Om Posesif Itu, SUAMIKU!
...( Episode 1 )...
Sejak kepergian Ayah dan Ibu. Aku tinggal bersama dengan salah seorang sahabat Ayahku, yang menyandang status sebagai suami sahku secara agama. Dan belum sah secara negara, karena umurku baru 18 tahun saat ini. Dan aku menikah dengan sahabat Ayahku saat masih berumur 17 tahun. Ya, tepatnya satu tahun yang lalu.
Aku masih ingat sekali, saat di mana Ayah meraih tangan Om Zidan. Dan memohon pada Om Zidan, agar dia mau merawat dan juga menjagaku. Tapi bukan hanya itu, Ayah juga meminta Om Zidan untuk menikahi dan menjadikan aku sebagai istrinya. Aku yang memang menyukai Om Zidan saat itu pun mengangguk setuju.
Saat itu memang saat-saat di mana aku baru mengenal apa itu cinta. Bisa dibilang, aku menyukai Om Zidan layaknya aku menyukai sebuah mainan baru. Jika sudah bosan, maka aku akan melupakannya dan mencari mainan baru lagi. Hahahaha. Aku malu menceritakan hal itu.
Dua hari setelah pernikahan tertutup itu, Ayah pun pergi menyusul Ibu ke surga. Aku benar-benar terpukul dengan kepergiannya. Kukira Ayah hanya bercanda dan hanya menakut-nakuti saja. Ternyata aku salah, Ayah benar-benar pergi meninggalku.
Tapi Ayah bilang, dia bisa pergi dengan tenang, karena aku sudah memiliki pengganti yang tepat di sisiku.
Ayah bilang, "Zidan ada bersamamu, Sayang. Dia akan menyayangimu sebagaimana Ayah sayang padamu. Dia akan menjagamu seperti Ayah dan Ibu menjagamu saat kecil dulu. Dia akan selalu ada untukmu, Nak. Hiduplah dengan tenang bersamanya."
"Hiks....." Aku menyeka air mata, sambil memandangi makam Ayah dan Ibu. Hari ini, adalah hari di mana genap satu tahun Ayah dan Ibu pergi meninggalkanku. Aku rindu, Ayah! Aku rindu Ibu!
"Jangan nangis lagi," lirih pria dewasa yang duduk di sampingku. Dia menarik tubuhku ke dalam dekapannya. Mengelus punggung dan juga kepalaku dengan pelan dan lembut.
"Aku ada di sini untuk Manda. Aku nggak akan pergi meninggalkanmu."
Aku tau itu, dia selalu menenangkanku dengan mengucapkan kalimat itu. Dia selalu berkata, kalau dia akan tetap ada untukku, dan tidak pernah pergi meninggalkanku.
Aku pun mengusap air mataku sendiri dengan ujung hijab yang kukenakan. Lalu aku tersenyum padanya.
Dia Om Zidan, pria 29 tahun yang masih perjaka, katanya. Dan dia adalah SUAMIKU. Ya, dia suamiku yang belum mendapatkan haknya dariku sampai saat ini.
Hal itu bukan karena aku, ya. Tapi karena dia sendiri yang menahan diri. Katanya, aku harus menyelesaikan sekolahku dulu. Setelah itu, dia akan menikahiku dan menjadikan aku istri yang sesungguhnya. Yang sah secara agama ataupun negara. Begitu katanya setiap aku menggodanya. Hahahaha.
"Udah, jangan sedih lagi. Ayah dan Ibumu udah bahagia dan tenang di sana!" Sekali lagi ia memeluk dan menenangkanku. Dan aku suka sekali saat dia seperti ini. Kenapa aku bilang saat dia seperti ini?
Ya karena dia, dia memiliki pribadi ganda. Ada saat dimana dia benar-benar menunjukan jati dirinya. Dan ada saat dimana dia hanya diam dan bicara dengan tatapan mata atau gerakan tubuh saja. Jika sudah begitu, dia sedang dalam mode serigala mabuk namanya. Bercanda, dia pria yang bersih kok. Tidak minum alkohol dan juga tidak merokok. Hanya pencemburu berat aja.
"Kita pulang?" tanyanya saat aku sudah lebih tenang. Aku hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban : iya.
Tanpa kuduga, Om Zidan merapikan hijabku, memasukkan anak-anak rambut lalu mengelus kepalaku. "Kita beli es krim sebelum pulang, mau kan?"
