihir matanya untuk tidak berkedip. Seperi ada matahari yang menjadi latar laki-laki dengan tampilan rapi dan klimis ini. Di tangannya ia membawa sebuah buku tebal dengan tas punggung yang terlihat berat. Sungguh menyilaukan mata sendu Disa.

“Kamu tidak apa-apa?” laki-laki tersebut mengulang kalimatnya seraya mengibas-ibaskan tangannya di depan mata Disa.

“Oh iya, saya baik-baik saja.” Sahut Disa yang gelagapan. Laki-laki itu tersenyum tipis, sangat manis dan nyaman di pandang mata.

“Kamu mahasiswi di sini?” tanya laki-laki itu selanjutnya.

Disa mengangguk. “Dan sebentar lagi akan menjadi alumni dengan catatan khusus.” Lirihnya yang tidak begitu terdengar oleh laki-laki tersebut.

“Saya mencari ruang dekan, di sebelah mana ya?”

Kali ini Disa memandangi laki-laki itu lebih seksama. Dari penampilannya sepertinya ia bukan mahasiswa.

“Di lantai 5..” Disa refleks mengacungkan telunjuknya ke atas.

“Okey, terima kasih.” Timpal laki-laki itu seraya tersenyum. Disa hanya mengangguk pelan, matanya masih mengikuti arah langkah laki-laki tersebut hingga menghilang dari pandangannya.

“Cakep banget... Kenapa aku baru liat pas udah mau keluar dari kampus ini?” lirihnya.

Ada raut kecewa di wajah manis Disa. Mengingat penampilan laki-laki tersebut membuat Disa menghadapkan tubuhnya pada kaca jendela di sampingnya. Ia memegang baju yang di pakainya lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar.

“Astaga, kasta kami berbeda. Kamu mikir apa disa...” gumam Disa seraya mengacak rambutnya kesal.

Ya jelas sangat berbeda. Laki-laki tampan yang rapi dan wangi dengan outfit modern dan pasti berharga fantastis dengan dirinya yang hanya mengenakan celana jeans nyaris belel dengan kemeja putih yang mulai berubah warna menjadi warna gading. Sangat jauh bandingannya.

“Sudahlah disa, bukan waktunya untuk memikirkan khayalan menjadi cinderela.” Gumamnya seraya berlalu pergi meninggalkan bangunan kampus yang mungkin akan menjadi tempat ia memulai sekaligus mengubur semua mimpinya.

****

Meninggalkan bangunan megah kampusnya, Disa pergi ke tempat peminjaman buku di dekat kampus. Ia bahkan tidak lagi menemui Rianti teman kuliahnya untuk sekedar berpamitan. Tugas terakhirnya sebagai mahasiswi ia serahkan langsung ke dosennya sebagai bentuk perpisahan. Mungkin benar, ia harus mulai mengakhiri mimpinya.

“Selamat siang pak, saya mau mengembalikan buku.” Sapa Disa pada seorang laki-laki paruh baya yang tengah menjaga toko bukunya. Laki-laki itu biasa di sapa Pak Hamid.

“Oh nak Disa, udah selesai bacanya?” ia mulai mencari nomor pelanggan Disa di komputer jadulnya.

“Sudah pak.” Disa mengembalikan kelima buku yang dua minggu lalu di pinjamnya. “Berapa pak? Buku yang ini saya telat 3 hari pengembaliannya.” Disa menunjukkan buku fashion “How to Be Parisian Wherever You Are: Love, Style, and Bad Habits” karya tangan - Anne Berest.

“Oh gag pa-pa, kamu pelanggan tetap toko ini jadi gag saya kenakan denda.” Ungkap Hamid dengan senyum lebarnya. “Oh iya, saya ada buku baru. Ini dikirim sama anak saya yang kerja di luar negri.”

Hamid tampak mengambil buku yang masih berada di dalam kardus.

“Nih buku barunya, The Little Dictionary of Fashion: A Guide to Dress Sense for Every Woman karya Christian Dior. Kamu pasti suka.” Hamid menyerahkan buku berhard cover warna abu tersebut pada Disa.

“Wah ini buku bagus pak...” Mata Disa terlihat berbinar-binar.

Tentu saja Christian Dior adalah salah satu fashion designer favorit Disa. Karena banyak membaca tentang tokoh inilah Disa mulai memiliki mimpi sebagai fashion designer di samping kecintaannya pada melukis.

