Gara-gara Lampu Kamar

flasback

Alhamdulillah, akhirnya selesai juga,” kata Nindy sambil merapikan buku-buku yang berserakan di meja ruang tamu itu, ia tampak senang karena baru saja menyelesaikan artikel pertamanya setelah diterima menjadi dosen kimia disalah satu perguruan tinggi di kota Jakarta. Meski statusnya sudah seorang dosen, Nindy masih tinggal di kontrakan sederhana yang tidak jauh dari kampus tempat ia mengajar. Kontrakan itu menjadi saksi bisu perjuangan Nindy menyelesaikan S3-nya hingga diterima menjadi dosen.

Setelah selesai merapikan mejanya, Nindy berjalan menuju kamar dengan membawa sebuah kursi dan menaruhnya diatas Kasur. Nindy memasang bola lampu kamarnya yang sudah putus, dan beberapa hari ini dia tidur diruang tamu. Nindy segera menginjak kursi dan berusaha memasang bola lampu itu, namun tidak berhasil. Nindy mencoba lagi dan lagi namun tetap tidak bisa.

“Resiko memiliki tinggi badan kurang ya begini, apa aku tunggu Ayah saja ya?” Nindy teringat Ayahnya yang sedang diperjalanan menuju kontrakannya.

“hmmm, coba sekali lagi, jika masih gagal minta tolong Ayah saja nanti,” kemudian Nindy kembali menginjak Kasur dan naik ke kursi.

Pelan-pelan Nindy kembali mencoba memasang bola lampu itu, namun karena tubuhnya tidak seimbang dia terjatuh kekasur tertimpa kursi sementara bola lampunya jatuh ke lantai dan menimbulkan ledakan kecil.

“Aaaaargh.” Nindy sedikit berteriak karena kesakitan dibagian kaki.

Mendengar suara Nindy, Darco yang tinggal disamping kontrakan itu cepat-cepat mendatanginya, karena Nindy tidak ada diruang tamu Darco berjalan kearah kamar Nindy yang sedikit gelap sambil memanggil Nindy.

“Bu Nindy, kenapa?” Darco panik ketika melihat Nindy tertidur dikasur dengan sebuah kursi kayu diatas tubuhnya, sementara lantai dipenuhi oleh pecahan bola lampu.

“aku tidak apa-apa, jangan masuk!” Nindy berusaha mencegah Darco, namun Darco tidak menggubris, ia berjalan kearah Nindy dan mengangkat kursi itu lalu memindahkannya ke samping lemari. Kemudian Darco membantu Nindy berdiri, Darco tidak sengaja menginjak kaki Nindy dan mereka terjatuh kekasur dengan posisi Darko berada diatas tubuh Nindy.

“apa ini, kok seperti permen karet?” Darco merasakan hal aneh diwajahnya.

sementara Nindy Nindy terus menggerakkan tubuhnya meminta Darco cepat bangkit dari posisinya.

Darco segera mengangkat kepalanya, ia kaget karena ternyata bibir mungil Nindy yang menempel di wajahnya. Sementara Nindy terdiam beberapa saat, dan seketika tatapan mereka beradu. Nindy jadi salah tingkah dan menempelkan kedua tangannya di dada Darco untuk mendorong tubuhnya, namun disaat bersamaan tetangga Nindy datang, dan disusul oleh 2 orang lainnya. Mereka kaget melihat Nindy dan Darco dalam posisi berhimpitan dengan rambutnya yang acak-acakan, Kemudian Nindy cepat-cepat berdiri.

“Ooo ternyata ini kelakuan seseorang dosen, benar-benar tidak menyangka,” kata salah seorang dari mereka.

“dasar wanita murahan percuma sekolah tinggi tapi akhlak nol besar!” sambung ibu-ibu lainnya.

“pantas belum nikah, mainnya sama anak sekolahan,”

Semua hujatan dan makian terlontar dari mulut ibu-ibu itu, Nindy semakin panik.

“Maaf Bapak ibu semua, ini tidak seperti yang kalian bayangkan tadi saya terjatuh lalu Darco datang mau menolong saya,” Nindy berusaha meyakinkan.

“jadi kami harus percaya? Sayangnya alasan kalian sudah basi,” salah seorang dari mereka angkat bicara.

“Sudahlah kita lapor saja ke Pak RT,” lelaki yang dari tadi hanya diam akhirnya buka suara. Dia bergegas menuju Rumah pak Galang yang hanya berjarak 50 meter dari kontrakan Nindy.

“jangan, jangan pak,” Nindy dan Darco berusaha meyakinkan namun tidak ditanggapi sama sekali.