"Mau... Mau...." jawabku dengan semangat lalu meraih tangannya. Menggenggam tangan kekar itu sembari berjalan menjauhi makam Ayah dan Ibu. Dia hanya tersenyum tanpa berniat melepaskan tangannya dari genggamanku.
Jujur saja, satu tahun tinggal bersamanya, membuat aku mulai benar-benar jatuh cinta padanya. Kali ini jatuh cinta yang sebenarnya. Dan aku juga mulai belajar menghormatinya, sebagai suamiku. Bukan sebagai sahabat dari Ayahku lagi seperti satu tahun sebelumnya. Saat dimana aku cinta monyet padanya.
Dan satu tahun tinggal bersama dengan Om Zidan juga membuatku lebih mengenal lagi Agamaku. Dia banyak mengajariku tentang hal-hal yang belum sempat Ibu dan Ayah ajarkan.
Dua bulan yang lalu, tepatnya ketika ulang tahun Om Zidan yang ke 29 tahun. Dia meminta hadiah spesial dariku.
"Manda nggak punya hadiah spesial apapun untukmu, Om. Yang Manda punya hanya keperawanan. Apakah Om mau itu?" Jawabku saat itu. Dan jawabanku itu pun berhasil membuat tawa indah keluar dari bibir seksinya. Aku suka tawa itu.
"Gadis MESUM!" Dia mencubit hidungku.
"Aku ingin yang lebih berharga lagi dari itu," bisiknya lembut di depan telingaku.
"Apa?" Gemetar aku bertanya padanya.
"Rambutmu. Aku ingin hanya aku lah yang melihat betapa indah rambutmu ini." Dia melilit rambutku dengan tangannya. Lalu tangan itu beralih menyentuh leherku. Aku benar-benar merinding takut saat itu.
"Leher putihmu, aku ingin tidak ada orang yang selain aku yang bisa melihatnya. Tidak ada pria yang bukan muhrimmu lagi yang bisa melihat ini. Aku ingin, agar kamu menutupinya...." Tangannya menarik selimut tebal di sampingku. Lalu memakaikan selimut itu di kepalaku.
"Tunaikanlah kewajibanmu.... Tutupilah kepalamu sebagaimana kamu menutupinya saat sedang sholat. Aku ingin kamu memakai hijab, Manda."
Ternyata hadiah itulah yang Om Zidan minta padaku. Dan Alhamdulillah, aku pun bisa memberikan hadiah itu padanya. Tapi sebenarnya, akulah yang diuntungkan dengan hadiah itu. Karena aku lah sudah melaksanakan kewajiban dan juga perintah dari Tuhanku.
"Manda?" Panggil Om Zidan. Membuat aku langsung tersadar.
"Mikirin apa lagi?" Tanyanya sambil menatapku penuh interogasi.
"Mikirin Mike Angelo, Om! Makin hari dia makin tampan aja!" Candaku. Tapi walau begitu, Om Zidan tetap saja menampakan wajah tak sukanya.
Dia memang sangat sensitif mendengar aku menyebut nama Mike. Karena dia tau, kalau aku sangat tergila-gila pada Hot Daddy itu. Jangan contoh aku, ya. Tidak baik.
"Udah Aku bilang. Jangan sebut nama itu saat bersamaku! Aku nggak suka! Aku cemburu!" Dengan cemberut ia mengatakan itu.
Hahaha. Om Zidan memang lucu. Aku suka dengan dia yang tidak pernah gengsi untuk mengatakan kalau dirinya sedang cemburu.
"Maafkan aku!" Aku sudah mulai meringsut mendekatinya. Mumpung masih lampu merah. Hehehe.
"Jangan coba-coba merayuku!" Lembut ia menyingkirkan tanganku.
"Tapi maapin dulu! Manda janji nggak bakal sebut nama Mike lagi deh!"
"Itu baru saja di sebut!"
"Ya udah. Nggak usah dimaapin aja! Tapi jangan marah ya, nanti, kalau Manda nggak mau tidur di kamar lagi!" Ancamku. Biasanya kalau udah begini dia tidak akan cemberut lagi.
"Emmmm, tidur aja di sofa. Tapi kalau ada suara tokek lagi, jangan panggil-panggil aku, ya? Awas aja!"
Uh, imutnya. Ingin rasanya aku mencuri satu ciuman darinya.
"Ya sudah, nanti panggil nama Mike aja! Mike pasti datang untukku! Dan memenangkanku!"
"Jangan mimpi, ya, Istriku!" Dengan secepat kilat ia menciumi bibirku, sampai aku tidak sadar kalau dia benar-benar melakukan itu. Aku pun tersenyum sambil memalingkan wajah. Menatap mobil-mobil yang mulai melaju setelah lampu hijau terlihat.
Aku malu. Walau ciuman itu bukanlah yang pertama untukku. Entah, ini mungkin ciuman yang ke satu milyar. Sejak ciuman pertamaku pada tanggal 10 Juli lalu.
*****************
Sambil menepuk-nepuk pahanya, Om Zidan menatapku yang sedang sibuk membuka bungkus es cream cokelat bertabur kacang, kesukaanku. Dia terus saja menatapku, karena aku tak kunjung melangkah mendekati dirinya.
Dengan sedikit kesal Aku menghampiri Om Zidan yang tidak bisa sabar. "Kenapa, Om?"
"Kemarilah, Gadis Nakal!" Ucapnya sambil kembali menepuk pahanya. Apakah dia memintaku untuk duduk dipangkuannya?
"Mqnda berat, Om!"
Dia menggeleng keras. Seolah tidak ingin mendengar penolakan dariku. Dari pada dia gambek lagi, dan masalahnya semakin ribet lagi. Aku pun menuruti keingingannya. Duduk di atas pangkuannya.
Om Zidan diam. Dia tidak melakukan apapun selain menatapku yang mulai asik menggigit es cream.
"Om mau?" Tawarku. Dia tersenyum sambil menggeleng pelan.
"PR mu udah selesai semua?" Tanyanya sambil mengelus kepalaku yang masih terbungkus hijab.
"Sudah." Aku meliriknya sebentar. Menawarkan es cream ku padanya. Tapi dia tetap saja menolak.
"Berapa berat badanmu sekarang?"
Aku terdiam mendengar pertanyaannya. Kan tadi sudah kubilang, aku berat. Tapi kenapa dia masih bersikeras untuk memanggku, sih. Dan sekarang apa ini? Dia bertanya berapa berat badanku?!
"Hei, kalau ditanya jangan melamun, Manis!" Om Zidan mencubit pipiku lalu mengecupnya.
"Kan tadi Manda udah bilang. Manda erat, sekarang!"
"Iya, aku tau kamu semakin besar dan berat sekarang. Tapi aku kan bertanya berapa berat badanmu, Manda?" Dia gemas sendiri dengan sesekali mencium pipi dan juga sudut bibirku.
"Lima puluh empat!"
"Owh, hanya naik dua kilo saja," ujarnya kemudian memeluk tubuhku yang masih di atas pangkuannya.
"Memang aku berat sekali, ya, Om?" Kuusap pelan rambut hitamnya. Aku suka rambutnya. Wangi khas rambut pria tampan.
"Tidak sama sekali!"
"Masak?" Tanyaku tak percaya.
Om Zidan mengigit bibirnya, membuat aku berpikir yang tidak-tidak saja tentangnya. "Kenapa, Om?"
"Tidak apa, bibirku gatal aja." Dia tertawa sendiri. Mungkin sedang menertawakan nasib nya atau apa. Entah aku tidak tau.
Beep...
Satu notifikasi baru dari Hp-ku. Aku segera melirik ke arah benda pipih itu. Namun, belum juga tanganku menyentuhnya. Tangan kekar Om Zidan yang lebih dahulu menyentuhnya. Ia memindahkan tangannya dari pinggangku. Dan mulai sibuk dengan benda pipih itu.
"Kenapa? Apakah ada yang salah?" Tanyaku saat melihat perubahan ekpresi di wajahnya. Aku yakin, pasti ada hal yang tidak ia sukai di Hp-ku sekarang.
"Siapa Gilang?" Nadanya terdengar penuh interogasi. Tentunya dengan wajah yang mulai cemberut yang seram bagiku.
"Siapa? Kenapa malah bengong?" Dia memberikan Hp itu padamu.
"Kamu juga mengikutinya, dia melihat dan membalas story IG-mu!"
Aku tau, dia pasti sedang salahpaham sekarang padaku. Dengan pelan aku meletakan Hp itu di dekatnya. Lalu kukalungkan kedua tanganku pada lehernya.
"Kenapa marah, Om? Manda bahkan belum jelasin siapa dia. Tapi Om udah marah dan cemberut seperti ini!"
"Siapa dia? Apakah dia Gilang yang kamu pernah ceritakan dulu? Apakah dia Cinta Pertamamu itu?!"
Aku tau, dia sedang menahan api cemburu. Bukannya takut, aku malah suka melihat dia cemburu.
"Suamiku sayang...." Kukecup kedua pipinya. "Aku hanyalah gadis delapan belas tahun yang tidak tau apa makna cinta yang sebenarnya."
Dia diam, siap mendengar ucapanku selanjutnya.
"Tapi yang kutahu, aku merasa nyaman saat ada di dekat suamiku. Aku merasakan jantungku berdebar saat berdekatan dengan suamiku. Aku merasa malu dan pipiku panas saat mendapatkan tatapan dari suamiku. Dan aku, aku juga merasa cemburu apabila suamiku berbicara dengan perempuan lain di luar sana. Hanya itu yang kutahu. Aku mencintai suamiku...."
Om Zidan pun mulai tersenyum saat mendengar ucapanku yang sudah ahli dalam mengambil hatinya.
"Sekarang katakan, siapa cinta pertamamu?" Dia balas memeluk tubuhku dengan erat.
"Cinta pertamaku? Mungkin Muhammad Zidan Al-Ghozali?"
"Hanya mungkin?" Bibirnya kembali cemberut.
"Hehehe.... Kalau begitu, Manda yakin seratus persen, kalau cinta pertama Manda adalah seorang Om Tampan yang super pencemburu dan posesif!"
"Aku seperti itu, karena aku mencintaimu!"
Yeah. Jantungku berdebar mendengar pengakuan cinta itu. Ya walaupun aku sering mendengarnya. Tapi tetap saja. Jantungku berdebar setiap kali mendengar kata cinta terucap dari bibir seksinya.
Huhuhu... Aku ingin bibirnya. Tapi takut, dia pasti akan tersiksa saat hasratnya terpancing nanti oleh kenakalanku.
"Manda?" Om Zidan menurunkan aku dari pangkuannya. "Kamu masuk ke kamar dulu, ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan."
Aku hanya mengangguk patuh sambil meraih Hp-ku. Tapi, Om Zidan malah melotot ke arahku.
"Jangan main Hp sambil tidur! Apalagi di kamar cahaya lampunya redup!" Dia mengulurkan tangannya. Memintaku untuk memberikan Hp seharga ginjal ini padanya.
"Sepuluh menit aja, Om. Please...." Kudekap Hp itu agar dia memberikan izin. Aku janji, hanya sepuluh menit saja!
"Kamu mau melakukan apa dengan benda itu?"
"Mau hapus semua pria yang Aku ikuti. Kecuali Mike Angelo dan Om Suami," ujarku.
"Nggak perlu, aku nggak perlu itu darimu." Dia merebut paksa Hp itu dari tanganku.
"Yah, nanti kalau ada yang DM lagi, Om marah. Kalau ada yang nge-like atau komentar lagi, Om Cemburu. Maunya Om apasih?!" Kesalku. Padahal aku sudah berjanji untuk menjadi gadis yang patuh padanya. Tapi tetap saja, susah!
"Aku mau tau, setulus apa kamu mencintaiku dan menjaga cintamu agar tetap untukku, Manda!" Dia mencium keningku dua kali, lalu pergi ke dalam ruang kerjanya. Dengan membawa Hp ku.
Gagal sudah, padahal tadi aku ingin menonton siaran langsung Mike di IG. Aku sudah lama tidak melihat wajah dan senyumnya. Bisa-bisa aku gila dibuatnya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
𖦹 𝅄ℳ𝑟𝓈. K─ 𝑚𝑜𝑙𝑣𝑠.
MasyaAllah.. lucu amat, Om-Om perjaka satu ini, meminta hadiah yaitu Manda menutupi auratnya. Suami idaman!
2024-11-06
1
Qaisaa Nazarudin
54kg?? Aku 55kg,Suami ku bilang aku kurus ..
2024-05-11
0
💞Nia Kurnaen💞
Sepertinya seru...jd mulai baca.
Salam kenal untuk authornya.
2023-04-03
0