Leo mendaratkan pesawatnya di bandar udara pribadi milik keluarga Leo sendiri. Hampir disetiap tempat yang dikunjungi keluarga suami Shena itu memiliki bandara pribadi. Hal itu dikarenakan keluarga besar Leo suka bepergian menggunakan pesawat pribadi mereka masing-masing. Mengingat latar belakang dan seluk beluk keluarga besar Byon yang rata-rata adalah pebisnis kelas kakap dunia. Wajar kalau pesawat pribadi adalah kendaraan utama mereka untuk mempercepat perjalanan bila mereka harus pergi ketempat-tempat bisnis mereka baik itu di dalam negeri maupun diluar negeri. Tak terbayang betapa luar biasa tajir seluruh keluarga Leo.
Kedatangan si anak sultan Leo bersama Shena langsung disambut hangat oleh beberapa orang yang tak lain adalah orang-orang kepercayaan ayahnya sendiri. Leo terus merangkul mesra bahu istrinya berjalan menjauh dari badan pesawat.
“Ada di mana kita sekarang?” tanya Shena sambil berjalan beriringan bersama Leo.
“Pulau selayar, tepatnya dikabupaten pulau selayar. Disampingmu itu adalah bandara H. Aroeppala. Ayah sengaja membeli tanah disekitar bandara lalu membangun bandara pribadinya sendiri untuk mempermudah pendaratan pesawat pribadi keluarga besar kami,” terang Leo sambil terseyum pada istrinya.
Karena ini baru pertama kalinya Shena datang ketempat ini, ia hanya mengiyakan saja apa yang dikatakan suaminya.
“Selamat datang, Tuan muda. Mari ikut saya,” ujar salah satu pelayan yang akan mengawal Leo dan Shena selama mereka ada di pulau ini.
“Apa kau sudah menyiapkan kamar untuk kami?” tanya Leo.
“Sudah Tuan, kami menyiapkan kamar terbaik untuk anda berdua.”
“Siapkan juga mobil ferrariku, besok aku mau jalan-jalan dengan istriku!”
“Baik Tuan muda, mobil anda akan langsung terparkir di depan hotel besok pagi.” Orang yang memakai setelan jas hitam itupun menunduk tanda mengerti apapun yang diinginkan Leo.
Mereka berdua masuk kedalam mobil limosin yang disiapkan khusus untuk pasangan suami istri Leo dan Shena menuju sebuah hotel bintang lima yang tidak lain adalah milik keluarga Leo sendiri. Shena sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi melihat betapa wahnya semua aset kekayaan yang dimiliki suaminya ini, pantas saja kalau banyak sekali wanita dan orang-orang jahat lainnya yang berusaha mengincar harta Leo. Sultannya Leo, bukanlah sultan kaleng-kaleng.
Begitu keduanya masuk kedalam kamar VVIP yang disediakan pihak hotel untuk Leo dan Shena. Tanpa menunggu lama lagi, Leo langsung memeluk tubuh istrinya dari belakang tepat saat Shena membuka balkon kamarnya yang menghadap langsung ke pantai yang indah dan mempesona.
“Kau suka tempat ini, Sayang?” bisik Leo mesra ditelinga Shena.
“Mana mungkin tidak suka, lihatlah! Meski ini sudah malam, suasananya sangat nyaman sekali. Serasa seperti ada di rumah saja.”
“Ayo kita masuk, aku harus menyelesaikan ronde yang tersisa tadi pagi.” Leo mulai menunjukkan aksi nakalnya.
“Apa kau tidak lelah? Dari semalam kau belum tidur. Aku saja yang sudah tidur siang merasa lelah sekali. Aku bahkan sempat tertidur saat dipesawat tadi.”
“Itu karena kau sedang mengandung anakku, Sayang. Makanya kau gampang sekali lelah. Baiklah, kita istirahat saja. Aku akan melanjutkan rondenya besok pagi saja saat kau sudah kembali fresh.”
“Hah?” mata Shena menyipit tajam menatap suaminya yang tersenyum penuh arti padanya.
Disaat seperti ini otak suaminya itu masih sempat-sempatnya memikirkan ronde yang ia buat sendiri.
Dasar nggak ada akhlak, tak peduli dimanapun berada pasti yang dipikirkan hanyalah main bulan tertusuk ilalang, batin Shena dan Leopun langsung menggendongnya masuk ke dalam kamar.
Leo membaringkan tubuh Shena diatas ranjang dan langsung memeluknya. Ia pun juga mengusap lembut perut buncit Shena untuk merasakan gerakan Leo tengil yang aktif di dalam perut Shena.
“Apa Leo junior kita sudah tidur, ia tidak bergerak?”
“Bergerak, tapi tidak sekuat biasanya. Aku bisa merasakan gerakannya. Mungkin saat ini ia sedang bermimpi bertemu kita.” Shenapun ikut memegang perutnya yang ia rasa terdapat gerakan kecil disana.
“Apa kau mau sesuatu, Sayang? Kau tidak makan apa-apa sejak tadi, kau hanya memakan mi ayam saja. Katakan apa yang kau inginkan, akan aku ambilkan.”
Shena menempelkan kepalanya di dada suaminya sambil berkata, “Selamat ulang tahun suamiku, Sayang. Semoga kau panjang umur dan semakin mencintaiku tidak hanya hari ini saja, tapi untuk selamanya .” Shena tersenyum mendengar kata-katanya sendiri.
“Kau bisa membunuhku kalau sampai aku tidak mencintaimu.” Kata-kaat Leo jadi terdengar ambigu dan seddikit menakutkan.
“Mana mungkin aku membunuh suamiku sendiri? Jangan bicara seperti itu lagi, Leo. aku tidak suka mendengarnya.”
“Itu sebagai bukti kalau aku mencintaimu sampai mati, Sayang.” Leo tersenyum dan ia langsung menyapu bersih bibir istrinya dengan penuh cinta yang membara.
Suasana syahdu terus saja menghiasi malam mereka. Tanpa sadar, adegan bulan tertusuk ilalang pun terjadi begitu saja. Keduanya saling menuntaskan birahi masing-masing dan mengarungi malam teromantis itu bersama-sama.
Keesokan paginya, Shena terjaga lebih dulu dan matanya terbelalak takjub melihat panorama pantai yang terbentang indah dihadapannya. Tanpa pikir panjang, ia pun menyabet pakaian seadanya yang berserakan dilantai kamar tidurnya akibat ulah Leo semalam. Shena tidak sadar kalau baju yang ia pakai adalah kaos putih milik suaminya sendiri.
Setelah mencuci muka di dalam kamar mandi, Shena berniat pergi keluar seorang diri untuk menghirup udara segar dipinggiran pantai yang wauw, tak bisa dijelaskan dengan kata-ata seperti apa detail keindahannya. Shena menyisir rambutnya ala kadarnya dan bergegas turun kebawah. Ia sudah tidak sabar ingin jalan-jalan disana.
1 jam lebih sudah berlalu, Shena merasa puas bisa jalan-jalan seorang diri ditepi pantai yang manakjubkan tanpa harus dikawal oleh Leo. Sejak hamil, Leo tak pernah meninggalkannya lebih dari 2 jam. Kebanyakan pekerjaan Leo selalu ia kerjakan di rumah sambil terus mengawasi Shena. Bahkan para bawahannya juga lebih sering datang kerumah jika membutuhkan tanda tangan Leo.
Suaminya itu jarang sekali berada dikantor layaknya bos bos besar pada umumnya. Ia bahkan lebih mirip pengangguran daripada pebisnis kelas kakap karena setiap hari hanya berada dirumah, padahal ia juga mengatur semuanya dari rumah. Hal itu, Leo lakukan untuk siap siaga dan on time 24 jam untuk Shena sampai istrinya itu melahirkan. Selain itu, Leo tidak ingin melewatkan seharipun detail perkembangan perut Shena yang semakin lama, semakin membesar.
“Aku harus kembali sebelum suamiku bangun,” gumam Shena sambil mengusap peluhnya. Shena baru sadar kalau ia mengenakan kaos Leo. “Ah, sepertinya aku salah pakai kaos. Ini punya Leo.” Shena tersenyum karena bajunya jadi sedikit lebih besar dari biasanya, tapi sangat pas diperutnya yang buncit.
Saat memasuki pintu hotel, Shena melihat ada keributan di resto tempat para tamu hotel menikmati sarapan atau hanya sekedar minum saja. Awalnya, Shena tidak begitu peduli dan terus saja nyelonong menuju lift hotel, tapi entah kenapa perasaannya tidak tenang memikirkan keributan tadi. Dan akhirnya, gadis itu memutuskan untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Betapa terkejutnya Shena setelah ia melihat ada seorang kakek tua berbaju compang-camping sedang dimarahi dan dihina oleh seorang pria yang bila dilihat dari pakainnya, sepertinya orang tersebut adalah menejer hotel ini.
Menejer itu bahkan hendak menggampar wajah kakek tua itu seandainya Shena tak datang tepat waktu menghalaunya. “Apa yang kau lakukan, Sir? Tidakkah kau malu dilihat banyak orang atas tindakanmu ini?” tanya Shena sedikit marah dengan sikap tak sopan menejer itu terhadap orang tua. Tangan Shena mencengkeram kuat tangan menejer hotel itu.
“Siapa kau?” teriak menejer hotel itu. Matanya memandang marah Shena karena sudah berani ikut campur urusannya. “Lepaskan tanganku! Pergi dari sini sebelum aku memanggil keamanan untuk mengusirmu!” ancamnya.
Dengan tersenyum sinis sambil menahan kesal, Shena langsung menarik paksa tangan menejer itu dan memitingya kuat-kuat kebelakang punggungnya sampai terdengar bunyi kret yang keras. Pria ber jas hitam itupun mengerang sekencang-kencangnya hingga suaranya menggema diseluruh ruangan. Shena Menendang bagian belakang kedua lutut manager itu sampai pria itu terduduk dihadapannya dan dihadapan kakek yang baru saja dimarahinya.
“Minta maaflah dulu pada kakek ini, baru aku akan pergi!” hardik Shena, sedangkan menejer itu berusaha melepas cengkeraman tangan Shena. Ia tidak terima diperlakukan seperti ini apalagi oleh wanita biasa yang sedang hamil seperti Shena.
Sepertinya menejer baru ini dan beberapa staf dihotel tidak tahu siapa Shena. Ditambah lagi, penampilan Shena yang sekarang, sama sekali tidak mirip seperti istri Leo yang dirumorkan sangat cantik bak keturunan putri raja. Shena memang sengaja tidak memakai make up apapun karena terlalu terburu-buru ingin menikmati matahari terbit dipantai tadi. Jadi, wajar kalau penampilannya yang sekarang tidak ada yang mengenalinya.
BERSAMBUNG
***
tunggu keseruan selanjutnya ... pasti tahu dong apa yang akan terjadi, apalagi kalau sampai si macan Leopard tahu ... hehehe ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 323 Episodes
Comments
Ita Rahmawati
makin seru
2021-11-08
1
clararine
good job shena basmi habis orang yg gk punya bekas kasian sama orang yg kurang mampu
2021-10-29
0
Ar_👻
wah bumil yg tangguh 💪🥰
2021-09-04
0