Cicitan burung

Kemarahan Kean masih belum hilang saat ia masuk ke dalam mobilnya. Tangis wanita itu benar-benar mengganggu pikirannya. Sudah sering kali ia mendengar wanita menangis karena cintanya ia tolak tapi tidak pernah sedalam dan semenyakitkan yang beberapa saat lalu ia dengar.

Saat tangis itu terdengar, baru sekitar 10 menit ia bisa memejamkan mata dan mengendalikan pikirannya yang berantakan. Percayalah, tidak hanya gadis itu yang memiliki masalah dan ingin menangis.

“Shhiittt!!! Kepala gue sakit banget lagi!” gerutu Kean seraya mengacak rambutnya yang sudah tidak beraturan.

Sisa-sisa pomade yang mengatur tatanan rambut rapinya kini sudah hilang dan membuat rambutnya tegak berdiri siap meledakkan balon kapan saja. Wajah sudah tidak karuan, tidak lagi terlihat wajah tampan khas pria asia yang selalu membuat para gadis terpesona dan berteriak histeris. Terlalu kuat ekspresi dingin yang terlihat di wajahnya.

Tubuh tegap dan jangkungnya melengkung tengkurap dengan setir mobil sport-nya sebagai sandaran. Ia membentur-benturkan kepalanya ke stir tapi rasa pusingnya tidak kunjung hilang.

Berkali-kali hembusan nafas kasar tersengar dari sela bibirnya yang berisi. Ia menatap jalanan sepi dengan pencahayaan minim yang ada di hadapannya. Sudah jam 2 dini hari dan tidur selama 10 menit saja begitu sulit bagi Kean.

Begitulah Kean, di siang hari ia bekerja seperti orang gila walau tidak di apresiasi dan di malam hari ia berkeliling mencari kesibukan atau tempat yang sekiranya bisa membuat ia terlelap dan melupakan semua masalahnya.

Penyakit Claustrophobia telah benar-benar menyiksanya. Bahkan di dalam rumahnya sendiri ia tidak bisa merasakan ketenangan. Hanya rasa pengap dan sesak yang selalu menyiksanya.

Mesin mobil produksi itali milik Kean kembali menyala. Ia mulai melajukan mobilnya perlahan menyusuri garis pantai yang tadi ramai pengunjung. Jika biasanya ia memacu kendaraannya di atas kecepatan 100 km/jam, kali ini mungkin hanya 20 km/jam. Jendela dan atap mobilnya pun ia biarkan terbuka. Rasanya ini lebih baik dari pada merasa terkurung sendirian.

Banyak hal yang berkecambuk dalam pikiran Kean , tidak hanya masalah phobianya tapi juga masalah kehidupannya.

“Sebagai anak laki-laki, kamu harus memiliki rasa tanggung jawab dalam diri kamu. Apa pun yang kamu lakukan, bertanggung jawab adalah hal utama yang harus dilakukan seorang laki-laki. Jangan lari atau kabur atas perbuatan dan tindakan kamu sendiri.” Kalimat itu terus terngiang di telinga Kean sejak siang tadi.

Adalah Sigit Hardjoyo yang menyampaikan kalimat itu dengan tatapan tajam dan penuh kekecewaan. Baru 2 bulan ia pulang untuk meneruskan salah satu anak perusahaan sang ayah. Namun bukannya membuatnya semakin baik, Kean malah membuat perusahaan rugi hingga milyaran rupiah. Sejarah terkelam perusahaan, ia sendiri yang membuatnya.

Dunia bisnis memang tidak selamanya mulus, banyak kerikil tajam dan batu sandungan yang di hadapi. Namun kondisi terendah seperti ini tidak pernah terbayang dalam pikiran Kean. Kean yang terbiasa bermain-main dan menikmati kekayaan orang tuanya, kali ini diberi tanggung jawab besar oleh ayahnya. Menghamburkan uang sebagai pelampiasan kemarahan dan rasa sepinya, menjadi satu-satunya yang ia lakukan.

Kepulangannya ke Indonesia adalah bentuk paksaan dari orang tuanya. Sang pewaris yang di gadang-gadangkan ayahnya namun di balik itu ia hanya boneka yang tidak memiliki hak untuk berkeinginan apa lagi mengikuti kata hatinya. Ia bahkan bingung, apa yang ia inginkan. Terlalu banyak penentangan dan pergolakan dalam hati dan pikirannya.

Satu kesalahan telah membuatnya jatuh ke lubang terdalam dan nyaris kehilangan kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya. Untuk alasan itulah ia memerlukan waktu untuk menyegarkan pikirannya. Memikirkan setiap cacian dan tatapan kecewa dari orang-orang yang berada di bawahnya. Tidak kompeten, mungkin itu 2 kata yang cocok di sandingkan dengan dirinya.

Kean masih terus melajukan mobilnya membelah jalanan sepi. Entah ke mana tujuannya, yang jelas ia sedang tidak ingin pulang.

*****

“Krieett...” Disa memutar handle pintu perlahan dan mendorongnya untuk membuka daun pintu yang berat dan kerap berbunyi nyaring saat di buka.

Rumah masih tampak sepi, belum terlihat Meri yang berjibaku mengolah makanan untuk ia jual di siang hari. Disa segera menuju kamarnya yang hanya cukup untuk tempat tidur nomor 3, kamar mandi 1x1 meter dan sebuah lemari yang berdampingan dengan meja rias. Tidak ada jarak yang jauh antara tempat tidur dengan mulut kamarnya. Hingga ia bisa langsung menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur begitu sampai di mulut pintu.

“Huft, cape banget...” Disa membaringkan tubuhnya terlentang di atas tempat tidur. Penampilannya yang tidak karuan dan bau matahari sudah tidak ia hiraukan lagi. Ia hanya ingin memejamkan mata dan mengistirahatkan sejenak tubuhnya.

Disa mengangkat kedua kakinya dan menyandarkannya di dinding kamar. Ia memandang sepasang kaki yang terlihat bengkak di bagian punggung kakinya. Terang saja selama lebih dari 12 jam ia berdiri di tambah harus mengayuh sepeda bolak-balik untuk bekerja tentu membuat betisnya ikut berkedut ngilu.

Atas keibuan, bawah kesebelasan, sepertinya sindiran itu memang cocok disematkan padanya.

Disa menatap kedua kakinya lalu memijatnya perlahan. Ia masih bersyukur memiliki sepasang kaki yang kuat. “Kaki, terima kasih sudah berusaha sangat kuat. Walau kita mendapatkan hasil yang sedikit tapi kita sama-sama tidak menyerah.” Ungkap Disa. Kali ini pandangannya beralih pada kedua tangannya. “Tangan, terima kasih sudah berusaha sangat kuat. Walau kita kesulitan, kita tidak pernah menengadah untuk meminta sesuatu yang bukan hak kita.” lanjutnya Disa seraya membunyikan satu per satu jarinya yang terasa pegal.

Terdengar helaan nafas dalam dari mulut Disa yang perlahan memejamkan matanya dan terlelap dalam tidurnya yang singkat. Ya, tidur singkat sebelum Meri kembali membangunkannya yang menyuruhnya membantu menyiapkan barang dagangan.

*****

Cicitan burung terdengar jelas di telinga Disa memaksanya untuk membuka mata. Dengan daun mata yang baru terbuka setengahnya, ia bisa melihat cahaya matahari yang sudah terang menerobos tirai kamarnya.

“Astaga! Kelewat subuh!” seru Disa yang sadar ia sudah kesiangan. Ia segara bangun namun dalam beberapa saat terdengar ia mengaduh. “Adduuhh kesemutan lagii..” Ia merasakan kakinya yang sebagian kesemutan dan sebagian lagi kebas.

Rupanya karena terlalu lelah dan tertidur pulas ia lupa menurunkan kakinya yang menempelkan ke dinding. Untuk beberapa saat Disa hanya bisa berguling-guling di atas tempat tidurnya seraya menunggu rasa kesemutan dan kebasnya hilang.

Sudah jam 8 pagi dan Disa belum bersiap apa pun. Ia segera masuk ke kamar mandi dan melakukan ritual mandi cepatnya. Ada yang aneh dengan hari ini, Meri tidak meneriakinya ataupun menggedor pintu kamarnya. Entah karena Disa terlalu lelap sehingga tidak mendengar atau karena alasan lain. Setelah memakai bajunya, Disa segera menghampiri Meri yang pasti sudah ada di dapur.

Disa keluar kamarnya dengan berjinjit. Ia celingukan mencari seseorang di dapur, tapi sepertinya Meri tidak ada di sana. Di lihatnya meja makan yang hanya ada nasi kering dan sebungkus kerupuk serta sambal, menu biasanya yang tersaji setiap hari.

“Mana lapar, gag punya uang lagi.” Gumam Disa seraya mengusap perutnya yang keroncongan.

Terdengar suara televisi yang menyala di ruang tamu sekaligus ruang keluarga. Barang yang dilarang untuk dinyalakan karena menghabiskan banyak listrik itu kali ini terdengar begitu heboh. Suara tawa bersahutan yang sepertinya suara para artis membawakan acara musik. Disa memberanikan diri untuk mengintip.

Dari balik dinding Disa mengintip dan tampak Meri yang sedang terbaring di sofa dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Disa segera mendekat.

“Tante sakit?” tanya Disa dengan ragu.

“Kamu pikir tante sedang malas-malasan.” Selalu, ketus adalah bagian tidak terpisahkan dari Meri.

Disa hanya membulatkan bibirnya membentuk huruf O tanpa suara. Ia duduk di dekat ujung kaki Meri yang menggunakan kaos kaki sementara di pelipis kiri dan kanannya di tempeli koyo cabe.

“Kita gag jualan hari ini tan?” Disa menoleh etalase di depan rumahnya yang tampak kosong.

“Mau jualan gimana, ada anak perempuan tapi jam segini baru bangun.” Timpal Meri dengan lirikan tajam.

“Maaf tante, disa kesiangan.” Lirihnya seraya meraih kaki Meri untuk ia pijat.

“Kamu dari mana semalem, tengah malem belum pulang! Mau sok-sok-an ngerayain ulang tahun di ancol?” sinis Meri tanpa menoleh Disa.

“Em, nggak tante. Semalem Disa kerja.” Lirihnya dengan cepat. Terdengar hembusan nafas kasar dari mulut Meri saat mendengar jawaban Disa.

“Jangan alesan! Kalo kerja ya harus ada hasilnya.” Sindir Meri yang kembali fokus menatap layar televisinya dan mengganti chanel untuk mencari acara gosip favoritnya.

Ingin rasanya Disa mengatakan kalau kakak sepupunya lah yang mengambil uangnya tapi ia urungkan, ia tidak mau menambah beban pikiran Meri.

Selama ini Meri sudah sangat bekerja keras. Baginya Damar adalah putra kesayangannya yang sangat ia banggakan. Jika sekarang Disa menceritakan kelakukan Damar selama ini, tentu ia akan sangat sedih.

Dulu kondisi ekonomi keluarga Meri tidak sesulit sekarang. Mereka memiliki kehidupan yang cukup karena Sugih, mendiang om Disa, bekerja di sebuah perusahaan yang cukup bonafit. Namun sepeninggal Sugih 2 tahun lalu, keadaan ekonomi keluarga ini mulai terpuruk.

Meri bekerja dengan menjual masakan dan kue-kue kecil, sementara Damar bekerja di salah satu bengkel dekat rumah mereka. Kuliah Damar harus terhenti karena mereka tidak sanggup untuk membayar biaya kuliahnya. Saat ini sudah cukup beruntung bagi Disa, Meri masih mau merawatnya. Padahal sepeninggal Sugih, mereka tentu sudah bukan siapa-siapa lagi.

