7 Life Crystals Book I
Crymane.
Di mana sebagian besar manusia memiliki kekuatan spesial yang disebut magica.
Dasarnya magica yang dimiliki manusia terbagi atas dua, ilmu magica dan kekuatan magica. Ilmu magica dihasilkan oleh hasil pemikiran dan dapat dipelajari oleh siapa saja yang memiliki magica. Sedangkan kekuatan magica ialah kekuatan murni yang diturunkan langsung pada anak yang lahir sesuai dengan elemen yang dimiliki orang tuanya. Setiap manusia memiliki ilmu magica, tapi belum tentu memiliki elemen dasar magica pada dirinya.
Sejarahnya, Crymane merupakan dunia yang penuh dengan perperangan. Manusia selalu saja membanggakan magica yang dimiliki. Di mana-mana adanya pertempuran untuk menjadi penguasa, perebutan wilayah, menindas yang lemah, merampas harta-benda. Tidak ada perlindungan, tidak ada satu pun tempat yang aman. Hanya ada kesedihan, kesengsaraan. Tangisan bayi maupun tangisan orang dewasa terdengar hampir sama akibat rasa sakit karena kehilangan orang yang dicintai.
Suatu hari, tujuh pemuda yang berasal dari suku dan daerah yang berbeda menyatakan perdamaian ke seluruh penjuru Crymane. Mereka dijuluki sebagai Seven Knights. Mereka menjadi pemimpin di daerah mereka masing-masing, menciptakan hukum, menyediakan tempat perlindungan bagi kaum yang lemah, memberi sangsi kepada penindas, dan membuat perjanjian saling membantu antar daerah kekuasaan.
Persatuan perdamaian yang dibuat dijadikan satu kendali atas nama Kerajaan Woerlt. Orang-orang yang menerima perdamaian mulai memasuki wilayah Kerajaan tersebut. Perlahan tatanan kehidupan manusia berangsur membaik.
Namun masih ada beberapa kelompok yang tidak ingin berada di bawah kendali. Mereka merupakan manusia yang berkeinginan menguasai dunia dalam genggamannya. Peperangan pun terjadi antara pihak perdamaian dengan pihak kehancuran. Meski begitu pihak kebenaranlah yang memenangkan peperangan.
Demi menjaga perdamaian Crymane, ketujuh kesatria yang tidak tertandingi itu menyegel kekuatan mereka ke dalam tujuh kristal. Masing-masingnya memiliki warna yang melambangkan magica mereka. Kristal tersebut dimaksudkan sebagai kekuatan pendukung keturunan mereka sebagai penjaga kedamaian. Satu per satu para pahlawan itu meninggal, setiap kristal dengan sendirinya menyatu dengan Crymane.
Agar tidak terjadi pertikaian perebutan kekuatan, Kerajaan Woerlt yang sebagai pusat kekuasaan Crymane pun mengadakan sebuah tradisi. Setiap lima puluh tahun mereka akan mengirim seorang keturunan pemegang kekuatan murni untuk mencari kristal-kristal tersebut. Dikumpulkan untuk ritual kedamaian Crymane dan penghormatan kepada pada ketujuh kesatria masa lalu.
Mulai dari sinilah pencarian kristal pun dimulai. Raja Woerlt mentitahkan seorang anaknya sebagai perwakilan kerajaan memulai perjalan mencari tujuh kristal beserta para pengendalinya.
.
.
.
.
.
.
.
Hari ini aku memulai perjalanan dalam pencarian mengumpulkan ketujuh kristal legenda. Tidak ada bantuan dari kerajaan, hanya beberapa bekal, berbagai persiapan dalam perjalanan dan kekuatan magica yang kumiliki. Perjalanan tanpa kereta kuda mewah dari kerajaan, hanya berjalan kaki dan sesekali menumpang pada kereta pedagang yang memiliki arah jalan yang sama. Itu semua demi mengumpulkan kekuatan dan pengalaman. Semua ini kulakukan sebagai Putri Kerajaan Woerlt. Akulah sang terpilih. Dan kini, aku sedang menuju kerajaan selanjutnya, untuk menjemput seorang teman dalam perjalanan ke Kerajaan Hearthose.
^^^––Lacus Wallt^^^
.
.
.
.
.
.
.
Kerajaan Hearthose merupakan salah satu dari tiga kerajaan terbesar di Crymane. Dipimpin oleh seorang raja bernama Ruzhi Athhra. Ia merupakan seorang raja yang tegas dan menjunjung tinggi keadilan. Raja Rhuzi didampingi oleh seorang ratu yang terkenal ramah dan bijaksana, ialah Ratu Amaria. Raja dan Ratu Hearthose memiliki sepasang anak yang sangat mereka dambakan.
Ialah Putra Kerajaan, pewaris tahta bernama Pangeran Shin. Seorang kesatria nomor satu di Kerajaan Hearthose yang sangat terkenal, didukung dengan parasnya yang menawan dan kecerdasan otak.
