Eps 10

"Bisa pasang sendiri malah nyuruh orang..." Gerutu Zahra pelan namun sayangnya gerutuan Zahra terdengar oleh telinga Faiz.

"Apa kau bilang???" tanya Faiz dengan tatapan tajamnya.

"Mhm...mhm...gak ada mas..." jawab Zahra gugup.

"walaupun aku bisa memasangnya sendiri, sebagai seorang istri kau harus belajar memasang dasi untukku..." ucap Faiz tegas membuat Zahra tertunduk.

Faiz pun sholat subuh terlebih dahulu sebelum turun untuk sarapan bersama keluarganya.

Zahra menunggu Faiz dengan memainkan ponsel bututnya. Dia mengirimi pesan singkat pada Alisya sahabatnya menanyakan pendaftaran untuk masuk ke universitas yang mereka impikan.

Walaupun Zahra yang telah menikah, dia tetap ingin mencoba meminta izin pada suami dan kedua mertuanya untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang peeguruan tinggi.

"Yuuuk..." Ajak Faiz, seperti biasa Faiz akan memperlihatkan perlakuan manisnya jika hendak berkumpul dengan orang tuanya.

Faiz kembali menggemggam tangan Zahra, dan hal ini menjafi biasa bagi Zahra, dia pun menikmati suasana sikap manis suaminya.

Mereka menuruni tangga, hendak masuk ke ruang makan Faiz merangkul pinggang Zahra membuat Zahra ingin menolak namun apa boleh buat kedua orang tua suaminya telah duduk di ruang makan.

"Pagi sayang....bagaimana tidurnya nyenyak...???" sapa Rahayu pada menantunya.

"nyenyak ma..." jawab Zahra singkat, mereka pun ikut duduk bergabung dengan Adrian dan Rahayu.

"Syukurlah..." lirih Rahayu dengan senyuman yang mengembang.

"Fa...minggu depan acara pernikahanmu secara resmi akan di laksanakan...papa harap kamu bisa mempersiapkan diri..." ucap Adrian pada putranya.

"Iya pa..." jawab Faiz. Faiz di hadapan kedua orang tuanya terlihat sebagai anak yang penurut, wajah dinginnya dan tatapan tajamnya hilang seketika.

Rahayu pun mulai mengambil makanan untuk suaminya, begitu juga Zahra mengambil makanan untuk Faiz. Setelah itu mereka pun sarapan dengan lahapnya.

Setelah selesai sarapan, Faiz beesiri hendak berangkat menuju sekolah, Faiz selalu datang lebih awal dari pegawai maupun guru-guru. Dia akan memeriksa setiap sudut sekolah, dan di saat pegawai, guru-guru, dan siawa-siswi datang dia akan memerintahkan mereka memperbaikinya sesuai dengan sebagaimana mestinya.

"Aku berangkat dulu..."ucap Faiz lalu mengulurkan tangannya pada Zahra untuk di salaminya.

Zahra yang mengerti dengan perintah Faiz langsung menyalami tangan suaminya dan tidak lupa mencium punggung tangannya.

Faiz melayangkan sebuah kecupan di puncak kepala Zahra, membuat Zahra mematung, tidak menyangka pria yang selalu berbuat kasar padanya bisa bersikap manis.

Zahra baru tersadar, semua yang di lakukan Faiz hanya sebuah akting di hadapan kedua orang tuanya.

"Hati-hati mas..." ucap Zahra mengantarkan Faiz hingga pintu utama kediaman Adrian.

Zahra merasa lega dengan kepergian suaminya paling tidak dia bisa bebas melakukan hal-hal yang di inginkannya.

"Ra..." panggil Rahayu setelah melihatbkepergian Faiz.

"Iya ma...ada Apa...??" tanya Zahra heran.

"Sini...." Rahayu mengajak Zahra untuk duduk di ruang keluarga. Disana juga telah duduk Adrian dengan wibawanya.

"Iya ma..." Zahra melangkah menghampiri mertuanya.

"Mama sama papa mau bicara sama kamu..." ucap Rahayu memulai pembicaraan.

"Bicara apa ma...pa...??" tanya Zahra hati-hati.

"Ra...mama sama papa sepakat kamu melanjutkan pendisikanmu,...walaupun kammu sudah menikah, kamu akan mengurus suamimu di pagi hari dan sore hari...dan menurut kami, kamu pasti bisa..."