Jadi, seketus dan sekasar apa pun Meri saat ini, Disa masih bisa bersyukur ada rumah tempat ia pulang dan masih ada orang-orang yang bisa ia anggap sebagai keluarga. Berdo'a saja semoga suatu saat hati Meri melunak.

*****

 

 

Terpopuler

Comments

Cahya Zanara

Cahya Zanara

aku baru nemu novel ini... sampai bab ini aku udah ngerasa ketagihan dengan ceritanya.. penulisannya juga rapih.. enak banget dibaca.. moga aja jalan ceritanya sesuai harapanku..
oke aku lanjut baca lagi deh thor.. 😊😊

2021-11-24

0

Moonlight

Moonlight

sejauh ini q baca bagus ni kata ma kalimat y alur y jg gx neko" kerennnn

2021-11-15

0

Ida Ardiansyah

Ida Ardiansyah

sama aku jugaaa.....

2021-11-07

0

lihat semua
Episodes
1 Winnie the pooh
2 Cicitan burung
3 Kampus
4 Payung
5 Mobil mewah
6 Astaga Disa!!!
7 Cewek galak dan Liar
8 Pagar tinggi
9 Jenar
10 kak damar
11 Tugas baru
12 Pasar
13 Galeri
14 Rumah tuan muda
15 Rumah lama rasa baru
16 Sendok emas
17 Tanpa apresiasi
18 Pesan tuan muda
19 Sarapan bubur
20 Ayam tepung
21 Malam Minggu
22 Kenapa harus dia?
23 Kantor polisi
24 Pertengkaran keluarga
25 Anak kambing baru lahir
26 Mini dress warna peach
27 Biksu
28 Appetizer, main course sama dessert
29 I've been married
30 Who are they?
31 Permisi
32 Meet up
33 CCTV Hidup
34 Princes
35 Best friend forever and ever
36 Tekanan mental
37 jam 6
38 Menginap
39 YA SAYA!!!
40 Ira dan Tantri
41 Kesepian
42 Sarapan bersama
43 Kejadian tidak terduga
44 Trauma di masa lalu
45 Libur tlah Tiba
46 Berkunjung ke galery seni
47 Kak reza
48 Kunjungan tidak diharapkan
49 Lomba Desain untuk pemula
50 3 Pesan
51 Hari yang baik
52 Tuan Marcel
53 Memikirkan wanita yang sama
54 Cita-cita kita
55 Tempat tujuan kita sama
56 Pantai Part 1
57 Pantai Part 2
58 Menambahkan daftar teman
59 Ikut Ke Pasar
60 Rumah sakit
61 Mengurus dan menjaga tuan muda
62 Ganti perban saya
63 Apa yang dia rasakan?
64 Tamu di pagi hari
65 Prioritas
66 Tersisih
67 Tidak karuan
68 Masuk ke dalam lorong yang gelap
69 Makan siang rasa tak biasa
70 Andai saja bisa jujur sekarang
71 Selamat bersenang-senang.
72 Saat terbangun di suatu pagi
73 Nyusul
74 Hadiah atau pengganti?
75 Berbau
76 Makan siang bersama sang model
77 Kesedihan Kean
78 Mural untuk tuan muda
79 Batas keberanian
80 Berpose
81 Anak bunda yang baik
82 Tamu tidak di undang
83 Cue ball
84 Dasar Damong!
85 Relationshit!
86 Alunan emosi
87 Yang di nanti
88 My Lady
89 Saling menguatkan
90 Negosiasi
91 Cerita di masa lalu
92 Saat dia menghampiriku
93 Semut-semut merah
94 Putri selir
95 Tangis dan tawa
96 Bullying
97 Doktrin paradisa
98 Menarik batas
99 We know you are strong!!!
100 Bunda,
101 Nama panggilan
102 Transaksi kewajiban
103 Nyaris tenggelam dalam arus
104 Olah raga bersama
105 Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106 Permohonan seorang anak
107 Bahagia yang menular
108 Kondangan
109 Sang pewaris
110 Manipulasi pikiran
111 Mannequin koran
112 Kompromi
113 Mengukur tubuh
114 Harus memilih
115 Berdansa
116 Berusaha terlihat layak
117 Apa yang dia pikirkan?
118 Jangan terlalu baik
119 Peringatan
120 Aku hanya tau, aku harus pulang
121 "Aku menyesal."
122 Sim salabim
123 Maaf
124 Strawberrynya sampai ke hati
125 Tatapan maut
126 Terpeluk
127 Terjebak dalam labirin
128 Menghadapi Tuan besar
129 Kecanggungan
130 Selamat malam keluarga singa
131 I like monday as much as i like you