Sementara Putri Kerajaan tidak seperti kakaknya yang terkenal. Masyarakat Hearthose tidak mengenal bagaimana Sang Putri tersebut, baik sifat mau pun parasnya. Karena itulah kenyataan Sang Putri yang merahasiakan identitas. Hanya mereka yang bekerja di istana, para dayang dan pengawal khusus kerajaan yang mengetahui seperti apa Putri Hearthose yang sesungguhnya.
Meski banyak gosip buruk yang beredar tentang Sang Putri, Raja, Ratu, para dayang dan pengawal memutuskan untuk tidak mengungkit tentang Sang Putri yang tidak ingin dikenal sebagai Putri Kerajaan.
Coba tebak, di mana sekarang Sang Putri tersebut? Ia ada di sebuah lapangan terbuka yang terletak di balik pasar. Di sana ada delapan anak bermain bersama.
“Yula! Tangkap bolanya!” teriak Anko. Gadis berambut hitam sebahu itu dengan sekuat tenaga melempar bola agar sampai pada teman satu timnya. Setelah bola dilempar, ia membenarkan letak kacamatanya yang miring ke kiri.
“Hati-hati Yula, Tamaki di belakang!” seru Yoru memperingati.
“Hup!” Bola berhasil ditangkap oleh anak bernama Yula. Ia segera membawanya ke ring lawan. Tapi, pemain hanya boleh empat langkah saat membawa bola dan harus di lempar ke kawan.
Hanya Tania yang nggak dijaga! Aku menggantungkan harapan padanya, gumam Yula dalam hati. “Tania, ambil!” Ia melempar bola ke Tania. “Cepat, lempar ke ring!”
Wajah gadis berwajah bulat itu langsung pucat. “Aku tak bisa!”
“Lakukan saja! Percayalah!” seru Yula percaya sepenuhnya pada teman satu timnya.
Dengan keraguan Tania melempar bola ke ring karena sudah terdesak dengan kehadiran Mana dari tim lawan. Bola pun dilempar, tapi hanya mencapai bibir ring. Tamaki, kapten lawan segera berlari untuk menangkap bola. Tanpa disadari anak laki-laki itu, Yula terlebih dulu menangkap, memasukkannya ke ring.
Bola masuk ke ring. Poin bertambah untuk tim Yula. Mereka bersorak dan saling bertosan.
“Masuk!” sorak tiga anak satu tim.
“Jangan senang dulu! Pertandingan baru saja dimulai!” tantang Tamaki.
“Benar! Ayo kita lanjutkan!” balas Yula semangat.
Permainan pun kembali berlanjut. Tim yang diketuai oleh Yula, dengan anggotanya Anko, Yoru dan Tania melawan tim Tamaki sebagai ketua, dengan anggotanya Roku, Mana dan Mika. Kedelapan anak itu saling berebutan bola. Saking asiknya bermain, ada yang lupa melempar bola pada teman satu tim, terus menggiring bola ke ring sendirian dan bersorak sendirian. Tentu saja, yang lain bersorak kesal.
“Yoru!”
Yoru yang bermain sendiri itu terkekeh melihat wajah kesal teman-temannya.
Mereka kembali bermain dengan serius. Tiba-tiba lonceng besar di tengah kota berbunyi riuh hingga terdengar ke seluruh penjuru kerajaan. Semua rakyat Hearthose menghentikan aktifitas. Pandangan mereka tertuju pada lonceng yang berbunyi tersebut, termasuk Yula dan teman-temannya. Bahkan Yoru melupakan bola yang dilemparnya itu tidak sengaja mengenai wajah Tania. Gadis bertubuh kecil itu meringis seorang diri.
“Ada apa itu?” tanya Yoru heran. Ia tidak sadar Tania menangis karena lemparannya.
“Huwaaa.... Yoru jahaaat!” Tania berhasil memecah keheningan hingga semua sadar apa yang terjadi padanya.
Mereka langsung menghampiri Tania, menghibur agar tidak menangis. Yula geram menatap Yoru yang tidak terlihat merasa bersalah. Ia segera menarik kerah baju Yoru dan menyeretnya untuk minta maaf. “Minta maaf, sana!”
“Aku tak sangka lemparanku terlalu keras.”
“Ma-af-nya ma-na YO-RU?” Yula semakin geram. Ia tidak suka jika ada orang yang membuat temannya sedih. Terlebih ia tidak suka dengan orang yang tidak mau mengakui kesalahan.
Yoru merinding ditatap tajam. Terlebih ia takut diterbangkan ke langit dengan magica gadis berambut pirang itu. Dengan cepat ia menundukkan kepala. “Maaf.”
“Apa itu dari lubuk hati terdalam?” Roku, kembarannya, memanasi keadaan.
Yoru mengikuti candaan, dengan suara lemah gemulai menjawab, “Dari lubuk hati terdalam, Tania tersayang~.”
Walau hanya candaan, wajah Tania memerah mendengarnya.
Yula langsung memukul kepala Yoru. “Jangan bercanda!”
Yoru mengaduh dan mengelus kepala. “Sakit tahu, Ketua Yula, jangan seenaknya memukul, dong!”
