"Katakan padaku, dibagian mana pria sialan itu menyentuhmu?"
Marco bergerak semakin dekat hingga deru napas hangatnya terasa lekat di pipi Vanya. Matanya hazel itu tak hentinya menatap Vanya sedari tadi. Rahangnya yang tegas tampak garang dan lapar seakan-akan hendak menelan seluruh tubuh Vanya saat ini juga. Ia lekas menarik Vanya ke arah kamar. Kemudian melucuti sebagian pakaian wanita itu dengan gerakan kasar.
Vanya mencoba menahan Marco dengan me'mepet pria itu ke bingkai pintu. Jujur, ia sangat takut jika kejadian mengerikan pada malam itu sampai terulang kembali. "Tahan Marco! Tidak akan ada yang merebutku darimu," pekik Vanya sedikit menahan sakit akibat gigitan Marco pada bahunya.
Marco terus mencumbunya di mana-mana. Memberikan kecupan kasar hingga bekasnya tampak hitam kemerahan di tubuh Vanya.
"Bisakah kau melakukanya dengan lembut?" mohon Vanya sesaat setelah Marco menjeda aksi nakalnya.
"Kau berani menawar, hah?"
"Aku mohon, jangan bersikap kasar, Marco!" Vanya mundur satu langkah sebagai bentuk pertahanannya. Tangannya sigap menekan dada Marco untuk batas jaga jarak.
"Kau harus tahu bahwa aku bukan Marcomu yang bodoh seperti dulu, Van. Untuk apa aku menuruti permintaanmu? Apa pun yang akan kulakukan padamu, semua itu terserahku."
Tak disangka, tiba-tiba Vanya mendadak bergerak agresif memeluk Marco sampai pria itu terlonjak tak percaya. Tangannya melingkar erat seraya membenamkan pipinya dengan lekat di dada Marco. "Aku yakin kamu masih Marco yang baik seperti dulu. Aku anggap semua ini hanya topengmu sementara."
"Cih! Betapa percaya diri sekali kau Vanya!"
Kalimat itu sedikit membuat Vanya mendongak. Diraihnya wajah Marco dengan kedua tangannya. Ia melempar senyum terhangatnya agar Marco berhenti emosi. "Jika memang kamu berubah jahat karena kesalahanku, maka aku akan berusaha membuatmu menjadi Marco yang baik hati seperti dulu. Ini janjiku."
Vanya memainkan jemarinya di dada Marco. Pria itu langsung menepis kasar tangan Vanya. Vanya sedikit tersentak, namun ia memberanikan diri menatap wajah Marco.
"Berhenti menjadi halu! Itu tidak akan pernah terjadi, Vanya!" tandas Marco serius. Wajahnya dipenuhi amarah bercampur benci saat membalas tatapan Vanya.
Baru kemarin-kemarin Marco merasa menyesal saat berbuat kasar pada Vanya. Namun, rasa sakit Marco kembali hadir saat melihat wajah Vanya. Sampai akhirnya Marco ingkar dan tak sadar bersikap garang lagi pada wanita itu.
Vanya memelas untuk yang terakhir kalinya.
"Aku mohon Marco! Tubuhku masih belum pulih karena ulahmu waktu itu. Tidakkah kau lihat permukaan permukaan kulitku yang masih membiru ini?" Vanya memamerkan bekas luka memar hasil perbuatan Marco seminggu yang lalu. "Jika kamu bersikap kasar lagi seperti kejadian malam itu, mungkin aku akan mati, dan ini adalah terakhir kalinya kau bisa menyiksaku. Kau akan rugi karena dendammu belum tuntas" papar Vanya dengan bahasa penekanan selogis-logisnya.
Marco menghela pelan, kemudian membuang embusan napas itu dengan gerakan kasar. Ia mencoba menetralkan kebenciannya terhadap Vanya agar tidak lupa diri dan berakhir menyiksanya seperti waktu itu.
Perlahan tapi pasti, ia memajukan wajahnya kembali. Kemudian menjatuhkan kecupan dan berakhir dengan sesapan lembut pada bibir Vanya.
Sebisa mungkin Marco meredam hasrat kebenciannya dengan susah payah. Ia melangkah mundur, membawa tubuh Vanya ke atas ranjang dengan posisi bibir mereka yang masih saling bertautan.
Saat sedang mengambil jeda untuk melucuti pakaiannya, tiba-tiba Marco teringat kembali perbuatan Vanya di masa lalu. Hatinya langsung meradang, dipenuhi bayang-bayang perselingkuhan dan bagaimana Vanya mencampakannya kala itu.
"Aku mau putus."
"Pu-putus?" Marco tergugu-gugu sambil menatap Vanya tidak percaya. Kalimat itu terdengar layaknya petir hebat yang menyambar tubuh Marco sampai tak ada daya. "Kamu cuma lagi bercanda kan Anya? Hubungan kita selama ini baik-baik saja, loh," tandas Marco pada masa itu.
"Aku serius minta putus. Semester satu sebentar lagi akan habis, Co. Dan untuk semester dua nanti aku mau bener-bener fokus buat menghadapi ujian. Jadi sebaiknya kita akhiri saja hubungan ini daripada fokusku terganggu."
Tentunya Marco langsung menolak tak setuju. "Kalau alasannya mau fokus ujian kita bisa jaga jarak sementara sampa lulus Van, ngga perlu putus segala!"
"Tapi aku tetep gak bisa. Maaf Co ... mulai hari ini kita putus." Vanya beranjak pergi meninggalkan Marco dengan keji.
Marco menggeleng tak percaya. Air matanya mengfenang banyak di pelupuknya. Sejak saat itu hubungan mereka berakhir. Namun Marco masih berusaha sekali lagi untuk mengambil hati Vanya dan mengajaknya balikan.
Sayangnya alasan 'fokus ujian' hanyalah bualan semata. Fakta yang Marco dapat adalah perselingkuhan Vanya yang ternyata sudah berjalan sejak dua bulan mereka berpacaran.
Saat itu Marco sangat hancur dan memilih pindah sekolah tanpa menghakimi keduanya. Mungkin terkesan bodoh, tapi dulu Marco memang sangat polos. Ia hanya bisa berteriak frustrasi saat mengetahui perselingkuhan Vanya dengan pria lain.
Di tengah-tengah rasa keputusasaaan yang mendalam, tanpa sadar Marco mulai membangun rasa bencinya terhadap Vanya. Semakin hari semakin banyak dan terus terkumpul. Marco berjanji akan membalas semua perbuatan Vanya suatu hari nanti.
Dan inilah tiba saatnya ...
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Sukliang
orang gila
2023-04-28
0
❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™
orang pendiam memang kebanyakan pendendam. jadi harus hati2
2022-11-26
0
Queen Mother
Menggenang, kali… ada typonya Thor 🤭
2022-11-09
0