“Ya udah, kamu baca dulu sambil menunggu hujan reda.” Timpal Hamid.

Disa menoleh ke belakang, benar saja, beberapa saat lalu hujan mulai turun. Untuk beberapa saat Disa memandangi butiran air yang turun semakin deras. Sepertinya ia memang tidak bisa pulang cepat. “Ya udah, saya pinjam dulu pak. Nanti bayarnya sekalian.” Sahutnya.

Hamid hanya mengangguk sebagai respon.

Disa memilih tempat di pinggir kaca jendela untuk membaca buku di tangannya. Tidak jauh dari tempatnya juga ada beberapa orang yang juga asyik membaca berbagai buku ataupun komik. Disa memesan minuman hangat untuk menemaninya menghabiskan waktu.

“Eh, nak reza... Ayo masuk nak..” sambut Hamid beberapa saat setelah suara ketukan di kaca jendela berbunyi.

Seorang laki-laki masuk dan membuat riuh suasana karena bisik-bisik para gadis.

“Apa kabar pak? Lama gag ketemu.” Laki-laki bernama Reza itu menjabat tangan Hamid kemudian menciumnya dengan sopan.

“Iya lama gag ketemu, ayo kita ngobrol di sana.” Hamid mengajak Reza masuk ke salah satu ruangan yang sepertinya ruang tamu rumah sekaligus toko Hamid. Mereka menghilang di balik tembok ruangan tersebut.

“Itu kayaknya mahreza adji, sang pianist itu kan?” bisik salah satu wanita pada rekannya.

“Iya, kabarnya dia akan mengajar di fakultas seni. Waahh seneng banget dong yaa anak seni dapet dosen ganteng level malaikat gitu.” Ungkap  gadis satunya. Mereka terkekeh lirih seraya menyembunyikan wajahnya di balik buku.

Disa hanya melirik kedua gadis tersebut saat Disa mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, tidak terlihat laki-laki tampan mana pun. Ia kembali fokus pada bukunya.

****

 

 

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

huhhhhhh
Semangat,Disa!!!!!

2023-01-29

0

Sumiati Somad

Sumiati Somad

lanjut

2021-07-24

1

Dila

Dila

sedih sekalo kisah hdup disa, aku sampe nangis

2021-06-21

0

lihat semua
Episodes
1 Winnie the pooh
2 Cicitan burung
3 Kampus
4 Payung
5 Mobil mewah
6 Astaga Disa!!!
7 Cewek galak dan Liar
8 Pagar tinggi
9 Jenar
10 kak damar
11 Tugas baru
12 Pasar
13 Galeri
14 Rumah tuan muda
15 Rumah lama rasa baru
16 Sendok emas
17 Tanpa apresiasi
18 Pesan tuan muda
19 Sarapan bubur
20 Ayam tepung
21 Malam Minggu
22 Kenapa harus dia?
23 Kantor polisi
24 Pertengkaran keluarga
25 Anak kambing baru lahir
26 Mini dress warna peach
27 Biksu
28 Appetizer, main course sama dessert
29 I've been married
30 Who are they?
31 Permisi
32 Meet up
33 CCTV Hidup
34 Princes
35 Best friend forever and ever
36 Tekanan mental
37 jam 6
38 Menginap
39 YA SAYA!!!
40 Ira dan Tantri
41 Kesepian
42 Sarapan bersama
43 Kejadian tidak terduga
44 Trauma di masa lalu
45 Libur tlah Tiba
46 Berkunjung ke galery seni
47 Kak reza
48 Kunjungan tidak diharapkan
49 Lomba Desain untuk pemula
50 3 Pesan
51 Hari yang baik
52 Tuan Marcel
53 Memikirkan wanita yang sama
54 Cita-cita kita
55 Tempat tujuan kita sama
56 Pantai Part 1
57 Pantai Part 2
58 Menambahkan daftar teman
59 Ikut Ke Pasar
60 Rumah sakit
61 Mengurus dan menjaga tuan muda
62 Ganti perban saya
63 Apa yang dia rasakan?
64 Tamu di pagi hari
65 Prioritas
66 Tersisih
67 Tidak karuan
68 Masuk ke dalam lorong yang gelap
69 Makan siang rasa tak biasa
70 Andai saja bisa jujur sekarang
71 Selamat bersenang-senang.
72 Saat terbangun di suatu pagi
73 Nyusul
74 Hadiah atau pengganti?
75 Berbau
76 Makan siang bersama sang model
77 Kesedihan Kean
78 Mural untuk tuan muda
79 Batas keberanian
80 Berpose
81 Anak bunda yang baik
82 Tamu tidak di undang
83 Cue ball
84 Dasar Damong!
85 Relationshit!
86 Alunan emosi
87 Yang di nanti
88 My Lady
89 Saling menguatkan
90 Negosiasi
91 Cerita di masa lalu
92 Saat dia menghampiriku
93 Semut-semut merah
94 Putri selir
95 Tangis dan tawa
96 Bullying
97 Doktrin paradisa
98 Menarik batas
99 We know you are strong!!!
100 Bunda,
101 Nama panggilan
102 Transaksi kewajiban
103 Nyaris tenggelam dalam arus
104 Olah raga bersama
105 Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106 Permohonan seorang anak
107 Bahagia yang menular
108 Kondangan
109 Sang pewaris
110 Manipulasi pikiran
111 Mannequin koran
112 Kompromi
113 Mengukur tubuh
114 Harus memilih
115 Berdansa
116 Berusaha terlihat layak
117 Apa yang dia pikirkan?
118 Jangan terlalu baik
119 Peringatan
120 Aku hanya tau, aku harus pulang
121 "Aku menyesal."
122 Sim salabim
123 Maaf
124 Strawberrynya sampai ke hati
125 Tatapan maut
126 Terpeluk
127 Terjebak dalam labirin
128 Menghadapi Tuan besar
129 Kecanggungan
130 Selamat malam keluarga singa
131 I like monday as much as i like you
132 Deringan telpon di waktu yang tepat
133 Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134 Pesan bi Imas
135 Overall kebesaran
136 Panggilan penting
137 Sebagai damong terhadap sandhy
138 Negosiasi baru
139 Meski harus mengambil resiko
140 Penolakan
141 Hadiah berkesan
142 Kejutan pagi
143 Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144 Usaha meyakinkan lawan
145 Man to man
146 Introgasi mamah
147 Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148 Menghadapi rasa takut
149 Mirror
150 Pagi yang gamang
151 Kemalangan yang bersamaan
152 Saat harus melangkah pergi
153 Malam yang berat
154 Ikhlas tersulit
155 Kosong
156 Mengatur strategi permainan
157 Dreamsketch
158 Percaya pada kemampuan
159 Psyche?
160 Semakin merindukanmu
161 Cangkir penyemangat
162 Karya dan sumber inspirasi
163 Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164 Rasa bersalah
165 Kesendirian
166 Tentang masa lalu
167 Andai bisa abai...
168 Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169 Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170 Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171 Rencana tidak terduga
172 Saat wanita harus membuat keputusan
173 Pesan penting tante Mery
174 Kebaikan yang berlebihan
175 Tuan muda VS Pecel
176 Perasaan yang masih sama
177 Sayap sang model
178 Usaha tidak mengkhianati hasil
179 Yang akan menikah siapa?
180 Psyche and Cupid
181 Cemburu tapi gengsi
182 Ajakan tiba-tiba
183 Siluete membawa emosi
184 Dua kesalahan
185 Aa dan teteh
186 Bertemu tuan besar
187 Tidak perlu berharap
188 Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189 Jangan membuatku menunggu
190 Sedikit melemah
191 Paginya pengantin baru
192 Sarapan untuk suami
193 Hadiah dari mamah
194 Nasep Familly
195 Rasa sesal
196 Serba baru
197 Yogyakarta
198 Sebuah kisah
199 Danau part 1
200 Danau Part 2
201 Yang tertunda
202 Memulai yang sudah lama harus dimulai
203 Gangguan pagi-pagi
204 Pesan dari tante Liana
205 Bapak Kean
206 Membuat pilihan
207 Kesempatan lain
208 CD
209 Kekecewaan yang lebih
210 Bisakah egois sekali lagi?
211 Akupun bisa merasakan sakit
212 Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213 Mengembalikan kepercayaan
214 Benarkah sumpah itu?
215 Semuanya hanya berusaha
216 Mempertahankan hubungan
217 Pukulan serius
218 Tidak hanya senang tapi tenang
219 Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220 Malam yang indah untuk di lewati bersama
221 Sarapan Roti Crispy
222 Ajakan Clara
223 Kejutan tuan muda
224 Nasi padang kenyal
225 Melukis mimpi bersama clara
226 Sambutan untuk sebuah kepulangan
227 Tidak ingin lagi ditinggalkan
228 Menikmati waktu bersama
229 Kericuhan duo Hardjoyo
230 Dear dady,
231 Time flies
232 Menjelang fashion show
233 Belum siap kehilangan
234 Sendirian
235 Jangan selalu merasa baik-baik saja
236 Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237 Peragaan busana
238 Perkara nama
239 Langkah baru
240 Ketika kita di masa itu,
241 Fit and proper test
242 Bisakah hubungan ini bertahan
243 Permintaan maaf
244 Melewati malam penuh pertanyaan
245 One step closer
246 Kejutan dari sahabat
247 Menyelesaikan kesalahpahaman
248 “With love, Paradisa Sandhya.”
249 Sayonara
250 Otor menyapaaaa
251 Comming up gais!!!
252 Kecemasan seorang anak
253 Menjadi Dia
254 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 254 Episodes

