SELIR PERSEMBAHAN
Pohon Willow tua di tepi sungai Yalu, berdiri congkak menantang langit sore meskipun pohon itu tinggal ranting kering kusam yang menjari seperti akar renta. Salju yang menempel pada ranting dan kulit pohon seperti bercahaya dari kejauhan karena kontras dengan pohon yang hitam legam itu.
Musim gugur yang singkat telah berlalu, berganti dengan musim dingin di kota kecil Youwu. Cuaca pada saat pagi dan malam akan terasa sangat dingin sampai menusuk ke tulang.
Tidak ada lagi pemandangan kiambang yang kemilau ditimpa cahaya matahari di atas permukaan air bahkan kabut yang biasa berarak lembut di atas sungai Yalu juga telah lenyap entah kemana. Yang tersisa hanyalah langit suram di atas dataran tinggi, di seberang sungai.
Xiao Yi, menyibak rambutnya dengan anggun sambil menarik mantelnya lebih kuat. Gadis dengan mata secerah langit pagi di musim semi ini masih berdiri di bawah pohon willow dengan lamunan yang mengambang. Pikirannya seperti melayang-layang menyeruak diantara pepohonan dan rumput liar yang mulai diselimuti warna putih.
Bibirnya tipisnya yang merona sewarna dengan bunga persik mekar itu terkatup rapat.
Dari kejauhan jubahnya bergerak-gerak lembut, dibelai angin sore. Tatapannya jauh ke arah sungai Yalu yang dalam beberapa minggu lagi akan membeku.
Musim dingin di kota paling utara Yanzhi ini memang selalu mempunyai musim dingin yang ekstrim. Jika musim dingin tiba maka sungai-sungai akan perlahan ditutupi es.
"Nona, waktunya pulang..." Chu Cu pelayan Xiao Yi mendekati nona mudanya sambil menunduk.
Xiao Yi masih diam terpaku memandang ke arah sungai yang lengang. Suara Chu Cu seperti lewat begitu saja di telinganya.
"Sebentar lagi malam, tuan besar akan marah jika tahu nona masih di sini." Chu Cu bersuara lagi penuh permohonan dan sedikit menyiratkan kecemasan.
Xiao Yi menghela nafasnya pelan, orang yang di tunggu sedari tadi tak muncul juga. Atau kah dia lupa janjinya bahwa sore ini menemui Xiao Yi. Seseorang yang mungkin saja bisa merubah rasa takut dan kuatir yang dirasakannya saat ini.
Hari ini mungkin adalah hari terakhir mereka bertemu atau jika takdir berkata lain mungkin saja ini adalah hari dimana dia bisa terus bersama dengan orang yang ditunggunya itu.
Xiao Yi melempar pandangan ke arah langit, gelap lebih cepat turun di musim dingin seperti ini. Tahun ini, mungkin saja Xiao Yi tidak akan sempat melihat es tipis di atas sungai Yalu, jika besok ia akan memulai perjalanan ke kota Yubei, ibu kota Yanzhi.
Ibukota kerajaan itu konon sangat indah, musim dingin di sana tidak seekstrim di Youwu. Di sana tidak sedingin di pinggir sungai Yalu, dan jika musim dingin berlalu, tidak akan ada banjir seperti di Youwu yang akan selalu terjadi setiap tahun ketika sungai Yalu akan mulai mencair setelah musim semi menyapa.
Xiao Yi mendesah pelan, entah kapan dia bisa kembali melihat musim dingin di sungai Yalu ini, atau mungkin seumur hidupnya hanya akan merindukan suasana sungai ini.
" Yi'er..." sebuah suara lembut memecah kesunyian. Segera Xiao Yi menoleh ke asal suara, di belakangnya telah berdiri Qian Ren dengan seulas senyum hambar. Senyum yang menggambarkan keterpaksaan.
Xiao Yi melemparkan tubuhnya ke pelukan Qian Ren dengan penuh kerinduan.
Pemuda gagah itu memeluknya dengan kuat.
"Bawa saja aku pergi..." desah Xiao Yi dari dalam dekapan Qian Ren.
Qian Ren tak menjawab, hanya melenguh berat.
"Aku bisa membawamu pergi, tetapi setelah itu kita akan di hukum mati." Qian Ren menyahut dengan suara bergetar.
"Kalau aku sudah meninggalkan Youwu, maka semua sudah terlambat" air mata Xiao Yi terasa dingin melewati pipinya.
