Eps 8

Faiz hanya menatap sekilas pada istrinya yang batuk, lalu mengambilkan air mineral kemasan yang tersedia di atas meja.

Mereka pun berbincang-bincang menanti waktu maghrib tiba.

Baru saja satu hari dia berstatus menantu di kediaman Adrian, kedua mertuanya memperlakukannya dengan baik, namun tidak bagi suaminya.

Waktu makan malam pun tiba, setelah selesai menunaikan ibadah sholat magrib, mereka pun beranjak menuju ruang makan untuk menikmati makan malam.

Di kediamannya Adrian telah menyediakan beberapa pelayan sesuai dengan tugas-tugas yang mereka emban, termasuk koki khusus yang bertugas menyediakan makanan untuk mereka, agar Istrinya tidak sibuk mengurusi dapur dan rumah, walau begitu Rahayu masih bisa memasak di saat Adrian menginginkan masakan buatan istrinya. Adrian sengaja mempekerjakan banyak pelayan agar istrinya bisa mengurusinya dengan sebaik mungkin.

Dan hal itu juga berlaku bagi Zahra, Zahra tak perlu mengurusi perihal rumah ataupun dapur, Zahra cukup mengurus segala kebutuhan suaminya.

Di meja makan telah terhidang berbagai makanan, Zahra masih saja diam saat Rahayu mulai mengambil makanan untuk suaminya. Rahayu berusaha memberikan isyarat pada Zahra untuk mengambilkan makanan suaminya namun Zahra tidak paham yang di maksud oleh Rahayu.

"Zahra sayang...ambilkan makanan untuk suamimu..." ujar Rahayu pelan, dia tidak ingin menantunya tersinggung.

"Mhm...i...iya...ma..." ucap Zahra gugup.

"Dasar lemot..." gumam Faiz di dalam hati, dia sedikit terhibur dengan tingkah Zahra yang gak mudeng dengan maksud mamanya.

"Mas...mau lauk yang mana??" tanya Zahra pelan.

"Ayam goreng...sama samba lado aja..." ujar Faiz, masih dengan gayanya yang datar.

Zahra pun mengambilkan lauk yang di minta oleh Faiz, setelah itu dia pun mengambil makanan untuk dirinya.

Mereka menyantap hidangan dengan lahapnya, tanpa ada suara hanya dentingan sendok yang beradu.

Setelah selesai makan, Faiz memilih untuk langsung ke kamarnya dengan terpaksa Zahra pun mengikuti langkah suaminya menuju kamar.

Di kamar Zahra bingung harus melakukan apa, dia juga bingung jika hendak tidur dimana dia akan tidur.

"Aku harus apa???mau istirahat gak mungkin aku tidur di ranjangnya...." Zahra bermonolog dengan dirinya.

Akhirnya Zahra berinisiatif untuk melangkah ke arah Shofa yang terdapat di kamar Faiz.

Dia pun mulai membaringkan tubuhnya disana, Faiz yang menyadari hal itu membiarkan Zahra melakukan yang di inginkannya.

Faiz masih mengerjakan beberapa tugasnya di balkon kamar, dia juga bingung harus bagaimana dengan wanita yang kini telah sah menjadi istrinya.

Faiz yang merasa terpaksa menikahi wanita ingusan itu, merasa kasihan melihat Zahra mulai tertidur pulas di shofa.

Dia pun melangkah menuju Shofa, lalu mengangkat tubuh mungil istrinya, Faiz memindahkan Zahra ke ranjang, dia tak ingin Zahra merasa pegal-pegal jika semalaman harus tidur di Shofa.

Setelah dia membaringkan tubuh Zahra di ranjang miliknya, dia menatap wajah teduh milik Zahra, Zahra terlihat sangat cantik dan anggun saat tertidur, Apalagi dengan hijab yang masih melekat di kepalanya membuat wanita yang di depannya ini memang terlihat sempurna.