Pulang larut malam dalam keadaan mabuk, memperlakukan ku seperti seorang pembantu, hal ini masih bisa ku terima. Tapi sikap Dewo kali ini sudah tidak bisa ku tolerir, dengan beraninya dia membawa pulang selingkuhannya kerumah mereka berdua.
Aku meletakkan kembali piring yang masih kosong ke dish rack, kemudian pergi meninggalkan suamiku dan selingkuhannya yang sedang bermesraan. Sengaja ku hentakan kaki ku ketika menaiki tangga, membuka pintu kamar dan ku tutup dengan kencang, agar mereka menyadari bahwa perbuatan mereka telah melukai hatiku.
"Kamu sudah sangat keterlaluan Mas!" Air mata yang membendung di pelupuk mata sudah tidak dapat lagi tertahan.
Dadaku bergemuruh, sakit sekali menyaksikan suami sendiri bermesraan dengan wanita lain didepan mataku.
Aku merebahkan tubuh ku kekasur, menutupi wajahku dengan bantal supaya mereka tidak mendengar tangisanku, menikmati rasa sakit ini.
Lama aku menangis dibalik selimut yang masih kututup dengan bantal, ternyata menangis membuatku semakin lapar.
"Sudah satu jam aku dikamar, mungkin mereka sudah tidak diruang makan" batin ku,
Aku keluar dari kamar menuju dapur untuk mengambil makanan.
Dewo dan selingkuhannya sudah tidak ada, aku bergegas mengambil nasi dan lauk tidak lupa juga segelas air yang akan aku bawa ke kamar. Saat akan menaiki tangga, pintu kamar Dewo terbuka, dia menatap sebentar ke arah ku lalu membuang muka, aku kembali berjalan ke kamar dengan tangan berisi piring dan gelas.
Ku letakkan nasi di meja rias, "Sepertinya aku butuh pengalihan pikiran! enggak akan nikmat makan jika aku terus membayangkan kelakuan Dewo dan selingkuhannya."
Aku membuka laptop dan memutar sebuah acara variety show dari negri ginseng, baru saja aku menyuapkan sendok ke mulut, pintu kamar terbuka.
"Gue kira nangis bisa bikin elu kenyang!tahu nya masih kelaparan juga lu," ucap Dewo sembari menyalakan rokok dan menghisapnya.
"Mulai sekarang, Luna akan tinggal disini" sambungnya.
"Kenapa, Mas?!" Kenapa aku harus tinggal dengan selingkuhan mu itu" sengaja nada suara ku tinggikan, aku sudah tidak ingin terus terusan disiksa batin nya,
Hanya tinggal berdua dengannya saja sudah membuatku sangat tersiksa, sekarang apalagi?? Harus tinggal dengan selingkuhannya itu, aku enggak akan Sudi pikirku
"Buat apa lagi, Mempermudah hidup ku! Kalau pas aku lagi pengen enggak perlu mahal-mahal sewa hotel." ucapnya tak memperdulikan perasaan ku
"Kamu tahu sewa hotel mahal, kenapa kamu harus bermain dengan yang haram sedang yang halal saja kau abaikan!"
"Hahaha... halal? Kamu? Jadi maksud kamu kalau aku lagi pengen suruh dilampiasin ke kamu begitu?"
Arrgghhh!!!
Tangan kanannya menjambak rambutku dengan kuat, "Apa dengan melakukannya denganmu membuat kamu senang? Apa dengan bersikap baik dengan mu membuat keluarga kamu yang matre itu puas, Ha!!!! Dengar baik-baik, aku enggak akan pernah sudi menyentuh tubuhmu! kamu menerima dijodohkan dengan ku cuma demi harta ayahku, jadi terima saja!"
"Jika kamu tidak mencintaiku, kenapa kamu tidak menceraikan ku saja, Mas?! orangtuaku tidak seperti yang kamu kira, mereka menikahkan aku karena ingin membalas Budi kebaikan orangtuamu, andai saja mereka tahu kamu seperti ini, mereka juga tidak akan sudi menikahkan anaknya dengan bajingan seperti kamu." Aku menipis tangannya yang sedang mencengkram erat rambut ku yang terikat,entah darimana keberanian untuk melawan Dewo ini muncul.
Plaakkkkk!!!!
Dewo mengangkat dan mengayunkan tangan kanannya menampar pipiku.
"Berani lu sekarang ngelawan gue ya!" bentak Dewo.
Dewo kembali menampar pipiku, menjambak rambut dan mendorongku hingga terjatuh di sisi ranjang, melihat aku tersungkur, Dewo semakin menggila hingga menendang betis kaki.
Pembuluh darah tampak tegang di lehernya, muka nya merah padam penuh amarah, aku tahu betul jika sudah seperti ini, pasti Dewo akan lebih membabi buta, aku tendang perut Dewo dan segera berlari keluar dari rumah.
Aku berlari tanpa menghiraukan penampilanku, aku tidak tahu sudah sejuah apa aku berlari, yang pasti sedari aku keluar rumah pun Dewo tidak mengejar ku, hanya aku saja yang ingin menghindarinya sejauh mungkin. Langkahku terhenti di depan masjid tepat saat adzan isya berkumandang, Aku masuk ke dalam masjid dan ikut sholat berjamaah menggunakan mukena yang tersedia di masjid.
Lari dengan perut kosong membuat langkahku sedikit bergetar, aku senderkna tubuhku di dinding, lelah menggelayutiku, lantunan dzikir dari beberapa orang terasa sangat teduh ditelinga, seakan menghipnotisku untuk memejamkan mata.
Aku tidak tahu berapa lama aku tertidur, sayup terdengar suara seorang perempuan yang membangunkanku, karena sebagian orang yang sholat berjamaah sudah membubarkan diri.
"Setiap wanita pasti tahu akan perasaan wanita lain" aku pernah mendengar kalimat itu dari seseorang. Ibu itu seakan tahu jika aku sedang dihadapkan dengan masalah, beberapa kali Ia menanyakan tentangku dan terakhir Ia meminjamkan selendang berwarna peach untuk menutupi robekan baju yang ku kenakan.
Setelah mengucapkan rasa terima kasih ku pada Wanita itu, aku meninggalkan halaman masjid. Kali ini tujuan ku adalah rumah Tika, sepupu dari suaminya yang selama ini menjadi saksi bisu atas kekejaman Dewo terhadapku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Eka Suryati
meninggalkan jejak di episode ini
2022-02-21
0
Eka Suryati
absen
2022-02-21
0
Eka Suryati
dewo memang kejam
2022-02-21
0