Ayah Nindy yang baru datang heran melihat kondisi saat itu, perlahan dia mendekati kerumunan di pintu kamar Nindy.

“Ya sudah, nikahkan saja mereka pak daripada buat malu!” kata salah seorang ibu-ibu diruangan itu.

Nindy seakan tersambar petir mendengar suara itu, apalagi melihat wajah ayahnya yang penuh tanda tanya.

“bapak dan ibu semua, Sekali lagi saya mohon, ini tidak seperti yang kalian bayangkan jangan main hakim sendiri saya bersumpah demi Allah Kalau kami tidak berbuat apa-apa. Lagian mana mungkin saya menikahi dia yang masih dibawah umur.” Nindy terlihat menahan air mata, suaranya semakin berat.

“tidak usah bersandiwara, kalian sudah sering berduaan, tapi baru kali ini ketahuan, sengaja mematikan lampu supaya tidak kelihatan dari luar.”

“ Hei Bu gembrot! jaga ya mulutnya jangan fitnah!” Darco menatap tajam sambil menahan tangannya yang hendak menampar Bu Tami.

“sudah, sudah, mari kita bicarakan masalah ini secara baik-baik, kata Pak Galang yang baru bergabung dan berusaha memahami kejadian itu.

Kemudian Pak Galang langsung menghubungi orangtua Darco dan meminta mereka datang, mendengar berita itu orang tua darco kaget dan langsung bergegas menuju tempat tinggal Darco sementara beberapa dari tetangga Nindy pulang ke rumahnya.

“Tuhan, tolong selamatkan aku,” Nindy menunduk sambil memegang kedua lututnya, sementara Darco hanya sibuk memainkan telepon genggamnya.

***

2 jam kemudian orang tua Darco datang, Nindy memperbaiki posisi duduknya, ia terlihat gugup.

“hmm, dilihat dari penampilan mereka sepertinya bukan orang sembarangan, entah makian Seperti apa lagi yang akan aku terima,” Nindy hanya menunduk ketika Ibu Darco mendekatinya.

“kamu yang diganggu sama anak saya?” kata ibu Darco menatap wajah Nindy.

“bu bu bukan Bu, Darco tidak salah, kami bisa jelaskan,” kata Nindy dengan pelan.

“kamu tidak usah takut, saya pastikan Darco akan bertanggung jawab,” jawab bu Sela dengan tegas.

sementara Darco hanya menggelengkan kepala melihat ulah Mommy-nya.

“Hmm, sudah ku duga akan begini jadinya,” Darco membuang muka, seolah tidak mendengar apa-apa.

Sementara pak Algo, Ayahnya Darco berjalan kearah Pak Galang dan ayah Nindy yang duduk berdekatan. Setelah berkenalan dengan Ayah Nindy, ia langsung membahas ke permasalahan yang ingin dibahas pak Galang selaku ketua RT. Sesekali terlihat ayah Nindy membantah pak Algo, mereka berbincang-bincang cukup lama dan serius. Sedangkan Darco, Nindy dan Ibu Sela hanya menjadi pendengar menunggu keputusan mereka. Setelah satu jam, akhirnya mereka sepakat akan menikahkan Nindy dan Darco. Nindy tidak berani membantah karena itu sudah menjadi keputusan mereka.

Nindy tidak menyangka akan mendapatkan respon begitu dari orang tua Darco apalagi ayahnya juga setuju. Jangankan untuk membantah menatap ayahnya saja dia tidak berani.

Setelah selesai, pak Algo bangkit dari duduknya, kemudian memanggil Nindy dan Darco, ia menatap keduanya.

“Besok adalah hari pernikahan kalian sekarang istirahatlah! Daddy yang akan mempersiapkan semuanya. Satu hal yang harus kalian ingat, ini akan menjadi pernikahan rahasia sampai Darco tamat SMA.” Kata pak Algo dengan tegas kemudian berlalu pergi meninggalkan mereka diikuti oleh ayahnya Nindy.

Nindy tercengang dan tidak menjawab perkataan pak Algo, begitupun dengan Darco, ia seakan-akan tidak diberi pilihan.

Setelah pembicaraan di rumah Pak Galang selesai Nindy kembali ke kontrakannya, sedangkan ayahnya ikut ke hotel bersama Darco dan kedua orangtuanya. Sesampai dikontrakan Nindy merasa kacau, ia melemparkan tubuhnya kekasur.

“Besok aku akan menikah? menikahi anak dibawah umur?” Nindy mencubit pipi dan tangannya beberapa kali, merasa tidak percaya dengan yang baru saja terjadi tanpa ia sadari butiran bening mengalir perlahan di pelupuk matanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!