132 Deringan telpon di waktu yang tepat
133 Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134 Pesan bi Imas
135 Overall kebesaran
136 Panggilan penting
137 Sebagai damong terhadap sandhy
138 Negosiasi baru
139 Meski harus mengambil resiko
140 Penolakan
141 Hadiah berkesan
142 Kejutan pagi
143 Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144 Usaha meyakinkan lawan
145 Man to man
146 Introgasi mamah
147 Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148 Menghadapi rasa takut
149 Mirror
150 Pagi yang gamang
151 Kemalangan yang bersamaan
152 Saat harus melangkah pergi
153 Malam yang berat
154 Ikhlas tersulit
155 Kosong
156 Mengatur strategi permainan
157 Dreamsketch
158 Percaya pada kemampuan
159 Psyche?
160 Semakin merindukanmu
161 Cangkir penyemangat
162 Karya dan sumber inspirasi
163 Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164 Rasa bersalah
165 Kesendirian
166 Tentang masa lalu
167 Andai bisa abai...
168 Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169 Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170 Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171 Rencana tidak terduga
172 Saat wanita harus membuat keputusan
173 Pesan penting tante Mery
174 Kebaikan yang berlebihan
175 Tuan muda VS Pecel
176 Perasaan yang masih sama
177 Sayap sang model
178 Usaha tidak mengkhianati hasil
179 Yang akan menikah siapa?
180 Psyche and Cupid
181 Cemburu tapi gengsi
182 Ajakan tiba-tiba
183 Siluete membawa emosi
184 Dua kesalahan
185 Aa dan teteh
186 Bertemu tuan besar
187 Tidak perlu berharap
188 Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189 Jangan membuatku menunggu
190 Sedikit melemah
191 Paginya pengantin baru
192 Sarapan untuk suami
193 Hadiah dari mamah
194 Nasep Familly
195 Rasa sesal
196 Serba baru
197 Yogyakarta
198 Sebuah kisah
199 Danau part 1
200 Danau Part 2
201 Yang tertunda
202 Memulai yang sudah lama harus dimulai
203 Gangguan pagi-pagi
204 Pesan dari tante Liana
205 Bapak Kean
206 Membuat pilihan
207 Kesempatan lain
208 CD
209 Kekecewaan yang lebih
210 Bisakah egois sekali lagi?
211 Akupun bisa merasakan sakit
212 Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213 Mengembalikan kepercayaan
214 Benarkah sumpah itu?
215 Semuanya hanya berusaha
216 Mempertahankan hubungan
217 Pukulan serius
218 Tidak hanya senang tapi tenang
219 Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220 Malam yang indah untuk di lewati bersama
221 Sarapan Roti Crispy
222 Ajakan Clara
223 Kejutan tuan muda
224 Nasi padang kenyal
225 Melukis mimpi bersama clara
226 Sambutan untuk sebuah kepulangan
227 Tidak ingin lagi ditinggalkan
228 Menikmati waktu bersama
229 Kericuhan duo Hardjoyo
230 Dear dady,
231 Time flies
232 Menjelang fashion show
233 Belum siap kehilangan
234 Sendirian
235 Jangan selalu merasa baik-baik saja
236 Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237 Peragaan busana
238 Perkara nama
239 Langkah baru
240 Ketika kita di masa itu,
241 Fit and proper test
242 Bisakah hubungan ini bertahan
243 Permintaan maaf
244 Melewati malam penuh pertanyaan
245 One step closer
246 Kejutan dari sahabat
247 Menyelesaikan kesalahpahaman
248 “With love, Paradisa Sandhya.”
249 Sayonara
250 Otor menyapaaaa
251 Comming up gais!!!
252 Kecemasan seorang anak
253 Menjadi Dia
254 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 254 Episodes

1
Winnie the pooh
2
Cicitan burung
3
Kampus
4
Payung
5
Mobil mewah
6
Astaga Disa!!!
7
Cewek galak dan Liar
8
Pagar tinggi
9
Jenar
10
kak damar
11
Tugas baru
12
Pasar
13
Galeri
14
Rumah tuan muda
15
Rumah lama rasa baru
16
Sendok emas
17
Tanpa apresiasi
18
Pesan tuan muda
19
Sarapan bubur
20
Ayam tepung
21
Malam Minggu
22
Kenapa harus dia?
23
Kantor polisi
24
Pertengkaran keluarga
25
Anak kambing baru lahir
26
Mini dress warna peach
27
Biksu
28
Appetizer, main course sama dessert
29
I've been married
30
Who are they?
31
Permisi
32
Meet up
33
CCTV Hidup
34
Princes
35
Best friend forever and ever
36
Tekanan mental
37
jam 6
38
Menginap
39
YA SAYA!!!
40
Ira dan Tantri
41
Kesepian
42
Sarapan bersama
43
Kejadian tidak terduga
44
Trauma di masa lalu
45
Libur tlah Tiba
46
Berkunjung ke galery seni
47
Kak reza
48
Kunjungan tidak diharapkan
49
Lomba Desain untuk pemula
50
3 Pesan
51
Hari yang baik
52
Tuan Marcel
53
Memikirkan wanita yang sama
54
Cita-cita kita
55
Tempat tujuan kita sama
56
Pantai Part 1
57
Pantai Part 2
58
Menambahkan daftar teman
59
Ikut Ke Pasar
60
Rumah sakit
61
Mengurus dan menjaga tuan muda
62
Ganti perban saya
63
Apa yang dia rasakan?
64
Tamu di pagi hari
65
Prioritas
66
Tersisih
67
Tidak karuan
68
Masuk ke dalam lorong yang gelap
69
Makan siang rasa tak biasa
70
Andai saja bisa jujur sekarang
71
Selamat bersenang-senang.
72
Saat terbangun di suatu pagi
73
Nyusul
74
Hadiah atau pengganti?
75
Berbau
76
Makan siang bersama sang model
77
Kesedihan Kean
78
Mural untuk tuan muda
79
Batas keberanian
80
Berpose
81
Anak bunda yang baik
82
Tamu tidak di undang
83
Cue ball
84
Dasar Damong!
85
Relationshit!
86
Alunan emosi
87
Yang di nanti
88
My Lady
89
Saling menguatkan
90
Negosiasi
91
Cerita di masa lalu
92
Saat dia menghampiriku
93
Semut-semut merah
94
Putri selir
95
Tangis dan tawa
96
Bullying
97
Doktrin paradisa
98
Menarik batas
99
We know you are strong!!!
100
Bunda,
101
Nama panggilan
102
Transaksi kewajiban
103
Nyaris tenggelam dalam arus
104
Olah raga bersama
105
Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106
Permohonan seorang anak
107
Bahagia yang menular
108
Kondangan
109
Sang pewaris
110
Manipulasi pikiran
111
Mannequin koran
112
Kompromi
113
Mengukur tubuh
114
Harus memilih
115
Berdansa
116
Berusaha terlihat layak
117
Apa yang dia pikirkan?
118
Jangan terlalu baik
119
Peringatan
120
Aku hanya tau, aku harus pulang
121
"Aku menyesal."
122
Sim salabim
123
Maaf
124
Strawberrynya sampai ke hati
125
Tatapan maut
126
Terpeluk
127
Terjebak dalam labirin
128
Menghadapi Tuan besar
129
Kecanggungan
130
Selamat malam keluarga singa
131
I like monday as much as i like you
132
Deringan telpon di waktu yang tepat
133
Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134
Pesan bi Imas
135
Overall kebesaran
136
Panggilan penting
137
Sebagai damong terhadap sandhy
138
Negosiasi baru
139
Meski harus mengambil resiko
140
Penolakan
141
Hadiah berkesan
142
Kejutan pagi
143
Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144
Usaha meyakinkan lawan
145
Man to man
146
Introgasi mamah
147
Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148
Menghadapi rasa takut
149
Mirror
150
Pagi yang gamang
151
Kemalangan yang bersamaan
152
Saat harus melangkah pergi
153
Malam yang berat
154
Ikhlas tersulit
155
Kosong
156
Mengatur strategi permainan
157
Dreamsketch
158
Percaya pada kemampuan
159
Psyche?
160
Semakin merindukanmu
161
Cangkir penyemangat
162
Karya dan sumber inspirasi
163
Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164
Rasa bersalah
165
Kesendirian
166
Tentang masa lalu
167
Andai bisa abai...
168
Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169
Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170
Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171
Rencana tidak terduga
172
Saat wanita harus membuat keputusan
173
Pesan penting tante Mery
174
Kebaikan yang berlebihan
175
Tuan muda VS Pecel
176
Perasaan yang masih sama
177
Sayap sang model
178
Usaha tidak mengkhianati hasil
179
Yang akan menikah siapa?
180
Psyche and Cupid
181
Cemburu tapi gengsi
182
Ajakan tiba-tiba
183
Siluete membawa emosi
184
Dua kesalahan
185
Aa dan teteh
186
Bertemu tuan besar
187
Tidak perlu berharap
188
Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189
Jangan membuatku menunggu
190
Sedikit melemah
191
Paginya pengantin baru
192
Sarapan untuk suami
193
Hadiah dari mamah
194
Nasep Familly
195
Rasa sesal
196
Serba baru
197
Yogyakarta
198
Sebuah kisah
199
Danau part 1
200
Danau Part 2
201
Yang tertunda
202
Memulai yang sudah lama harus dimulai
203
Gangguan pagi-pagi
204
Pesan dari tante Liana
205
Bapak Kean
206
Membuat pilihan
207
Kesempatan lain
208
CD
209
Kekecewaan yang lebih
210
Bisakah egois sekali lagi?
211
Akupun bisa merasakan sakit
212
Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213
Mengembalikan kepercayaan
214
Benarkah sumpah itu?
215
Semuanya hanya berusaha
216
Mempertahankan hubungan
217
Pukulan serius
218
Tidak hanya senang tapi tenang
219
Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220
Malam yang indah untuk di lewati bersama
221
Sarapan Roti Crispy
222
Ajakan Clara
223
Kejutan tuan muda
224
Nasi padang kenyal
225
Melukis mimpi bersama clara
226
Sambutan untuk sebuah kepulangan
227
Tidak ingin lagi ditinggalkan
228
Menikmati waktu bersama
229
Kericuhan duo Hardjoyo
230
Dear dady,
231
Time flies
232
Menjelang fashion show
233
Belum siap kehilangan
234
Sendirian
235
Jangan selalu merasa baik-baik saja
236
Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237
Peragaan busana
238
Perkara nama
239
Langkah baru
240
Ketika kita di masa itu,
241
Fit and proper test
242
Bisakah hubungan ini bertahan
243
Permintaan maaf
244
Melewati malam penuh pertanyaan
245
One step closer
246
Kejutan dari sahabat
247
Menyelesaikan kesalahpahaman
248
“With love, Paradisa Sandhya.”
249
Sayonara
250
Otor menyapaaaa
251
Comming up gais!!!
252
Kecemasan seorang anak
253
Menjadi Dia
254
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!