Berbalik Arah

Arka keluar dari rumah sakit, pemuda itu berjalan gontai sambil terus berfikir. Apa yang selanjutnya akan ia kerjakan, demi mendapatkan uang.

Ayahnya sudah sangat kritis. Sementara ia tak tahu harus mencari uang dengan cara apa lagi, pikirannya seakan tertutup. Selama beberapa waktu belakangan ini, sebenarnya ia mulai melamar kerja ke berbagai perusahaan. Namun karena ia masih kuliah, tak banyak perusahaan yang menyediakan kerja part time.

Arka bisa saja memindahkan jadwalnya untuk kuliah malam. Tetapi rata-rata kantor pulang jam 20:00. Ada yang bubaran jam 5 sore, namun jauh. Jika ia memaksa ke kampus pun, sudah pasti akan terus terlambat.

Dan lagipula, saat ini ia membutuhkan uang mendesak. Hutang ibunya masih banyak, ayah tirinya butuh biaya untuk pengobatan, serta kampusnya yang menunggu pembayaran. Arka benar-benar kalut.

Tiba-tiba mata Arka menangkap seseorang melintas didepan pagar rumah sakit. Ketika ia tengah berdiri di muka lobi.

"Liana?" gumam Arka seraya memastikan.

Tak lama kemudian,

"Lianaaa." Arka berteriak, namun agaknya gadis itu tak mendengar.

"Lianaaa."

Arka mengejar Liana, sementara kini gadis itu berjalan dengan cepat menjauhinya. Agaknya ia mulai sadar dengan kehadiran Arka.

"Liana, tunggu!"

Liana terus mempercepat langkahnya, bahkan kini terlihat setengah berlari.

"Liana, tunggu!" Arka mencegat Liana.

"Kamu mau apa?" tanya Liana dengan nada ragu-ragu.

Entah mengapa justru kini gadis itu yang tampak ketakutan pada Arka. Berbanding terbalik dengan Arka yang selama ini takut kepadanya.

"Saya mau terima tawaran kamu waktu itu." ujar Arka seraya menatap Liana.

"Ma, maksud kamu?" tanya Liana ragu.

Gadis itu lalu membenarkan kacamatanya yang sedikit turun.

"Saya mau menikahi bos kamu, Amanda."

Liana agak sedikit terkejut mendengar pernyataan itu.

"Ke, kenapa tiba-tiba kamu berubah pikiran?" tanyanya kemudian.

"Saya sudah pikirkan matang-matang dan saya mau. Saya setuju untuk menikahi dan menghamili dia. Saya juga setuju menunggu dia sampai melahirkan."

Tiba-tiba Liana teringat pada peristiwa beberapa hari lalu. Disaat ia mengatakan pada Amanda jika usahanya telah gagal.

"Dia nggak mau?" tanya Amanda saat itu.

"Maafkan saya bu, saya sudah berusaha semaksimal mungkin." ujar Liana seraya tertunduk. Ia takut dipecat oleh Amanda karena sudah gagal menjalankan misinya.

Namun alih-alih marah dan berteriak, Amanda justru malah terduduk di kursi dan diam menatap suatu sudut. Tak disangkanya meski memiliki power, ternyata tak mudah untuk mendapatkan segala yang ia inginkan.

"Ya sudah." ujar Amanda kemudian.

"Nggak usah dilanjutkan lagi." imbuhnya.

"Jadi, saya boleh istirahat bu?" tanya Liana.

Amanda mengangguk, Liana pun sumringah lalu pergi meninggalkan tempat itu.

"Gimana?. Bisa saya ketemu Amanda." tanya Arka membuyarkan lamunan Liana.

"Mmm, maaf. Sepertinya ibu Amanda sudah menyerah."

"Menyerah?"

"Iya, dia sepertinya sudah berubah pikiran. Kalau kamu maksa, kamu temui saja dia sendiri. Saya nggak mau terlibat, takut salah ambil tindakan. Saya masih butuh buat kerja sama dia, saya permisi."

Liana pergi meninggalkan Arka. Arka sempat diam sejenak, tak percaya dengan apa yang ia dengar. Namun kemudian,

"Liana."

Arka kembali menyusul Liana. Namun kali ini Liana berlari, seperti orang yang dikejar kambtib.

"Lianaaa."

"Lianaaa, kalau saya mau menemui dia saya harus kemanaa?"

Liana makin mempercepat larinya. Arka pun kemudian kehilangan jejak perempuan muda itu.

***

Di kantor.

Amanda mereguk wine sesaat setelah jam kerjanya usai, namun ia masih berada di ruangan.

"Lo udah menyerah?" tanya Nindya yang sejak beberapa menit lalu mampir ke kantor wanita itu.

"Ya, mau gimana lagi. Orangnya nggak mau, ya udah. Daripada Liana ribet, gue tugasin itu mulu. Mending dia balik jadi copywriter buat produk-produk perusahaan gue."

"Ya, lo cari kek cowok lain. Banyak tau, Man. Mau yang usia berapa aja, ada. Yang lokal ataupun blasteran, bisa dicari." tukas Nindya.

"Males gue, ntar kayak kejadian waktu itu. Pada banyak maunya. Kan gue cuma mau cari suami bayaran sementara, yang bisa kasih gue anak."

"Iya, maksud gue. Mungkin ditempat lain, ada."

"Males ah, mesti nyari-nyari lagi. Punya anak nggak punya anak juga sama aja. Kalaupun emang nggak ada penerus, gue kasih nih perusahaan ke orang lain. Buat elo kek atau siapa gitu."

"Hati-hati, Man. Ucapan adalah doa loh." Nindya mereguk es teh manis yang ia pesan dari kantin kantor.

"Ya biarin aja. Toh juga doa gue nggak buruk-buruk amat. Mulia loh gue, mau ngasih nih perusahaan gue ke elo."

Keduanya lalu sama-sama tertawa. Tiba-tiba telpon Nindya berdering, tak lama kemudian ia pun mengangkat telpon tersebut.

"Apa?" teriak Nindya dengan wajah penuh ketakutan.

"Kenapa, Nin?" tanya Amanda tak kalah paniknya.

"Man, Rani." ujar Nindya penuh kecemasan. Ia lalu buru-buru mengambil tasnya yang terletak di sofa.

"Rani, kenapa?"

"Rani, dia." Nindya tampak mondar-mandir tak karuan.

"Kenapa?" tanya Amanda semakin panik.

"Dia mau melahirkan." Nindya berujar dengan susah payah.

"Loh, kan masih lama. Masa iya sekarang, prematur dong?"

"Udah cepetan, Man. Rani tuh ditendang suaminya tadi katanya."

"Apa?"

Amanda syok, lalu buru-buru mengambil tas tangan dan kunci mobilnya. Detik berikutnya, mereka pun berlarian ke halaman parkir.

Amanda mengemudikan mobilnya sendiri. Karena jika menggunakan jasa supir, sudah pasti supirnya akan sangat berhati-hati. Namun kali ini ia bisa mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Man, man. Awas, Maaan."

Nindya berteriak, ketika Amanda hampir saja menabrak mobil lain di sebuah jalan.

"Man, pelan aja!"

"Minggir, Man!"

"Oooowww, woooow."

"Awas, Man!"

Nindya berisik di sepanjang perjalanan, sementara Amanda terus fokus ke depan. Beberapa kali ia menerobos lampu merah. Sampai kemudian,

"Nin, rumah sakit mana?"

"Haduh, Nindya menepuk dahinya."

"Gue lupa nanya lagi, Man."

Amanda menghela nafas. Kali ini mereka sengaja stop dipinggir jalan, karena tak tau arah dan tujuan. Nindya mencoba menghubungi nomor Rani.

"Nggak diangkat lagi, kayaknya dia lagi melahirkan deh sekarang. Parah banget itu suaminya." ujar Nindya dengan nada lemah.

"Gue akan suruh orang gue untuk nyari suaminya itu. Bakal gue bikin nyesel dan minta maaf sama Rani." Amanda berkata penuh dendam.

"Gue rasa sih, suaminya ngamuk karena Rani gugat cerai. Atau bisa jadi juga ngebet cerai, tapi terhalang karena Rani lagi hamil. Tau deh, nggak ngerti gue otak laki-laki model gitu."

"Apalagi gue." ujar Amanda.

Wanita itu menghela nafas, mereka belum juga mendapat kabar. Sementara kini Nindya mencoba menelpon lagi ke nomor Rani.

"Hallo, Ran." tiba-tiba telpon tersambung setelah sekian lama.

"Nin."

Suara Rani terisak diseberang, tak lama kemudian tangisnya pun pecah. Nindya berusaha menenangkan, sambil bertanya di rumah sakit mana kini Rani berada.

Tak lama berselang, Amanda mengemudikan mobilnya kembali. Menuju ketempat yang telah diberitahukan oleh Rani. Sesampainya di sana mereka langsung menuju ke kamar tempat dimana Rani dirawat. Wanita itu menangis, ketika akhirnya Amanda dan Nindya masuk.

Air mata Amanda jatuh, sementara Nindya tersedu-sedu. Rani menangis di pelukan kedua sahabatnya itu, bayi yang dikandungnya tak dapat lagi diselamatkan. Ia pun menceritakan kronologinya.

Benar dugaan Nindya, suaminya itu sudah sangat ingin bercerai secara hukum dan berencana menikahi selingkuhannya. Namun terhalang kehamilan Rani.

Karena orang yang sedang hamil tidak bisa bercerai hingga anaknya lahir. Ia pun marah dan menendang Rani dalam sebuah perdebatan panjang.

Kedua anak Rani melihat ibunya jatuh dengan posisi pendarahan. Mereka lalu meminta tolong pada tetangga. Kebetulan dirumah hanya ada mereka bertiga saja saat itu. Sesaat setelah menendang ayah mereka pergi entah kemana. Rani dibawah ke rumah sakit, namun bayinya tak sempat tertolong.

"Lo harus lapor polisi, Ran. Lo nggak boleh diem aja." ujar Nindya menggebu-gebu.

Rani mengangguk sambil masih menangis.

"Gue yang akan menyeret dia kekantor polisi." Amanda berkata dengan penuh dendam, seraya melempar pandangan ke suatu sudut.

"Brengsek itu orang." ujarnya lagi.

***

"Liana."

"Tok, tok, tok."

Sebuah ketukan pintu mengagetkan Liana di pagi-pagi buta. Liana pun membuka pintu kamarnya dan ternyata ibu kost.

"Ada apa ya, bu?" tanya Liana heran.

Tak mungkin ia ditagih uang kost karena beberapa hari lalu ia telah membayar.

"Ada yang nyariin kamu." ujar ibu kost tersebut.

"Siapa bu?" Liana kembali bertanya.

"Ibu nggak tau. Cowok, ganteng. Kayak bintang iklan gitu mukanya."

"Hah?"

Liana buru-buru ke depan dan mengintip dari balik tembok. Seketika ia pun terkejut lalu menutup mulut. Benar dugaannya, itu adalah Arka. Entah bagaimana Arka bisa menemukan kostnya ini, yang jelas ia harus kabur.

Liana berjalan perlahan, agar tak terdengar langkahnya. Ia kembali ke kamar, mengambil tas, dompet, lalu mengunci pintu dan mengendap lewat pintu pagar belakang. Perlahan ia pun berjalan lalu berlari menuju jalan raya. Namun tiba-tiba Arka sudah berada didepan matanya.

"Liana, saya mau bicara sama kamu. Kenapa kamu menghindari saya?"

Liana mencari jalan lain, namun kini Arka mencekal lengan perempuan itu dan mengambil paksa handphone dari tangan Liana.

"Saya teriakin copet ya." ancam Liana.

"Silahkan saya nggak takut. Saya akan bilang kalau kita sepasang kekasih yang lagi berantem, ayo teriak!"

Liana pun menghela nafas.

"Arka, Ibu Amanda itu nggak mau dipermainkan. Tipikalnya dia, kalau udah menyerah ya menyerah. Lagian kemaren-kemaren pas dia gigih banget ngejar kamu, kamu kemana aja?"

"Saya nggak mikir panjang saat itu, sekarang saya bener-bener butuh uang." jawab Arka.

"Kamu bilang udah bisa dapat uang sendiri."

"Udah habis."

"Sekarang lo nyesel kan, nyesel kan, nyesel kan." ujar Liana dengan menirukan nada lagu Young Lex, namun ekspresi wajahnya sangat datar.

"Li, kita lagi nggak bercanda." ujar Arka.

"Saya nggak bercanda." jawab Liana.

"Saya butuh, kamu hubungi Amanda sekarang. Bilang kalau saya berubah pikiran."

"Tapi bu Amanda akan marah, kalau saya terkesan plin-plan. Saya udah bilang nggak berhasil dan dia udah menyerah."

"Ya apa salahnya bilang ke dia, kalau saya berubah pikiran."

"Arka, itulah yang membedakan bu Amanda dari kita semua. Kenapa dia bisa menjadi CEO di usia yang terbilang cukup muda. Karena dia akan membuang serta melupakan hal yang sudah tidak penting baginya dan terus bergerak maju. Saya yakin bu Amanda juga udah nggak mau membahas hal ini lagi. Kalau terus saya paksain, saya nanti yang kena semprot."

"Telpon dulu, sekali aja. Please!" Arka memaksa.

Liana pun tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia menuruti saja apa yang menjadi kehendak Arka. Telpon tersambung namun tak diangkat.

"Tuh kan nggak diangkat, pasti dia sibuk."

Liana mencobanya lagi bahkan sampai empat kali, namun Amanda juga tak mengangkat. Ia lalu memberanikan diri untuk mengirim pesan singkat bahwa Arka telah merubah keputusan. Tak ada jawaban pula. Kali ini Arka menghela nafas dan membuang pandangan ke bawah.

Seketika Liana menghindar dan,

"Tuing."

Liana kabur dari Arka. Namun tak lama kemudian ia mendapat sebuah panggilan dari Amanda. Awalnya ia biasa saja, namun detik berikutnya ia pun berteriak.

"Arkaaa, tunggu!"

Liana pontang-panting mengejar Arka yang sudah entah dimana. Ia baru saja mendapatkan perintah dari Amanda untuk membawa pemuda itu kepadanya.

"Aduh mana sih tuh anak, cepet banget ngilangnya kayak copet pasar."

"Arkaaa."

Liana terus berlarian dan mencari kesana kemari. Dua hari kemudian Liana masih tak berhasil menemui Arka. Kemarin dia tidak ada di kampus dan hari ini pun sepertinya tak akan bertemu.

Liana juga sempat menyambangi rumah Arka, namun tak ada siapapun di sana. Ia tidak tahu jika saat ini keluarga Arka tengah sibuk bolak-balik ke rumah sakit. Sehingga rumah mereka kadang kosong.

Liana pun tak berani masuk ke kantor, karena Amanda pasti akan terus menanyakan perihal Arka. Ia bahkan sangat jarang membalas pesan maupun mengangkat telpon dari Amanda. Ia hanya berkata jika saat ini Arka tengah mempersiapkan diri.

Sementara di suatu sudut, Arka tampak terpaku. Baru saja ia mendapat telpon dari pihak kampus, bahwa ia akan di cuti paksakan. Karena tidak mampu membayar pada tenggat waktu yang telah ditentukan.

Padahal ia sudah sedikit lagi selesai, akan lebih lama jika harus menunggu selama satu tahun lagi. Jika sudah lulus, ia ingin sekali bekerja dan tak melulu harus mengandalkan dunia entertaint yang tak pasti. Namun kini semua harapannya pupus.

"Arka."

Tiba-tiba Liana muncul, namun Arka hanya menatapnya dengan tatapan lesu.

"Nggak perlu lagi." ujar Arka.

"Kuliah saya udah telat dibayar." lanjutnya kemudian.

Arka berbalik arah, Liana kini gantian mengejar.

"Arka, bu Amanda bilang dia udah setuju. Dia mau kalian segera ketemu dan menikah."

Arka masih diam, ia terus melangkah gontai. Kali ini Liana yang terserang emosi, ia tidak tau apa maunya Arka. Ia merasa bocah itu sudah mempermainkannya.

"Arka, saya udah memperjuangkan kamu ya " teriak Liana.

Kali ini Arka menghentikan langkah dan menoleh, ia menatap tajam ke arah Liana.

"Buat apa lagi Liana, semua udah telat. Saya mau menikahi Amanda itu atas azas manfaat. Supaya saya bisa bayar uang kuliah saya yang udah nunggak. Sekarang saya udah di cuti kan paksa, apalagi yang mesti saya bayar?"

"Ada."

Liana berkata sambil menatap Arka dalam-dalam.

"Hutang-hutang ibu kamu belum lunas, biaya pengobatan ayah kamu yang nggak sedikit."

Kali ini Arka terdiam, benar apa yang dikatakan Liana barusan.

"Apa kamu tega dengan mereka?. Tega nggak mikirin hidup mereka?. Kamu mau menyerah gitu aja sama keadaan?"

Arka makin terdiam. Namun tak lama kemudian sebuah mobil mewah tiba dihadapan mereka. Seorang supir keluar dan membukakan pintu. Arka menatap Liana, dan Liana mempersilahkan pemuda itu untuk masuk.

Terpopuler

Comments

Al^Grizzly🐨

Al^Grizzly🐨

Mc goblok and si wanita juga bagaimana ya...harusnya dia yg ketemu langsung sm Mc.

2024-01-28

0

Akatsuki _2x

Akatsuki _2x

ngakak banget sama liana plss 🤣

2023-07-06

1

Lela Lela

Lela Lela

Masuklah

2023-06-10

0

lihat semua
Episodes
1 Dua kehidupan
2 Siapa pewarisnya
3 Mendekati Arka
4 Masih Mendekati Arka
5 Berbalik Arah
6 Awal mula
7 Dimana Amanda
8 Wedding Day
9 Janji Amanda
10 Terjadi Lagi
11 Mulai Bertanya
12 Liburan
13 Amanda yang Menyebalkan
14 Kehamilan Awal
15 Mulai Sibuk.
16 Semakin Sibuk
17 Amanda VS Maureen
18 Posesif Agresif
19 Maaf
20 Berjalan Dengan Baik
21 Ngidam Aneh
22 Premiere
23 Premiere 2
24 Kota Tua
25 Nino dan Kenangan Hujan
26 Sebuah Percakapan
27 Salah Paham
28 Salah Paham Lagi
29 Cause You didn't Know
30 Karena Aku Telah Denganmu
31 Arka Untuk Amanda
32 Perasaan Arka
33 I Can't Make You Love Me
34 Tak Mudah
35 Cinta itu Cinta
36 Antara Kita dan Kota Tua
37 Tiba-Tiba
38 Arka VS Doni
39 I'm Sorry
40 Belum Waktunya
41 Hasrat
42 Hasrat yang Salah Tempat
43 Rencana Maureen
44 Arka Love Amanda
45 Hari Baru
46 Semakin Cinta
47 Amanda Cemburu
48 Curiga
49 Ketika Arka Bertemu Nino
50 Hampir
51 Jejak
52 Rasa yang Tertinggal
53 Pengintaian Pertama
54 Diantara
55 Pengintaian Kedua
56 Lagi-lagi Nino
57 Rahasia Arka
58 Baby Day
59 Kambing Hitam
60 Hey Arka I Love You
61 I Love You Completely
62 Bimbang
63 Hari Untuk Amanda
64 Demi Amanda
65 Sebuah Kenyataan
66 Sakit
67 Mencari Arka
68 Akhirnya
69 Pulang
70 Sepakat
71 Hari Pertama
72 Flashback
73 Hari Kedua
74 Masih di Hari Kedua
75 Hari Ketiga
76 Menjelang Baby Shower
77 Please Love Me
78 Kejutan Dari Arka
79 Persiapan Baby Shower
80 Baby Shower
81 Masih Baby Shower
82 Menjelang 7 Bulanan
83 Acara 7 Bulanan
84 Teguran
85 Keresahan Arka
86 Akhir Damai Nino Amanda
87 Cidera
88 Firasat
89 Istri Galak
90 Dikurung Amanda
91 BTS Meal
92 Balas Menghukum Amanda
93 Janji Adalah Hutang
94 Panggilan Sayang
95 Mulai Serius
96 Kecurigaan Arka
97 Pewaris Baru
98 A Moment
99 Where Are You
100 Sahabat?
101 Tangkap
102 Dimana Amanda
103 Semakin Rumit
104 Daftar Pernikahan
105 Salah Paham Yang Terselesaikan
106 Akhirnya
107 Selamat
108 Intan
109 Puncak
110 Mulai Mereda
111 Hadapi Saja
112 Hidup Baru
113 Siuman
114 Arka I'm Sorry
115 Intan Please
116 Mengapa Amanda
117 Relax
118 Memulai Aksi Balas
119 Nama Arka
120 Mengumpulkan Mereka
121 Mulai Bertingkah
122 Surprise
123 Cuti Atau Lanjut
124 Mau Lahiran Dimana?
125 Masalah
126 Mulai Sibuk Kembali
127 Menjelang
128 Hello World
129 Perkenalan (Session 2 episode pertama)
130 Riweh
131 Welcome Home
132 Begadang 1
133 Ingin Berdua
134 Ryan
135 Amanda Aneh?
136 Kepikiran
137 Cintara Oh Cintara
138 Perekrutan
139 Marah
140 Celebration
141 Arka Si Suami Bayaran
142 Malam Senyap Yang Bermakna
143 Detak
144 Who Are You
145 Jalan-Jalan
146 Kerumah Ibu
147 Memberanikan Diri
148 Kepikiran
149 I am Your Father
150 Amman dan Dendam
151 Imunisasi
152 Bertemu Lagi
153 Berkunjung
154 Terkejut
155 Tuntutan Amman
156 Kemarahan Ryan
157 Menjemput Si Kembar
158 Lagi-lagi Rani
159 Nah Kan
160 Pelaku Sebenarnya
161 Bertemu Anak.
162 New Princess
163 Flashback
164 Pesan Ibu
165 Nasehat Untuk Rianti
166 Jahilnya Amanda
167 Flashback 2
168 Jalan-Jalan
169 Mulai Rindu
170 Surprise
171 Happy Birthday Mama
172 Ketemu Mama
173 Kesepakatan
174 Pertemuan Tak Terduga
175 Bagaimana Ini
176 Mobil Baru
177 Pacaran Bagian 1
178 Pacaran Bagian 2
179 Malam Minggu
180 Masih Malam Minggu
181 Nyamuk
182 Panas
183 Ngambek
184 Antara Ryan dan Amman
185 Sebuah Keluarga
186 Siapa Wanita Itu
187 Why
188 Arka In Trouble
189 Suntuk
190 Rencana
191 So Close
192 Menjelang Liburan
193 Pertemuan Tak Terduga
194 Mari Berlibur Sejenak
195 Pengganggu
196 Gosip
197 Kaget
198 Pertama Tenang dulu
199 Maha Benar Netijen Segala Bacotnya
200 Tertawakan Saja
201 Dikejar Admin
202 Sebuah Keputusan
203 A New Day
204 Malam Panjang
205 Bucin Expert
206 Love
207 Hari Azka dan Afka
208 Petaka Awal Untuk Si Jahat
209 Hilang
210 Akhirnya
211 Percakapan
212 Jealous
213 Copet
214 Kemarahan Amman
215 Mencari Perhatian
216 Beku Bisu
217 Masih Beku
218 Sebuah Kisah Masa Lalu
219 Masih Dengan Masa Lalu
220 Sebuah Kenyataan Pahit
221 Diam
222 Keterangan
223 Isi Hati
224 Luluh
225 Karma
226 Dalang
227 Terpikir Akan
228 Kecewa
229 Titik Balik
230 Ingin Tenang
231 18 Juta
232 Terlihat
233 Mendekat
234 Entah Mengapa
235 Damai
236 Berpikir
237 Now And Forever
238 Nino
239 Marah
240 Perlahan Usai
241 Sidang Skripsi
242 Hadiah
243 Karaoke
244 Pamela
245 Datang
246 Emosi
247 Minggu Tenang
248 Takdir
249 Menjelang Hari
250 Amara
251 Perasaan
252 Cuti
253 Rapuh
254 Masih Disini
255 Nino Dan Ansel
256 Dimana Nadine
257 Fitting
258 Untuk Amara
259 Undangan Dan Bunga
260 Kesempatan Kedua
261 Berondong Bayaran dan CEO Cantik
262 Sebuah Keraguan
263 Fiona
264 Dibayar Tunai
265 Izin Bertemu
266 Clear
267 Keluarga Baru
268 Pengakuan Dan Permohonan
269 Wisuda
270 Resepsi (Last Episode)
271 Tenang (Bonus Chapter)
272 Krasak Krusuk Gubrak (Bonus Chapter)
273 Lega (Bonus Chapter)
274 Peta Kerokan (Bonus Chapter)
275 Bersama Si Kembar (Bonus Chapter)
276 Kelakuan Rio (Bonus Chapter)
277 Rio Menjadi-jadi (Bonus Chapter)
278 Berondong Bayaran Tayang (Bonus Chapter)
279 Hidup Indah (Bonus Chapter)
280 Hoaya (Bonus Chapter)
281 Sarapan (Bonus Chapter)
282 Pengakuan Jujur (Bonus Chapter)
283 Seblak Mama Firman (Bonus Chapter)
284 Ansel Si Kambing (Bonus Chapter)
285 Permintaan Rio (Bonus Chapter)
286 Demi Konten (Bonus Chapter)
287 Tawaran Rio Lagi (Bonus Chapter)
288 Resto (Bonus Chapter)
289 Untuk Nino (Bonus Chapter)
290 Curhatan Nino (Bonus Chapter)
291 Teori Ansel (Bonus Chapter)
292 Ansel Ganti Kepala (Bonus Chapter)
293 Ansel dan Judi (Bonus Chapter)
294 Mengasuh Itu Tak Mudah (Bonus Chapter)
Episodes

Updated 294 Episodes

1
Dua kehidupan
2
Siapa pewarisnya
3
Mendekati Arka
4
Masih Mendekati Arka
5
Berbalik Arah
6
Awal mula
7
Dimana Amanda
8
Wedding Day
9
Janji Amanda
10
Terjadi Lagi
11
Mulai Bertanya
12
Liburan
13
Amanda yang Menyebalkan
14
Kehamilan Awal
15
Mulai Sibuk.
16
Semakin Sibuk
17
Amanda VS Maureen
18
Posesif Agresif
19
Maaf
20
Berjalan Dengan Baik
21
Ngidam Aneh
22
Premiere
23
Premiere 2
24
Kota Tua
25
Nino dan Kenangan Hujan
26
Sebuah Percakapan
27
Salah Paham
28
Salah Paham Lagi
29
Cause You didn't Know
30
Karena Aku Telah Denganmu
31
Arka Untuk Amanda
32
Perasaan Arka
33
I Can't Make You Love Me
34
Tak Mudah
35
Cinta itu Cinta
36
Antara Kita dan Kota Tua
37
Tiba-Tiba
38
Arka VS Doni
39
I'm Sorry
40
Belum Waktunya
41
Hasrat
42
Hasrat yang Salah Tempat
43
Rencana Maureen
44
Arka Love Amanda
45
Hari Baru
46
Semakin Cinta
47
Amanda Cemburu
48
Curiga
49
Ketika Arka Bertemu Nino
50
Hampir
51
Jejak
52
Rasa yang Tertinggal
53
Pengintaian Pertama
54
Diantara
55
Pengintaian Kedua
56
Lagi-lagi Nino
57
Rahasia Arka
58
Baby Day
59
Kambing Hitam
60
Hey Arka I Love You
61
I Love You Completely
62
Bimbang
63
Hari Untuk Amanda
64
Demi Amanda
65
Sebuah Kenyataan
66
Sakit
67
Mencari Arka
68
Akhirnya
69
Pulang
70
Sepakat
71
Hari Pertama
72
Flashback
73
Hari Kedua
74
Masih di Hari Kedua
75
Hari Ketiga
76
Menjelang Baby Shower
77
Please Love Me
78
Kejutan Dari Arka
79
Persiapan Baby Shower
80
Baby Shower
81
Masih Baby Shower
82
Menjelang 7 Bulanan
83
Acara 7 Bulanan
84
Teguran
85
Keresahan Arka
86
Akhir Damai Nino Amanda
87
Cidera
88
Firasat
89
Istri Galak
90
Dikurung Amanda
91
BTS Meal
92
Balas Menghukum Amanda
93
Janji Adalah Hutang
94
Panggilan Sayang
95
Mulai Serius
96
Kecurigaan Arka
97
Pewaris Baru
98
A Moment
99
Where Are You
100
Sahabat?
101
Tangkap
102
Dimana Amanda
103
Semakin Rumit
104
Daftar Pernikahan
105
Salah Paham Yang Terselesaikan
106
Akhirnya
107
Selamat
108
Intan
109
Puncak
110
Mulai Mereda
111
Hadapi Saja
112
Hidup Baru
113
Siuman
114
Arka I'm Sorry
115
Intan Please
116
Mengapa Amanda
117
Relax
118
Memulai Aksi Balas
119
Nama Arka
120
Mengumpulkan Mereka
121
Mulai Bertingkah
122
Surprise
123
Cuti Atau Lanjut
124
Mau Lahiran Dimana?
125
Masalah
126
Mulai Sibuk Kembali
127
Menjelang
128
Hello World
129
Perkenalan (Session 2 episode pertama)
130
Riweh
131
Welcome Home
132
Begadang 1
133
Ingin Berdua
134
Ryan
135
Amanda Aneh?
136
Kepikiran
137
Cintara Oh Cintara
138
Perekrutan
139
Marah
140
Celebration
141
Arka Si Suami Bayaran
142
Malam Senyap Yang Bermakna
143
Detak
144
Who Are You
145
Jalan-Jalan
146
Kerumah Ibu
147
Memberanikan Diri
148
Kepikiran
149
I am Your Father
150
Amman dan Dendam
151
Imunisasi
152
Bertemu Lagi
153
Berkunjung
154
Terkejut
155
Tuntutan Amman
156
Kemarahan Ryan
157
Menjemput Si Kembar
158
Lagi-lagi Rani
159
Nah Kan
160
Pelaku Sebenarnya
161
Bertemu Anak.
162
New Princess
163
Flashback
164
Pesan Ibu
165
Nasehat Untuk Rianti
166
Jahilnya Amanda
167
Flashback 2
168
Jalan-Jalan
169
Mulai Rindu
170
Surprise
171
Happy Birthday Mama
172
Ketemu Mama
173
Kesepakatan
174
Pertemuan Tak Terduga
175
Bagaimana Ini
176
Mobil Baru
177
Pacaran Bagian 1
178
Pacaran Bagian 2
179
Malam Minggu
180
Masih Malam Minggu
181
Nyamuk
182
Panas
183
Ngambek
184
Antara Ryan dan Amman
185
Sebuah Keluarga
186
Siapa Wanita Itu
187
Why
188
Arka In Trouble
189
Suntuk
190
Rencana
191
So Close
192
Menjelang Liburan
193
Pertemuan Tak Terduga
194
Mari Berlibur Sejenak
195
Pengganggu
196
Gosip
197
Kaget
198
Pertama Tenang dulu
199
Maha Benar Netijen Segala Bacotnya
200
Tertawakan Saja
201
Dikejar Admin
202
Sebuah Keputusan
203
A New Day
204
Malam Panjang
205
Bucin Expert
206
Love
207
Hari Azka dan Afka
208
Petaka Awal Untuk Si Jahat
209
Hilang
210
Akhirnya
211
Percakapan
212
Jealous
213
Copet
214
Kemarahan Amman
215
Mencari Perhatian
216
Beku Bisu
217
Masih Beku
218
Sebuah Kisah Masa Lalu
219
Masih Dengan Masa Lalu
220
Sebuah Kenyataan Pahit
221
Diam
222
Keterangan
223
Isi Hati
224
Luluh
225
Karma
226
Dalang
227
Terpikir Akan
228
Kecewa
229
Titik Balik
230
Ingin Tenang
231
18 Juta
232
Terlihat
233
Mendekat
234
Entah Mengapa
235
Damai
236
Berpikir
237
Now And Forever
238
Nino
239
Marah
240
Perlahan Usai
241
Sidang Skripsi
242
Hadiah
243
Karaoke
244
Pamela
245
Datang
246
Emosi
247
Minggu Tenang
248
Takdir
249
Menjelang Hari
250
Amara
251
Perasaan
252
Cuti
253
Rapuh
254
Masih Disini
255
Nino Dan Ansel
256
Dimana Nadine
257
Fitting
258
Untuk Amara
259
Undangan Dan Bunga
260
Kesempatan Kedua
261
Berondong Bayaran dan CEO Cantik
262
Sebuah Keraguan
263
Fiona
264
Dibayar Tunai
265
Izin Bertemu
266
Clear
267
Keluarga Baru
268
Pengakuan Dan Permohonan
269
Wisuda
270
Resepsi (Last Episode)
271
Tenang (Bonus Chapter)
272
Krasak Krusuk Gubrak (Bonus Chapter)
273
Lega (Bonus Chapter)
274
Peta Kerokan (Bonus Chapter)
275
Bersama Si Kembar (Bonus Chapter)
276
Kelakuan Rio (Bonus Chapter)
277
Rio Menjadi-jadi (Bonus Chapter)
278
Berondong Bayaran Tayang (Bonus Chapter)
279
Hidup Indah (Bonus Chapter)
280
Hoaya (Bonus Chapter)
281
Sarapan (Bonus Chapter)
282
Pengakuan Jujur (Bonus Chapter)
283
Seblak Mama Firman (Bonus Chapter)
284
Ansel Si Kambing (Bonus Chapter)
285
Permintaan Rio (Bonus Chapter)
286
Demi Konten (Bonus Chapter)
287
Tawaran Rio Lagi (Bonus Chapter)
288
Resto (Bonus Chapter)
289
Untuk Nino (Bonus Chapter)
290
Curhatan Nino (Bonus Chapter)
291
Teori Ansel (Bonus Chapter)
292
Ansel Ganti Kepala (Bonus Chapter)
293
Ansel dan Judi (Bonus Chapter)
294
Mengasuh Itu Tak Mudah (Bonus Chapter)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!