"Ayahku tidak akan memaafkan kita berdua" bisik Qian Ren.
Qian Ren mendekap gadis itu kuat-kuat, tangan kanannya memeluk leher jenjang Xiao Yi sementara tangan kirinya melingkari pinggang ramping gadis itu dengan erat.
"Tidak kah kamu sudah memohon untuk kita?"
tanya Xiao Yi di sela isak tangis.
"Aku sudah memohon ribuan kali, tapi ayahku mengancam akan menyakitimu dan keluargamu jika aku memaksa untuk menahan mu" ucap Qian Ren berat dan sedih.
Xiao Yi semakin terisak. Kekasih yang dicintainya itu bahkan tak berdaya membebaskannya dari belenggunya.
"Dia ayahmu, dia akan mengerti jika kamu memohon lagi" Xiao Yi menekan pinggang Qian Ren seolah menggambarkan harapannya.
Qian Ren melepas pelukannya perlahan, dipegangnya lembut pundak Xiao Yi.
"Kamu tahu ayahku seperti apa, tidak ada yang bisa membantahnya jika dia sudah membuat keputusan" tegas Qian Ren.
Di usapnya kedua belah pipi Xiao Yi dengan ibu jarinya.
"Aku bisa saja membawamu lari, tapi mereka pasti akan menangkap kita. Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu Yi'er " mata hitam legam Qian Ren memandang dalam ke arah mata Xiao Yi yang berkilau oleh air mata.
"Kamu tidak benar-benar mencintaiku" tuding Xiao Yi kecewa.
"Karena aku mencintaimu, aku tidak akan membuat keputusan yang akan menyakitimu. Aku tidak sanggup untuk hidup jika kamu harus mati karena aku," Qian Ren meremas bahu Xiao Yi seakan memintanya untuk mengerti.
"Aku lebih berani dihukum mati, jika perlu..." bisik Xiao Yi.
"Aku tidak mau kamu mati!" Qian Ren mengguncang tubuh ramping di depannya dengan gusar.
Lalu dengan kasar di tariknya Xiao Yi ke dalam pelukannya.
"Aku bisa hidup hanya jika tahu kamu juga hidup dengan baik" bisik Qian Ren lirih di telinga Xiao Yi.
"Pergilah dulu, aku akan mencari jalan supaya kita bisa bertemu lagi."lanjutnya.
"Aku akan menjemputmu dari Yubei dengan cara apapun, tunggu saja..." janji Qian Ren setengah membujuk.
Mereka berpelukan erat di bawah pohon willow tua sementara sore sudah di ujungnya dan malam seolah ingin merampas segera waktu untuk mengutus gelap berkuasa.
"Aku akan mengantarmu pulang" Qian Ren mendorong tubuh Xiao Yi lembut. lalu menggandeng tangan gadis itu dengan erat. Telapak tangan Xiao Yi terasa dingin seperti akan membeku. Ditiupnya tangan itu dengan mesra, berharap nafasnya bisa menghangatkan Xiao Yi.
Mereka berdua berjalan menyusuri pinggir sungai Yalu dengan hening. Chu Cu berjalan di belakang mengikuti dengan cemas.
Dia berharap dalam hati, tuan besar dan nyonya besar tidak akan tahu, jika nona mudanya ini pulang terlambat.
Musim dingin terasa benar-benar cepat, hawa dingin yang begitu menyengat kulit seperti mengisyaratkan salju akan turun malam ini.
Angin yang mulai bertiup kencang mengangkat rambut nona mudanya seperti siluet hitam yang indah, berkibar turun naik seperti berirama.
Perpisahan tuan muda Qian Ren dan Nona Xiao Yi juga menyisakan kesedihan di hati Chu Cu, karena pelayan muda itu tahu keduanya saling mencintai.
Malam mulai turun di kota kecil Youwu, salju pun mulai melayang-layang seperti kapas di udara. Langit seperti ikut menumpahkan kesedihannya untuk perpisahan mereka.
...Terimakasih readers tersayang yang sudah mengikuti kisah Selir Persembahan🙏☺️...
...**Nantikan UP episode selanjutnya......
...🌹🌹**...
...Silahkan komen di bawah, jangan lupa like nya🙏☺️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Dewi Kasinji
ijin baca kak
2024-09-13
0
Indri Ani40
Ada adegan +21 g...😁😁😁😁😁😁
2023-09-23
0
Nisa Nisa
kata2nya bagus ,susunan dan alurnya bagus. aq suka❤
2023-09-10
0