"Memangnya berapa sih gaji seorang guru ngaji itu sampe banyak yang putus sekolah hanya karena ingin masuk pesantren? kan ujung-ujungnya cuma jadi guru ngaji saja" Tanya Naura
"Setau saya guru di pesantren abinya ustadz Azzar itu nggak digaji. karena murid-murid disana kadang hanya memiliki dana seadanya, itupun juga hanya cukup untuk membeli keperluan hari-hari mereka disana" Jawab Fani
"Nah kan, jadi mereka dapat gaji darimana? Minta sama orang tuanya?" Lanjut Naura
"Kalau itu sih saya juga kagak tau penghasilannya dapat dari mana kan saya nggak ada keturunan pesantren Ra. hehehe Kayaknya Loh anti banget ya sama dunia Pesantren? "
" Nggak benci juga sih. cuma heran aja, dia mau juga ya kerja tanpa digaji seperti itu. emangnya dia itu nggak punya masa depan ya?"
"Maksud kamu kerja bakti? jadi guru ngaji gratis?"
"iya maksud saya seperti itu. ato dengan kata lain kerja sukarela. gimana rasanya jadi istrinya nantinya ya yang punya suami tanpa penghasilan seperti itu?. Huffttt Amit-amit"
Fani tak henti-hentinya tertawa mendengar ucapan Naura yang menyebut kalau seorang guru ngaji tidak memiliki masa depan. tapi dalam pikirannya ucapannya itu ada benarnya juga.
"Nggak boleh Ra bilang seperti itu, mungkin saja kamu nantinya jadi istri ustadz gimana?" Lanjut Fani sambil meledek.
"Aduh, Amit-amit. loh aja deh yang bersuami dengan ustadz. Gue itu calon istrinya seorang CEO perusahaan ternama yg kantornya itu memiliki pulihan lantai dan menjulang tinggi"
" Huuu Mimpi lo Ra. sok-sok an mau jadi istri seorang CEO. lo saja nggak tau masak, kerjanya tidur mulu dan malas-malasan, hahahaha"
"nggak usah disebut semua kali Fan, tapi kan setiap org ada kalanya akan berubah. mungkin saja sekarang ini saya seperti ini tapi kan nggak tau setelah lulus sekolah nanti kita jadi apa. pokoknya saya mau jadi Istri CEO. Titik."
" Amin deh. semoga saja ya. Tapi saya nggak yakin tuh"
" Udah ah malas berdebat dengan kamu mending pulang aja" Naura Ngambek dan berdiri meninggalkan Fani
" Lah gitu aja kok ngambek" Fani berdiri dan berlari mengejar Naura dan memeluknya.
"Maaf ya Ra, tadi saya cuma bercanda kok. kalau ngambek entar cantiknya luntur loh" Bujuk Fani
" Heheheh siapa juga yang marah Fan. nggak ada sejarahnya seorang Naura Sugiarto mau marah dengan sahabat pengertian seperti kamu"
"Thanks ya Ra. lo juga sahabat saya yang paling baik"
Akhirnya mereka berjalan pulang dengan suka ria sambil bergandeng tangan. di perjalananpun mereka sesekali bernyanyi hingga tidak terasa mereka sampai ke rumah masing-masing.
Azzar telah selesai mengajar, ia pun bersiap-siap dan bergegas pulang kerumah yang terletak didalam pesantren. Azzar adalah pemuda cerdas, Tampan, mempesona dan berwibawa
Azzar ada putra dari Abdullah rahman dan Aizah Humairah, pendiri pondok pesantren terbesar didaerah mereka. dia sudah digadang-gadang oleh Abi nya sebagai penerus pondok pesantren setelah abi nya meninggal karena hanya dia lah anak tunggal. Azzar pun dengan ikhlas menerima semua amanah itu dengan senang hati dan lebih giat belajar tentang ilmu agama
Azzar memang tidak melanjutkan Kuliah namun dia hanya fokus pada kitab kuning saja. dan fokusnya membuahkan hasil. dia bisa membaca kitab Mahalli dengan baik dan menjelaskan maknanya dengan bahasa yang muda dipahami.
Sesampainya dirumah, Azzar lalu masuk kedalam kamarnya yang penuh dengan kitab dan buku-buku agama. terlihat jelas juga poster-poster ulama yang menghiasi dinding kamarnya yang luas
"Kok saya kepikiran terus dengan wajah gadis itu ya? apakah saya sedang jatuh cinta?" bertanya dalam hati sambil merebahkan badannya di kasur.
"Tidak... Tidak mungkin aku jatuh Cinta. apalagi jatuh cinta dengan seorang gadis yang tidak berhijab. pasti abi tidak bakalan setuju"
Akhirnya Azzar mengambil Kitab dan membacanya agar dapat menyingkirkan fikiran tentang gadis itu selain itu sebentar sore juga ia akan mengajar ke anak didiknya lagi jadi mesti memperdalam ilmunya.
"Azzar..." Teriakan umminya membuyarkan fokusnya terhadap kitab yang saat ini dia baca.
"Iya Ummi, Ada apa?" Jawab Nizam sambil membukakan pintu kamarnya.
"Ummi mau minta bantuan boleh?"
"iya ummi, Bantu apa?"
"Ummi mau minta tolong untuk dibelikan Bumbu masak. sudah habis dan ummi tidak sempat keluar untuk belanja"
"Ummi mau ikut dengan Azzar untuk belanja bumbu masaknya?" Tanya Azzar kepada Umminya
"Nggak Bisa, Ummi sementara masak di dapur. Kamu aja yang keluar belanja dan ini sudah saya catatkan daftar belanjaannya"
" Baik Ummi. klu begitu saya berangkat dulu"
" iya. kamu hati-hati dijalan"
Azzar pun bergegas keluar dari kamarnya dan bertemu dengan abi nya
"Mau kemana lagi Nak?, baru pulang sudah mau keluar lagi" Tanya Abinya
"Azzar mau ke pasar bi. tadi ummi minta tolong dibelikan bumbu masak"
" sini biar abi saja yang beli. kamu istirahat saja. kan nanti kamu mau ngajar lagi"
"Nggak apa Bi. lagian abi juga capek kan"
" Ya sudah kalau begitu. kamu hati-hati ya?"
Azzar akhirnya keluar dengan menggunakan mobil karena cuaca diluar cukup panas. setelah sampainya disana, ia langsung membeli semua yang sesuai dengan catatan yang sudah ada.
Setelah semua sudah dibeli sesuai dengan daftar belanjaan, Azzar pun kembali mengendarai mobilnya untuk pulang.
diperjalanan pulang menuju rumahnya, tidak sengaja Azzar melihat gadis yang sempat ia temui di masjid tadi.
"Sepertinya itu gadis yang tadi ya?" Tanya Azzar saat melihat Naura yang sedang Meminum Es dawet dipinggir jalan.
Naura memang suka dengan Es dawet. bahkan hampir tiap hari ia selalu membeli es dawet yang lewat didepan rumahnya.
Azzar Memelankan laju mobilnya dan mencari tempat parkir disekitarnya. kebetulan ada warung yang tutup dan akhirnya memarkirkan mobilnya didepan kios yang juga tak jauh dari tempat Naura duduk minum Es dawet.
Azzar sengaja lebih dekat dengan alasan agar dia dapat melihat dengan jelas wajah gadis itu yang sudah mengganggu pikirannya. Lama Azzar menunggu sampai Naura menghabiskan es dawetnya. memang enak panas-panas begini minum yang seger-seger.
Gadis itu benar-benar cantik dimata Azzar. sampai azzar sekali-kali menundukkan pandangannya beberapa kali agar dapat menjaga batinnya.
"Segar banget. Memang enak ya, siang panas-panas begini sambil minum es dawet" Ucap Naura setelah meminum habis es dawet dan berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri penjualnya.
" ini uangnya pak" Ucap Naura sambil meletakkan uangnya diatas gerobaknya karena penjualnya lagi menyiapkan Es dawet untuk pembeli yang lain.
Naura berjalan pulang, Azzar pun tak mau kehilangan jejak untuk tau dimana gadis itu tinggal. hingga dia melihat masuk di salah satu rumah mewah dan besar di dalam kompleks. melihat dari rumahnya saja, sudah dipastikan kalau gadis itu termasuk orang yang berada.
Azzar akhirnya berhenti tepat di depan gerobak penjual es dawet. karena dia penasaran seenak apa es dawet itu hingga gadis yang kaya raya itu mau minum es dawet pinggir jalan. ia pun memesan es dawetnya.
" Terima kasih ya pak" Ucap Azzar sambil menyeruput Es dawet itu.
"Wah, emang enak banget nih. wajar aja gadis itu suka" Gumam Azzar
"Wadduh, Hampir lupa. belanjaannya ummi masih di mobil" Azzar tiba-tiba teringat akan belanjaan umminya. ia pun segera menghabiskan es dawetnya dan membayarnya
"Ini pak bayarannya" Ucap Azzar
"Tunggu kembaliannya mas" ucap pedagang es dawet itu yang sudah menerima pecahan 100 ribu dari Azzar
"Nggak usah pak. ambil saja. itu rejeki bapak. Oh iya pak saya mau tanya. bapak kenal nggak dengan gadi yang tadi minum es dawet juga disini yang rumahnya disana itu? " Tanya Azzar sambil menunjuk ke arah rumah naura
"Oh itu Non Naura!"
"Naura Namanya pak?"
"Iya,nama panggilannya Naura"
" Ya sudah pak. Terima kasih banyak. kalau begitu saya balik dulu ya. Assalamualaikum" ucap Azzar sambil bergegas pulang dan meninggalkan gerobak es dawet itu.
"Waalaikum salam mas" Ucap penjual es dawet itu sambil memanggil Azzar sambil berterima kasih karena sdh diberikan uang.
Bapak penjual es dawet itu heran melihat sikap Azzar yang seperti detektif cinta. namun ia harus melupakan itu dan lanjut melayani pembeli yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments