Jangan lupa vote, vote, dan vote.
Komen, komen dan komen...
Jangan lupa taruh di daftar bacaan, agar kalian tidak ketinggalan dengan cerita berikut nya.
______________________
Happy reading...
•
•
•
•
"Ya, ampun...." Kelly menepuk keningnya sendiri.
***
Alifa merebahkan tubuhnya di kasur kingze nya. Hari ini, hari yang sangat melelahkan untuk Alifa. Alifa melirik kearah nakas, ia mengambil sebuah bingkai foto dari atas nakas.
Tangan Alifa meraba kaca bingkai foto tersebut. "Gue kangen Lo, Reza." Isak Alifa menangis. Alifa memeluk bingkai foto erat-erat.
"Kenapa Lo ninggalin gue, Reza!"
"Kata Lo, Lo ngak akan ninggalin gue kan?"
"Kemana janji Lo, Reza..."
"Ini sudah tiga tahun loh Lo ninggalin gue sendirian."
"Gue mohon kembalilah Reza."
"Gue berjanji tidak akan nakal dan jahil lagi."
"Gue akan jadi anak baik."
"Itukan yang Lo mau?"
Ada rasa sesak dan sakit di hati Alifa. Butiran-butiran kenangan indahnya bersama Reza membuatnya sangat merindukan sosok Reza.
Reza adalah sahabat baik Alifa. Alifa sendiri sudah menganggap Reza sebagai kakak kandung nya sendiri. Setiap kali Alifa ada masalah, Reza selalu membantu Alifa untuk menemukan solusi. Reza sendiri juga sangat menyayangi Alifa sebagai adiknya sendiri.
Mereka berdua sudah berteman 2 tahun lamanya. Entah kenapa saja, Reza menghilang secara tiba-tiba tanpa mengabari Alifa. Itulah yang membuat Alifa membenci Reza. Walaupun ia benci, masih ada rasa rindu didalam hati Alifa.
Dibalik pintu, Kelly yang berniat untuk menghampiri Alifa mendadak mengurungkan niatnya. Ada rasa bersalah dalam hatinya. Ia seperti merasakan kesedihan Alifa. Walaupun Alifa sendiri tidak mengatakan pada keluarga sendiri.
"Ada apa?" Tanya Kelvin entah datang dari arah mana.
Kelly menghapus air matanya yang masih tersisa. "Gue kasihan lihat Alifa." Isak tangisan Kelly.
Kelvin menarik Alifa dalam dekapan pelukan nya. Ia membiarkan Kelly menangis didalam dekapannya.
"Gue tahu itu. Gue tahu itu." Lirih iba Kelvin.
"Biarkan dulu Alifa. Ayo kita kemeja makan. Pasti mereka sudah menunggu kita." Kata Kelvin mencairkan suasana sedih dalam hati Kelly.
"Tapi, Alifa..." Jari telunjuk Kelvin menghentikan ucapan Kelly.
"Nanti gue sendiri yang akan membawakan makanan untuk Alifa."
Kelly mengangguk sebagai jawabannya. Kelvin dan Kelly melangkah menuju ruang makan dengan wajah kusut.
Kevin dan nenek nana saling melirik satu sama lain. Kemudian, sama-sama menatap kearah Kelvin dan Kelly.
Kelly dan Kelvin duduk di kursi tanpa serela makan.
"Apa ini tentang Alifa lagi?" Tanya Kelvin the points.
Sudah tentu saja itu ya. Tidak ada yang bisa membuat Kelvin secemas ini kecuali Alifa. Dan benar saja, dengan bukti anggukan sekali kepala Kelvin.
"Nenek juga bisa merasakan kesedihan Alifa. Nenek mulai khawatir kalo Alifa berbuat nekat." Lirih sedih nenek nana.
"Lalu apa yang harus kita lakukan nenek?" Tanya Kevin mulai gelisah bercampur aduk dengan rasa takut.
"Kita tidak bisa menyembunyikan ini terus. Pasti cepat atau lambat pasti akan terbongkar." Sambung Kelly.
Makan malam ini menjadikan satu keluarga tak berselera untuk makan malam. Satu persatu mulai meninggalkan meja makan. Mereka semua memilih untuk pergi ke kamar masing-masing.
***
Tok... Tok... Tok...
"Masuk." Alifa masih fokus dengan layar laptopnya, tanpa memperhatikan siapa yang masuk.
Kelvin masuk kedalam Alifa. Ditangannya sudah ada sepiring makanan dan minuman kesukaan Alifa. Kelvin meletakan makanan dan minuman itu diatas nakas.
"Alifa, makan dulu gihhh." Bujuk Kelvin.
"Nanti saja kak."
"Tidak ada nanti-nantian." Kelvin membereskan barang-barang disamping Alifa.
'uggh'
Alifa mendengus kesal. Ia memperbaiki posisi duduknya sambil bersandar dikasurnya.
Kelvin menyodorkan satu roti bakar di mulut Alifa, tetapi Alifa malah menggeleng-geleng kepalanya.
"Ayo makan. Walaupun dikit."
"Tidak bang. Gue tidak makan." Lesu Alifa.
Kelvin menghembuskan napas kasar. Sudah pasti mood Alifa mulai drob.
"Jika bukan untuk Lo, makanlah sedikit demi nenek. Nenek pasti akan sedih jika Lo ngak makan." Ujar Kelvin menyakinkan Alifa.
Alifa Diam sejenak, mencerna setiap ucapan Kelvin. Ia mengambil roti dari tangan Kelvin dan mulai memakannya. Tak lupa ia menghabiskan susu nya dalam sekali teguk.
"Bagus." Kelvin mencium kening adiknya sebelum meninggalkan kamar Alifa.
***
Hari ini adalah hari kesebelas Alifa berada di Indonesia. Pagi hari sudah mulai tiba, kicau-kicauan merdu menyambut pagi yang indah ini, dan sinar mentari mulai nakal menembus tirai jendela membangunkan Alifa.
Alifa mengerjap kan kedua matanya menyesuaikan penglihatan nya. Alifa mulai bersiap-siap untuk menyiapkan dirinya. Ia berencana akan pergi untuk latihan penembak, memanah, dan shoping seharian.
***
Di meja makan, semua keluarga sudah mulai berkumpul dalam satu meja makan. Tinggal Alifa saja yang belum datang.
"Apa adikmu masih belum bangun, kelvin?" Tanya nenek nana.
"Seperti nya belum nenek." Jawab Kelvin
Nenek nana menghela napas kasar. Seharusnya ini momen yang membahagiakan bisa makan bersama setelah sekian tahun, tetapi Malah hasilnya sebaliknya.
"Kelly, bangunkan Manda." Titah Kevin. Kelly mengangguk sebagai jawaban nya.
Sebelum beranjak pergi, orang yang mereka cari sudah sampai terlebih dahulu di meja makan. Terlihat ia sangat rapi sekali.
"Morning semua nya." Alifa lalu duduk di kursi.
"Morning too." Jawab mereka serempak.
Lalu semua keluarga memakan makanan mereka. Suasana nya menjadi hening. Hanya ada deringan sendok, garpu, dan pisau mengisi keheningan.
Sesekali Kevin melirik kearah Alifa sedang makan. Ia tersenyum tipis melihat adiknya makan dengan lahap.
Tak berapa lama, nenek nana sudah selesai makan. Wajahnya tiba-tiba berubah menjadi serius. "Manda, apa kamu mau berjanji pada nenek?" Tanyanya the points.
"Tentu saja nenek. Alifa tidak akan pernah menolak permintaan nenek." Jawab Alifa sambil meminum segelas susu putih nya.
Nenek nana menghembuskan napas kasar sebelum melanjutkan ucapannya. "Nenek mau kamu berubah."
Hening....
Alifa menghentikan makannya begitu pula yang lain. Alifa menyeritkan alisnya. Sedangkan, lainnya hanya diam menyimak.
'mungkin ini yang terbaik untuk alifa.' batin mereka.
"Maksud nenek?" Tanya Alifa. Walaupun dirinya memang tahu keinginan neneknya.
"Nenek ingin kamu berubah." Ulang nenek nana kembali.
"Alifa kan sudah berubah nek. Nenek sendirikan yang memintaku keseoul untuk belajar mandiri."
"Bukan itu, Manda." Nenek nana lesu. Ia bingung sendiri harus berbicara apa? Apa Alifa akan menerimanya ataukah langsung malah kecewa pada dirinya? Batin nenek nana sedu.
"Nenek mau kamu ke pondok pesantren."
Brak...
Alifa beranjak dari meja makannya dengan kasar. Lagi dan lagi ia harus terjebak dengan ucapan neneknya. Kali ini, kakak-kakak nya seperti mendukung keputusan nenek nana. Mereka lebih memilih diam sambil menyimak.
Tanpa pikir panjang Alifa beranjak meninggalkan keluarga nya di meja makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments