###
Disclaimer
Semua cerita di
bawah ini hanya fiksi belaka
Tak ada bentuk
harapan
Yang ada hanya
bentuk khayalan
Yang dibuat
untuk hiburan
Dalam
membacanya diharap kedewasaan
Dan jangan
Baperan
###
Namaku Erlangga Saputra, di keluarga aku biasa dipanggil Er
tapi di luar aku sering dipanggil Putra. Usiaku saat ini 20 tahun, dan aku ini
seorang mahasiswa tahun kedua.
Aku tinggal di rumah keluarga adik perempuannya ibu, alias
bibiku. Ibuku juga tinggal bersamaku. Total penghuni rumah ini sekarang hanya
tiga orang, yakni aku, ibu, dan bibi. Bibi sebenarnya punya seorang putri, tapi
saat ini sedang kuliah di luar kota dan hanya pulang setiap beberapa bulan
sekali. Kalau masalah suami bibi, ia menghilang entah ke mana sekitar dua tahun
yang lalu. Kalau suaminya ibuku, yang sekaligus ayahku sudah tidak ada. Ayahku
sudah meninggal dunia.
Aku juga sebenarnya dulu punya seorang kakak perempuan, dan
seorang adik perempuan. Tapi, kakakku sekarang sudah meninggal seperti ayah.
Sedangkan adikku tinggal bersama keluarga kakak lelakinya ayah. Selama lima
tahun terakhir, seingatku aku hanya bertemu dengan adikku sekali.
Di kampus aku tidak punya prestasi mencolok, dan tidak
pernah membuat masalah. Jadi, aku bukan lah seorang murid yang terkenal di kampus.
Bahkan ada teman yang sering mata kuliah bersamaku tapi baru mengenaliku pada
akhir semester. Ya, meski tak punya prestasi mencolok, aku masih bisa terus
berada di dua puluh besar jurusan. Jadi, setidaknya para dosen tidak terlalu
mengabaikanku.
Aku tidak punya kegiatan selain kuliah, aku juga tidak
mengikuti satu pun unit kegiatan mahasiswa di kampus. Sebenarnya kampus
mewajibkan setiap murid mengikuti setidaknya satu unit kegiatan mahasiswa, tapi
aku dapat pengecualian karena kondisi kesehatanku yang kurang baik.
Penyakit apa yang kuderita?
Itu untuk cerita nanti. Yang jelas aku tidak terlihat
mengidap penyakit apa pun.
Di kampus aku tidak punya teman, begitu juga di lingkungan
rumah. Karena aku memang tidak begitu suka bersosialisasi dengan banyak orang,
tapi bukan berarti aku ini seorang yang anti sosial. Aku bisa menerima siapa
pun untuk mengobrol dan bahkan dekat denganku, selama mereka tak merugikan
kehidupanku. Tapi aku tak pernah punya niatan mendekati siapa pun.
Karena tidak ada kegiatan lain selain ke kampus, aku punya
kebiasaan membaca novel. Tema yang paling aku suka untuk baca adalah kisah
dongeng fantasi. Dongeng fantasi tentang dunia sihir dan pedang. Aku punya
beberapa koleksi novel dengan genre semacam itu. Aku juga sering membaca novel
daring yang bergenre sama. Aku paling jarang membaca cerita bergenre romansa.
Bukannya aku tidak suka, aku cukup suka cerita romansa. Tapi hanya saja tidak
cocok dengan seleraku.
Selain membaca novel, aku juga suka bermain game.
Biasanya aku bermain di ponselku sendiri. Aku biasanya hanya bermain game yang
ringan saja, bahkan hampir tanpa tantangan. Sebenarnya aku tertarik pada game yang bergenre RPG atau role playing game, yang artinya ‘permainan
peran’. Tapi entah berapa kali pun aku coba memainkannya aku tidak bisa
mengerti.
Pada ulang tahunku yang ke-20, yang jatuh pada pekan yang
lalu, bibi dan ibu memberi sebuah kejutan. Mereka membelikanku sebuah perangkat
AFDVR atau advance full dive virtual reality, yang merupakan jenis virtual
reality yang paling mutakhir di zaman ini. Dengan perangkat ini, aku bisa
menyelam ke dalam sebuah dunia virtual yang konon katanya 99% mendekati
kenyataan dengan sepenuhnya.
Tentunya aku kaget sekali dengan yang diberikan oleh ibu dan
bibi. Aku senang bukan kepalang, karena ini sebuah perangkat yang sangat mahal.
Harganya bisa setara dua tahun seorang pegawai yang upahnya sesuai standar
minimal di kota ini.
Ternyata mereka bukan hanya memberiku satu hadiah, karena
ada satu lagi. Yakni sebuah hadiah yang tak punya wujud fisik karena terkandung
di dalam perangkat AFDVR itu. Hadiah yang kedua adalah sebuah aplikasi game yang
saat ini sedang sangat terkenal. Sebuah game yang bergenre MMORPG atau massively
multi-player online role playing game. Ini adalah sebuah sub-genre dari RPG, yang mana bisa dimainkan
secara masal oleh banyak pemain dari beragam tempat secara bersamaan melalu
cara daring.
Dan nama permainan itu adalah, Ardanium’s Tale Online.
Saat itu, dengan suaraku yang bergetar aku berkata,
“Ibu, bibi, terima kasih banyak. Ini sangat luar biasa, aku
bisa dapat yang seperti ini. Tapi, bukankah ini semua terlalu mahal? Aku sangat
senang, luar biasa senang. Tapi, kalau hadiah yang tidak semahal ini juga tidak
masalah, kok.”
Bibi tersenyum ringan, dan dengan santai menjawab.
“Tenang saja, Er. Lagipula untuk perangkat AFDVR-nya bibi
dapat dari hadiah undian, kok. Hanya aplikasi Ardanium itu yang beli.”
“Ahaha, begitu ya?”
Bibi lanjut bercerita kalau ia sebelumnya berniat menjual
perangkat AFDVR itu, karena bisa dapat untung banyak. Tapi, kebetulan bibi
melihat berita yang membahas tentang Ardanium’s Tale Online. Dan menyimpulkan
kalau aku bisa mendapat kemajuan lebih baik pada pemulihanku. Lalu ia
membicarakannya dengan ibu, dan ibu setuju. Akhirnya, mereka membelikan
aplikasinya setelah menerima perangkat AFDVR-nya di rumah.
Sejak menerima perangkat AFDVR dari ibu dan bibi, aku belum
pernah mencobanya sampai sepekan berlalu. Itu karena ada satu alasan, yakni
jaringan internet kami tidak memadai. Ternyata untuk bermain Ardanium’s Tale
dibutuhkan koneksi internet yang tidak hanya sangat cepat, tapi jug stabil.
Tapi kami selama ini hanya memanfaatkan jaringan internet gratis dari
pemerintah. Untungnya, kebetulan bibi memang sedang ingin memasan jaringan
internet sendiri. Dan jaringan internetnya baru selesai dipasang kemarin.
Dan akhirnya hari ini aku mencoba untuk masuk ke dunia
Ardanium’s Tale Online.
+++
Perangkat AFDVR itu bukan benda berukuran kecil yang bebas
dibawa ke mana saja. Perangkat utamanya berbentuk kotak, dengan ukuran sekitar
1x1x1 meter dan punya lubang dengan diameter sekitar setengah meter di salah
satu sisinya. Perangkat lainnya adalah sebuah matras angin.
Cara memakai alat ini adalah dengan berbaring di atas
matrasnya, dan kepala masuk ke kotaknya melalui lubang yang tersedia. Berat
kotak ini setidaknya adalah 10 kilogram, jadi lumayan berbobot.
Aku sudah memakai perangkatnya, yang perlu kulakukan untuk
mengaktifkannya adalah dengan menekan sebuah tombol besar di atas kotak. Lalu
tinggal menunggu prosesnya selama sepuluh detik sambil memejamkan mata. Ada
suara perempuan yang menghitung mundur. Dan saat hitungannya selesai, aku bisa
membuka mataku.
Maka kesadaranku pun telah berpindah ke sebuah dunia
virtual.
Aku kini berdiri di sebuah ruangan yang terlihat seperti
semua materialnya terbuat dari besi. Sepertinya ruangan ini berbentuk tabung
dengan diameter sekitar 10 meter dan tinggi sekitar dua kali lipatnya. Aku
memeriksa tubuhku sendiri yang mengenakan sebuah pakaian asing.
Aku memakai semacam baju lengan pendek tanpa kancing
berwarna abu-abu muda, lalu ada celana hitam panjang. Dan aku memakai semacam
sandal gunung yang kelihatannya terbuat dari kulit hewan.
“Wellcome to Ardanium’s Tale Online. Please choose your
language.”
Suara perempuan yang terdengar seperti suara robot di
film-film terdengar dari segala arah, bagiku ini sedikit horror. Setelah suara
itu terdengar, muncul sebuah panel biru semi tembus pandang yang menampilkan
bahasa yang bisa kupilih. Setelah aku memilih bahasa, proses pendaftaranku pun
dimulai.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Adryan Eko
good job.. rekomendasi dari bos cordius ini..
2022-02-04
1
Mamad S
kata nya jangan di Pisah sebelum titik hmjadikqn satu paragraf saja bingung gw bacanya
2022-01-09
0
nabawi ahmad
mengapa Erlangga panggilannya Er... aku kan Pelo
2021-09-15
1