ch 18

Ampel tidak terlalu ramai. Mungkin karena ini bukan weekend atau pas hari besar keagamaan. 

Kami langsung ambil wudhu dan menuju area makam Sunan Ampel. Buku Yasin dan kitab Al-Qur'an di sediakan di rak - rak pendopo sekitar makam.

Aku mengambil tiga buku Yasin dan memberikannya pada Bapak dan Alan. Selanjutnya dipimpin Bapak kami sudah khusyuk membaca buku tersebut.

Setelah selesai kami keluar area makam. Bapak mampir ke toko tempat menjual perlengkapan muslim. Beliau sedang memilih peci.

Aku menemani Alan tidak jauh dari Bapak. Alan jadi lebih pendiam, seingatku sejak keluar area makam dia belum bicara sama sekali. Padahal biasanya dia senang mengajak Bapak ngobrol.

Alan berjalan mendekati toko minyak wangi. Dia menanyakan minyak misik. Aku diam saja, mungkin dia butuh minyak wangi yang baunya lebih tajam dan tahan lama wanginya ketika dipakai.

Ya walaupun aku juga tau minyak misik biasa digunakan di dunia supranatural juga. Tiba - tiba aku jadi curiga Alan akan menggunakan minyak itu untuk hal mistis.

Aku mendekatinya dan bermaksud menanyakan apa yang dia beli. Tapi tatapan Alan sungguh berbeda, itu bukan Alan yang kukenal.

Ternyata Alan sudah membeli minyak wangi pilihannya. Minyak misik malaikat subuh. 

Aku melirik Bapak masih sibuk membayar peci dan melihat - lihat tasbih, aku ingin ke sana menceritakan apa yang dibeli Alan. Tapi sebelum itu terjadi Alan sudah mengusap - usapkan minyak itu ke punggung bawahnya, semua isinya dituangkan ke punggungnya dan dia membuang bekas botolnya begitu saja.

"Alan?" panggilku pelan. Aku dibuatnya bingung dan melongo. Apa yang dilakukan Alan barusan? 

Alan mendekatiku, "Tolong lihat Din!" kata Alan makin membingungkan. Dia menarik tanganku dan meletakkan di punggungnya tempat dia mengusapkan minyak misik tadi.

Dia mengaduh kesakitan, sedangkan aku terkejut dengan energi yang langsung menjalar dari tangan ke seluruh tubuhku. "Apa ini, Mas?"

Tidak ada penjelasan dari Alan. Dia melepaskan tanganku dari punggungnya, melihat tanganku dengan heran dan takut. "Tanganmu panas sekali Din, aku nggak kuat."

"Maksudnya apa, Mas? Aku nggak ngerti, aku kan memang sedang demam."

"Jangan sekarang!" Hanya itu kata terakhir yang Alan ucapkan. Setelah itu dia mengajakku dan Bapak keluar area makam dan masuk ke kedai makan.

Kami makan dalam diam, Bapak seperti biasa tetap tenang. Sementara aku terus melihat Alan dengan penuh pertanyaan.

Kami istirahat sebentar di dekat tempat parkir sebelum melanjutkan perjalanan ke Makam Sunan Giri. Bapak ingin ke sana juga malam ini, sekalian menghabiskan malam katanya.

"Ada apa Dina? Apa ada yang aneh? Kenapa terus melihatku?"

Suara Alan dan gayanya kembali normal. Aku kembali mengenali tatapan matanya.

"Iya, kamu sedikit aneh malam ini?" ujarku pelan.

"Apanya yang aneh?"

"Minyak misik," kataku coba memancing pembicaraan. Aku ingin tau apa Alan benar - benar sadar atau dikendalikan hal lain.

"Minyak misik apa Dina? Jangan bikin aku bingung!"

Well, sekarang dia lupa sama apa yang baru saja dilakukannya. Alan menyebut namaku saat memakai minyak itu, artinya sesuatu yang ada padanya itu mengenaliku. Atau dia cuma pura - pura lupa? Aku senewen sendiri melihatnya yang malah bertanya balik seperti orang bodoh.

"Buat apa kamu beli minyak malaikat subuh?" tanyaku menyelidik.

"Aku gak beli apa - apa Din, aku kan dari tadi sama kamu terus. Yang beli - beli kan Bapak, beli peci sama tasbih kan?"

Oh Tuhan, berarti yang beli minyak misik tadi bukan Alan? Aku menatapnya lurus mencari kejujuran. Alan benar - benar bingung dengan pertanyaanku.

"Cium tangan kirimu, Mas! Apa ada bau wangi tertinggal di situ. Aku aja masih mencium baunya, bahkan dari radius 5 km juga orang bisa cium wanginya."

"Serius kamu, Din?"

"Satu botol itu kamu tuang semua Mas, botolnya kecil segini," jawabku menunjukkan ukuran botol dengan jariku. Tidak lebih besar dari jari telunjuk.

"Dimana aku memakainya? Di leher, ketiak, atau seluruh tubuh mungkin?" tanya Alan dengan cengiran tak bersalah.

"Hanya di punggung," tukasku dengan wajah serius. Tidak menanggapi candaan yang menurutku tidak tepat waktu itu.

"Oh …. "

Aku menunggu kalimat selanjutnya dari Alan, ternyata tidak ada lagi. Dia diam.

"Cuma 'oh' aja? Aku masih penasaran dengan jawaban yang lebih masuk akal sih sebenarnya," kataku mulai kesal.

"Ayo berangkat, itu Bapak sudah ngajak jalan," kata Alan menutup pembicaraan. 

Kami menghampiri Bapak yang istirahat tidak jauh dari mobil, Beliau melambaikan tangan memberi tanda minta berangkat ke makam Sunan Giri sekarang.

"Kamu nggak apa-apa? Aku aja deh yang bawa mobilnya!" Aku gak mau ambil resiko Alan tiba - tiba gak ingat siapa dirinya pada saat mengemudi. Jadi aku mengulurkan tangan meminta kunci mobilnya.

"Emangnya aku kenapa Din? Aku baik - baik aja, iya kan Pak?" 

Bapak hanya tersenyum kecil ketika mengiyakan pertanyaan Alan.

"Kamu nggak baik - baik aja tadi," kataku masih mencoba memberi tahu kalau tadi dia bertingkah aneh.

"Everything will be okay baby, including me," katanya tanpa malu berbicara seperti itu di depan Bapak. "Lagian ada Bapak di sini, aku yang nyetir! Kamu istirahat aja, badanmu kan lagi nggak dalam kondisi prima," lanjutnya penuh penekanan.

"Ayo berangkat!" ajak Bapak.

"Iya Pak," akhirnya aku mengalah dan mengambil tempat duduk penumpang di belakang. Aku menutup hidung dengan kain kerudung yang menjuntai di depan dadaku, aku tau Alan melihatku dari kaca spion ketika dia duduk di belakang kemudi.

"Gila, baunya nyengat banget. Aku buka ya Din?" Tanpa menunggu jawabanku Alan sudah menurunkan kaca jendela mobilnya sepertiga bagian. Wajahnya sungguh lucu, hidungnya mengempis agar tidak menghirup udara terlalu banyak.

"Bau apa, Mas?"

Alan tertawa, mungkin dia baru sadar kalau dia berbau wangi yang sangat menyengat. 

"Ya ... ya, aku salah. Aku nggak tau kalau wanginya parah gini, sakit di hidung."

Bapak hanya tertawa menanggapi Alan. "Kenapa malaikat subuh, Nak Alan?"

"Saya juga nggak ngerti Pak, saya malah nggak inget kalau memakainya."

"Lha selama ini bagaimana kamu merawat khodam yang ada di tubuhmu itu?"

"Saya nggak pernah merawatnya Pak, dulu kakek secara berkala memberikan saya air yang diberi minyak wangi untuk mandi. Tapi sejak Beliau meninggal saya tidak lagi melakukannya."

"Apa kakekmu yang menanam pusaka itu di tubuhmu?"

"Beberapa warisan dari kakek, tapi ada yang dikasih sama guru saya juga."

"Peliharaanmu yang di punggung itu sudah menghabiskan banyak energi untuk bertarung di makam Trunojoyo dan keris yang kamu bawa, jadi dia memaksa minta minyak misik itu untuknya."

"Sejak kakek meninggal saya sering merasa sakit di beberapa anggota badan Pak. Ya kepala, tangan, pinggang. Yang paling parah di punggung, kalau kumat saya tidak bisa bangun." Ada nada sedih dalam cerita Alan. "Itu salah satu alasan saya ingin melepas semua khodam yang diamanatkan pada saya."

"Itu juga alasanmu mendekati Dina kan?" tanya bapak mengulang pertanyaan yang pernah ditanyakan dulu.

"Firasat saya mengatakan Dina yang akan mengambil pusaka yang ada di punggung saya, Pak."

"Oh keris kepala naga yang kamu tunjukkan tadi, Mas?" tanyaku spontan. Aku menutup mulut dengan tanganku tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan. Darimana aku tau kalau yang ditanam Kakek Alan itu bentuknya keris, panjangnya sejengkal tangan orang dewasa dan memiliki kepala naga?

Alan terperanjat mendengar pertanyaanku, sementara Bapak hanya tersenyum kaku.

***

Terpopuler

Comments

Salsa Billa

Salsa Billa

othor afal betul dunia mistis tp minim bgt ilmu hukum islam nya, seharusnya kalau bikin crita mistis ya tau betul dr sudut islam nya thor, karena mistis disini lawan ya kekuatan agama islam, dan othornya minim bgt menguasai sudut dr pandang islam

2025-02-03

2

Ali B.U

Ali B.U

next

2024-06-23

2

Siti Mushbihah

Siti Mushbihah

aku pernah baca cerita ini tp langsung aku skip ku pikir gak seru. tp sekarang uda part ke berapa aku bcanya, seru ternyata. ini karya kedua yg aku baca setelah kidung kegelapan

2023-04-26

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!