“Kau berhak mendapatkannya!” Yula melipat kedua tangan ke dada, berdiri dengan tegap tanpa ragu.
Yang lain tertawa geli akan penderitaan Yoru, dan kemarahan Yula yang terlihat lucu. Bahkan Tania sendiri turut tertawa. Beginilah setiap hari, mereka berdelapan menghabiskan waktu bersama. Meski tidak diakui oleh ucapan, mereka setuju kalau Yula lah sang pemimpin kelompok.
Dibalik tindakan yang semaunya, Yula peduli dan selalu melindungi mereka. Berkat kehadiran gadis itu juga, ketujuh anak yang kesehariannya saling menyendiri di akademi dipersatukan. Mereka menghabiskan waktu dengan belajar dan bermain bersama.
Melihat banyak orang yang berjalan tergesa-gesa ke suatu tempat membuat kedelapan anak itu bingung. Mereka berdelapan saling memandang, dan saling mengedikkan bahu.
“Apa ada yang datang?” terka Anko ragu. Yang lain hanya menggeleng tidak tahu.
Yula terdiam sesaat. Ia berpikir kenapa lonceng alun-alun berbunyi? Tentunya lonceng itu berbunyi karena ada suatu hal. Ia teringat ucapan Anko barusan.
Ada yang datang? Yang datang..., orang penting ... datang? Datang?
Yula terperanjat. “AH! Kenapa aku lupa!?”
“Ada apa, Yula?” Anko keheranan pada Yula tiba-tiba berteriak.
Yula menepuk tangan di depan wajah. “Maaf, teman-teman. Aku main sampai di sini, ya!” Ia pun berlari dengan cepat.
Teman-teman yang ditinggalkan menggelengkan kepala.
“Ayo kita ikuti! Mungkin ada suatu hal yang menarik!” saran Tamaki. Yang lain mengangguk setuju.
.
.
.
Alun-alun kota sudah ramai oleh rakyat Hearthose dengan sorak riuh menyambut kedatangan seseorang. Tak lain mereka menyambut kedatangan Sang Putri Woerlt yang jauh-jauh datang ke kerajaan mereka. Sang Putri diiringi oleh para pengawal Kerajaan Hearthose yang sudah menantinya di gerbang Kerajaan. Di atas kereta kuda Sang Putri melambaikan tangan pada seluruh rakyat yang menyambutnya dengan senyumannya yang sangat menawan.
“Wah, bukankah dia Putri Kerajaan Woerlt! Putri Lacus Wallt!” kagum Mana dengan suara lengkingnya.
“Cantiknya!” tambah Roku.
“Anggun!” tambah Yoru tak mau kalah. “Tipeku banget!”
“Yee! Mimpi!” timpal semua.
“Ih, biasa aja kali!” kesal Yoru.
“Yah, memang Putri Woerlt bisa dibilang wanita yang sempurna dan paling diincar nomor satu saat ini. Banyak yang melamarnya namun semuanya ditolak,” jelas Tamaki.
“Kau sok tahu, Hourle!” timpal Yoru.
“Berita itu udah tersebar luas, kok. Semua orang di kerajaan juga tahu,” tambah Tamaki membela diri.
“Ya, ya, yang mainnya di istana terus,” cibir Yoru. “Sombong banget sih, mentang-mentang udah jadi murid kesatria!” tambah Yoru dengan pandangan yang buruk ke Tamaki.
Mendengar hal itu, Tamaki kesal dan menarik kerah baju Yoru. “Apa maksudmu!”
“Hei, hei, hei, sudah!” lerai Anko. “Kalian jangan bertengkar di sini! Nanti dilihat orang lain, apalagi pengawal. Kalau mereka melihat kita bertengkar di tengah keramaian menyambut Putri Woerlt, kita bakal dipanggil ke kerajaan sebagai perusuh!”
Tamaki melepaskan Yoru. Mereka saling membuang muka satu sama lain.
“Terlebih lagi, Yula mana, ya?” tanya Mana mengalihkan suasana.
“Iya, ya?” kata Tania dan Mika bersamaan. “Kupikir ia akan ke sini. Ia ‘kan suka hal keramaian?” bingung Tania.
“Mungkin Yula sudah ada di istana. ‘Kan dia juru bicaranya Putri Kerajaan,” pikir Mana.
“Ah, iya. Benar juga! Kenapa gak kepikiran ke sana, ya?” kata Anko.
“Pantas aja, dia lari sambil bilang, ‘ah, kenapa aku lupa!’, gitu,” tambah Roku meniru gaya Yula.
“Ya, sudah, kalau gitu kita pulang saja,” saran Mana.
“Hmm, iya. Aku juga harus pulang,” pamit Mika. “Ibu pasti sudah menunggu sambil beracak pinggang!”
“Kalau gitu, aku akan ke istana. Mencari informasi,” kata Tamaki ke yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Vivi
Semangat thor semangat
2023-02-27
0
Vivi
Semangat thor semangat
2023-02-27
0
Christbelle
lanjut kaka, tulisannya rapi sekali
2022-04-27
0