Ferdi mengendap-endap saat pulang ke rumah. Mula-mula ia masuk melalui pintu kecil di tembok samping. Pintu itu sering digunakan oleh asisten rumah tangga untuk keluar masuk, apabila ada kegiatan di luar. Semisal membeli sayur atau pergi ke warung.
Ferdi memang selalu menggunakan jasa ojek online untuk pulang-pergi ke kantor. Alasannya tentu saja karena jalanan yang di lalui sangat macet pada jam pergi maupun pulang kerja.
Bahkan mobil miliknya lebih banyak mendiami garasi dan hanya digunakan apabila diperlukan saja, seperti keluar kota misalnya.
"Pletak!"
Ferdi tak sengaja menyenggol sapu ijuk yang entah mengapa berada di luar, hingga benda tersebut terjatuh dan menimbulkan suara. Ferdi sendiri telah melihat mobil yang biasa digunakan ayahnya terparkir di halaman depan rumah mereka yang luas.
Itu artinya Jeffri sudah berada di rumah. Ia tidak ingin bertemu dengan ayahnya itu dan berdebat lagi mengenai perjodohan.
"Ngapain ini sapu pake disini segala sih tempatnya?. Nggak bisa ke dapur aja apa lu?"
Ferdi menggerutu pada sapu, lalu terdengar suara pintu depan yang dibuka. Pemuda tampan itu kembali bersembunyi dan mengintip.
Ternyata salah satu asisten rumah tangga yang keluar. Asisten rumah tangga tersebut bergerak ke arah pintu kecil yang ada di samping, dan mungkin hendak pergi ke warung untuk membeli sesuatu.
"Tuing."
Ferdi melangkah layaknya ninja. Matanya begitu awas kesana-kemari, dengan tubuh yang sangat pandai bersembunyi ataupun berkamuflase. Ketika dirasa aman, Ferdi buru-buru menaiki tangga dan langsung masuk ke kamarnya.
"Hhhhh."
Ferdi tampak menarik nafas dalam-dalam setelah mengunci pintu. Tak lama handphonenya berdering dan itu adalah panggilan dari sang ayah.
Buru-buru ia berlari ke bagian dalam kamarnya yang luas, dan segera memencet tombol silent pada notifikasi pemberitahuan panggilan.
"Kenapa sih dia mesti nelpon segala, elah." Ferdi menggerutu kesal.
"Untung tadi nggak ketahuan. Mana volume nada dering hape gue udah kayak sound horeg lagi. Heran gue, IOS koq suaranya mirip-mirip android." lanjut pemuda itu.
"Ferdi kamu dimana?. Kenapa belum pulang jam segini?"
Jeffri mengirim pesan singkat di laman WhatsApp milik Ferdi. Dari dulu sampai sekarang, meskipun anak-anaknya sudah dewasa. Jeffri selalu ingin tau kabar anak-anaknya tersebut kapan pun dan dimana pun mereka berada.
Ia bahkan kadang masih melarang anak-anaknya untuk terlalu hura-hura di luar. Dimata Jeffri baik Frans maupun Ferdi, tak lebih dari dua orang anak kecil yang harus ia lindungi dari banyak hal.
Sebab diluar sana lebih banyak pengaruh buruk yang bisa menjerumuskan mereka kepada hal yang tidak baik.
"Ferdi dirumah Sean." jawab Ferdi kemudian.
"Kenapa nggak pulang?" tanya Jeffri lagi.
"Ferdi nggak akan pulang, sebelum rencana perjodohan itu papa batalkan. Ferdi nggak mau menikah sama cewek yang nggak Ferdi kenal sama sekali."
"Ya kan nanti ketemu dulu, kenalan dulu." ujar Jeffri.
"Nggak serta merta langsung dijodohkan juga." lanjutnya lagi.
"Dibilang nggak mau, ya nggak mau. Bisa nggak, jadi orang tua itu yang ngerti sama maunya anak? Nggak usah ngadi-ngadi dengan memaksakan kehendak." balas Ferdi.
"Ya udah kalau kamu nggak mau pulang, Percy papa kasih ke orang nanti."
Jeffri membawa nama berang-berang peliharaan Ferdi yang dipeliharanya di halaman belakang rumah.
"Kenapa jadi bawa-bawa Percy segala sih?. Orang dia nggak salah apa-apa."
Ia kini mengetik dengan rasa kesal.
"Ya abisnya kamu nggak nurut sama papa." jawab Jeffri.
"Dzalim dan licik tau nggak, sampe hewan yang nggak bersalah kayak gitu dijadikan sasaran." balas Ferdi.
Sejatinya Jeffri kini menahan tawa ditepatnya, ia membayangkan jika perdebatan ini terjadi di depan muka. Pastilah Ferdi akan terlihat begitu sewot, sebab ia begitu sayang pada Percy sekalipun berang-berang tersebut terkadang berbau pesing.
"Pulang ya, papa tunggu!" balas pria tersebut.
Baru saja Ferdi hendak mengetik balasan, namun Jeffri sudah keburu mengirim pesan lagi.
"Nggak usah di jawab!. Pokoknya papa bilang pulang ya pulang, titik!"
Ferdi menghela nafas dan mengurungkan niatnya. Pemuda itu kini melangkah gontai lalu merebahkan diri ke atas tempat tidur, sambil menatap ke langit-langit kamar.
Tiba-tiba Jordan dan Sean melakukan zoom call. Ferdi buru-buru masuk ke balik gorden kamar, dan berharap suaranya tak keluar kemana-mana.
"Kenapa, bro?" tanya Ferdi pada kedua sahabatnya itu.
"Lo udah mendarat dengan selamat kan bro?" tanya Jordan sambil tertawa.
"Iya selamat, tapi sama aja kayak masuk kandang buaya tau nggak. Kanan-kiri, depan-belakang, bahaya semua." jawab Ferdi.
"Udah mana mbak-mbak ART di rumah gue, udah pasti memihak sama majikannya ketimbang gue." lanjutnya lagi.
"Lo gue suruh nginep, nggak mau." timpal Sean.
Ferdi lalu terlihat menghela nafas.
"Seandainya gue bisa tidur ditempat orang senyenyak di kamar gue sendiri, gue mau nginep dimana aja. Sayangnya badan gue terlalu lebay, gue harus tidur di kamar gue yang luxury ini." canda pemuda itu sambil tertawa.
"Padahal kamar Sean lebih gede dan lebih bagus dari kamar lu ya, bro." ujar Jordan.
"Emang, badan gue aja yang norak." tukas Ferdi lagi.
"Bapak lo masih ngotot juga buat jodohin lo?" tanya Jordan.
"Menurut lo?. Apakah dia akan berubah dalam waktu sesingkat itu?" Ferdi balik bertanya.
"Bokap lo emang parah sih, keras banget anjir kayak batu gunung." ujar Sean.
"Dari dulu kan lo pada udah paham sama dia. Tipikal generasi yang anti kompromi." tukas Ferdi lagi.
"Iya sih, inget nggak dulu kita kabur dari rumah. Bapak lo bawa tentara buat nyari kita."
Jordan terbahak, Ferdi pun mengingat hal tersebut secara detail. Kala itu mereka masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Ferdi, Jordan, serta Sean ketahuan pergi ke sebuah tempat hiburan malam.
Mereka mengunakan KTP kakak kelas mereka yang sengaja di sewakan, untuk kepentingan laknat tersebut.
Namun ternyata mereka salah masuk. Tempat hiburan malam itu adalah milik teman baik Jeffri, dan teman baik Jeffri itu mengenali Ferdi.
Ferdi dan teman-temannya pun dilaporkan kepada sang ayah. Ferdi dimarahi habis-habisan oleh Jeffri. Bahkan saat itu Jeffri sampai melempar barang, meski tak mengenai tubuh Ferdi.
Merasa sakit hati dan mentalnya terganggu layaknya gen z pada umumya, Ferdi pun memutuskan untuk kabur dari rumah. Sama halnya dengan Ferdi, Jordan, dan Sean juga di marahi oleh orang tua mereka.
Hingga ketiga anak laki-laki baperan tersebut kabur bersama. Bukanya malah sadar atas apa yang sudah mereka lakukan.
Karena kesal mendengar anaknya kabur, maka Jeffri meminta bantuan tentara untuk mencari anaknya itu.
Ketika dapat, Ferdi, Jordan, dan Sean bukan malah disayang, melainkan harus menerima hukuman tambahan. Yakni hukuman disiplin, dan harus mengikuti latihan ala militer selama dua minggu full.
"Hhhhh."
Ferdi menghela nafas untuk yang kesekian kali. Kini ia kembali pada realita yang tengah dihadapi.
"Makanya ini gue agak ngeri kalau kabur lagi. Takut bapak gue bawa kopassus, anjay." ujarnya kemudian.
"Lari ke laut pun percuma, Bro. Bapak lo manggil Kopaska sama Den Jaka dan team SAR gabungan." seloroh Sean.
Mereka bertiga kini tertawa-tawa.
"Suara lu, bego. Ntar di denger aja lo." ujar Jordan menyadarkan Ferdi.
"Eh, iya ya."
Ferdi menurunkan sedikit volume suaranya, sebab takut di dengar oleh Jeffri.
"Gue lupa kalau lagi bermasalah di rumah ini." ujar pemuda itu.
"Ya udah makanya jangan gede-gede suara lo." ucap Jordan lagi.
"Iya."
Mereka kemudian kembali berbincang, kali ini tentang hal lain. Mereka membicarakan pekerjaan dan beberapa hal lucu yang tadi sempat mereka alami di kantor.
Cukup lama mereka berada di dalam panggilan tersebut, sampai kemudian Sean menarik diri.
"Bro, gue mau beli pecel ayam dulu. Di suruh emak gue." ucap pemuda itu.
"Lah, mbak pembantu dirumah lo kemana?" tanya Jordan.
"Palingan lagi beberes di belakang. Biasanya sih gitu, kalau nyokap udah nyuruh gue." jawab Sean.
"Mau beli pecel ayam yang di luar kompleks?" tanya Ferdi.
"Iya, kan disitu doang yang ada." jawab Sean.
"Ya udah, oke deh. Gue juga mau mandi dan ganti baju." ujar Ferdi.
"Baik-baik langsung dikawinin lo sama si Clara." Jordan berseloroh.
"Berantem dulu gue sama bokap, kalau itu beneran terjadi. Dianggap durhaka dan di coret dari kartu keluarga juga nggak apa-apa." jawab Ferdi sambil tertawa kecil.
Mereka semua pun ikut tertawa, dan tak lama kemudian percakapan tersebut disudahi. Mereka lalu kembali pada kesibukan masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Maple🍁
bpak sma emak gw aja klau nyariin gw udh tkut bget ini tentara yg nyariin lngsung ilng nfas gw🤭😂
2023-05-23
1
Nana
sumpah... ngakak
2022-07-27
0
Irma Malini
ngakak abis keren Thor novelya ...
2022-07-22
1