1
Winnie the pooh
2
Cicitan burung
3
Kampus
4
Payung
5
Mobil mewah
6
Astaga Disa!!!
7
Cewek galak dan Liar
8
Pagar tinggi
9
Jenar
10
kak damar
11
Tugas baru
12
Pasar
13
Galeri
14
Rumah tuan muda
15
Rumah lama rasa baru
16
Sendok emas
17
Tanpa apresiasi
18
Pesan tuan muda
19
Sarapan bubur
20
Ayam tepung
21
Malam Minggu
22
Kenapa harus dia?
23
Kantor polisi
24
Pertengkaran keluarga
25
Anak kambing baru lahir
26
Mini dress warna peach
27
Biksu
28
Appetizer, main course sama dessert
29
I've been married
30
Who are they?
31
Permisi
32
Meet up
33
CCTV Hidup
34
Princes
35
Best friend forever and ever
36
Tekanan mental
37
jam 6
38
Menginap
39
YA SAYA!!!
40
Ira dan Tantri
41
Kesepian
42
Sarapan bersama
43
Kejadian tidak terduga
44
Trauma di masa lalu
45
Libur tlah Tiba
46
Berkunjung ke galery seni
47
Kak reza
48
Kunjungan tidak diharapkan
49
Lomba Desain untuk pemula
50
3 Pesan
51
Hari yang baik
52
Tuan Marcel
53
Memikirkan wanita yang sama
54
Cita-cita kita
55
Tempat tujuan kita sama
56
Pantai Part 1
57
Pantai Part 2
58
Menambahkan daftar teman
59
Ikut Ke Pasar
60
Rumah sakit
61
Mengurus dan menjaga tuan muda
62
Ganti perban saya
63
Apa yang dia rasakan?
64
Tamu di pagi hari
65
Prioritas
66
Tersisih
67
Tidak karuan
68
Masuk ke dalam lorong yang gelap
69
Makan siang rasa tak biasa
70
Andai saja bisa jujur sekarang
71
Selamat bersenang-senang.
72
Saat terbangun di suatu pagi
73
Nyusul
74
Hadiah atau pengganti?
75
Berbau
76
Makan siang bersama sang model
77
Kesedihan Kean
78
Mural untuk tuan muda
79
Batas keberanian
80
Berpose
81
Anak bunda yang baik
82
Tamu tidak di undang
83
Cue ball
84
Dasar Damong!
85
Relationshit!
86
Alunan emosi
87
Yang di nanti
88
My Lady
89
Saling menguatkan
90
Negosiasi
91
Cerita di masa lalu
92
Saat dia menghampiriku
93
Semut-semut merah
94
Putri selir
95
Tangis dan tawa
96
Bullying
97
Doktrin paradisa
98
Menarik batas
99
We know you are strong!!!
100
Bunda,
101
Nama panggilan
102
Transaksi kewajiban
103
Nyaris tenggelam dalam arus
104
Olah raga bersama
105
Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106
Permohonan seorang anak
107
Bahagia yang menular
108
Kondangan
109
Sang pewaris
110
Manipulasi pikiran
111
Mannequin koran
112
Kompromi
113
Mengukur tubuh
114
Harus memilih
115
Berdansa
116
Berusaha terlihat layak
117
Apa yang dia pikirkan?
118
Jangan terlalu baik
119
Peringatan
120
Aku hanya tau, aku harus pulang
121
"Aku menyesal."
122
Sim salabim
123
Maaf
124
Strawberrynya sampai ke hati
125
Tatapan maut
126
Terpeluk
127
Terjebak dalam labirin
128
Menghadapi Tuan besar
129
Kecanggungan
130
Selamat malam keluarga singa
131
I like monday as much as i like you
132
Deringan telpon di waktu yang tepat
133
Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134
Pesan bi Imas
135
Overall kebesaran
136
Panggilan penting
137
Sebagai damong terhadap sandhy
138
Negosiasi baru
139
Meski harus mengambil resiko
140
Penolakan
141
Hadiah berkesan
142
Kejutan pagi
143
Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144
Usaha meyakinkan lawan
145
Man to man
146
Introgasi mamah
147
Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148
Menghadapi rasa takut
149
Mirror
150
Pagi yang gamang
151
Kemalangan yang bersamaan
152
Saat harus melangkah pergi
153
Malam yang berat
154
Ikhlas tersulit
155
Kosong
156
Mengatur strategi permainan
157
Dreamsketch
158
Percaya pada kemampuan
159
Psyche?
160
Semakin merindukanmu
161
Cangkir penyemangat
162
Karya dan sumber inspirasi
163
Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164
Rasa bersalah
165
Kesendirian
166
Tentang masa lalu
167
Andai bisa abai...
168
Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169
Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170
Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171
Rencana tidak terduga
172
Saat wanita harus membuat keputusan
173
Pesan penting tante Mery
174
Kebaikan yang berlebihan
175
Tuan muda VS Pecel
176
Perasaan yang masih sama
177
Sayap sang model
178
Usaha tidak mengkhianati hasil
179
Yang akan menikah siapa?
180
Psyche and Cupid
181
Cemburu tapi gengsi
182
Ajakan tiba-tiba
183
Siluete membawa emosi
184
Dua kesalahan
185
Aa dan teteh
186
Bertemu tuan besar
187
Tidak perlu berharap
188
Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189
Jangan membuatku menunggu
190
Sedikit melemah
191
Paginya pengantin baru
192
Sarapan untuk suami
193
Hadiah dari mamah
194
Nasep Familly
195
Rasa sesal
196
Serba baru
197
Yogyakarta
198
Sebuah kisah
199
Danau part 1
200
Danau Part 2
201
Yang tertunda
202
Memulai yang sudah lama harus dimulai
203
Gangguan pagi-pagi
204
Pesan dari tante Liana
205
Bapak Kean
206
Membuat pilihan
207
Kesempatan lain
208
CD
209
Kekecewaan yang lebih
210
Bisakah egois sekali lagi?
211
Akupun bisa merasakan sakit
212
Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213
Mengembalikan kepercayaan
214
Benarkah sumpah itu?
215
Semuanya hanya berusaha
216
Mempertahankan hubungan
217
Pukulan serius
218
Tidak hanya senang tapi tenang
219
Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220
Malam yang indah untuk di lewati bersama
221
Sarapan Roti Crispy
222
Ajakan Clara
223
Kejutan tuan muda
224
Nasi padang kenyal
225
Melukis mimpi bersama clara
226
Sambutan untuk sebuah kepulangan
227
Tidak ingin lagi ditinggalkan
228
Menikmati waktu bersama
229
Kericuhan duo Hardjoyo
230
Dear dady,
231
Time flies
232
Menjelang fashion show
233
Belum siap kehilangan
234
Sendirian
235
Jangan selalu merasa baik-baik saja
236
Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237
Peragaan busana
238
Perkara nama
239
Langkah baru
240
Ketika kita di masa itu,
241
Fit and proper test
242
Bisakah hubungan ini bertahan
243
Permintaan maaf
244
Melewati malam penuh pertanyaan
245
One step closer
246
Kejutan dari sahabat
247
Menyelesaikan kesalahpahaman
248
“With love, Paradisa Sandhya.”
249
Sayonara
250
Otor menyapaaaa
251
Comming up gais!!!
252
Kecemasan seorang anak
253
Menjadi Dia
254
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!