Andric hanya mampir sebentar ketika mengantarku. Berkenalan dan sedikit basa basi dengan Mas Ari sebelum pulang.
Aku melanjutkan ngobrol dengan Mas Ari sambil ngopi di ruang tengah, aku menjelaskan situasinya pada Mas Ari.
"Besok Bapak datang sendiri Din, ibu kurang sehat jadi gak bisa ikut. Mas juga gak bisa setiap malam di sini, Mbakmu hampir melahirkan, kamu sendiri yang minta Mbakmu untuk sementara biar tinggal sama orang tuanya kan?"
"Iya Mas," jawabku.
Aku membaca novel karena tidak tertarik dengan acara televisi. Mas Ari sibuk dengan laptopnya, entah apa yang dikerjakannya.
Malam masih belum larut, jarum jam dinding menunjuk angka sebelas. Aku lihat Mas Ari terus menguap menahan kantuk.
"Mau kemana Din?" tanya Mas Ari menyadari aku keluar rumah.
"Teras Mas, pengap di dalam."
"Jangan di luar sendiri," dia menyusulku, duduk menemani.
"Kenapa rasanya sepi sekali ya Mas?"
"Oh kamu menyadarinya ya?".
Ternyata Mas Ari juga merasakan hal yang sama. Malam lebih sepi dari biasanya.
"Iya Mas, makanya Dina keluar ingin tau."
"Kata orang kuno 'bumine turu' Din," ujar Mas Ari.
"Maksudnya gimana itu, Mas?"
"Ada yang membuat buminya jadi tertidur, sehingga menimbulkan kesan sepi."
"Semacam ilmu sirep?"
"Mungkin. Apa kamu tidak merasa mengantuk?" tanya Mas Ari menguap lagi.
Aku menggelengkan kepalaku, "Nggak mas, Dina cuma merasa udara di sekitar membuat sedikit sakit di kulit. Lihat bulu tangan Dina semua tegak, pori-pori nya sampai keliatan banget kan?"
"Pacek hari ini sore Din," kata Mas Ari lirih.
"Dina nggak paham, Mas."
"Maksudnya kekuatan waktu pada malam ini berada sebelum tengah malam, jadi sihir akan bekerja maksimal di waktu itu." Mas Ari melirikku menunggu pendapat atau apapun dariku.
"Oh pantas aja Dina merasa aneh. Ada sesuatu berputar di sekitar Dina." Aku mengatakan itu sambil melihat kanan kiri.
"Kalau kamu lengah dia akan masuk," jelas Mas Ari. "Jangan tidur dulu ya, mas sebenarnya ngantuk tapi Mas tahan sekuat tenaga."
"Sirep," gumamku.
"Sebenarnya bukan, ada orang yang mengirimkan sesuatu ke sini. Sesuatu itu dibawa makhluk halus perewangannya, nah kedatangan mereka itu yang membawa sirep. Itu yang bikin 'bumine turu' dan suasananya jadi mencekam seperti ini. Kalau hanya sirep yang ditebar, tidak ada efek sampingan yang kamu rasakan, paling kita semua akan tidur kayak orang mati."
"Ya, Dina merasa jadi obyek tujuannya, Mas."
Aku menghembuskan nafas berat, sesuatu yang berputar - putar di sekitarku makin terasa. Mungkin kekuatannya bertambah seiring pacek waktu tepat pada puncaknya.
Udara berhembus dingin, langit menggelap dan burung malam hanya berkicau sekali seperti alarm yang memberikan peringatan padaku. Aku menyebut nama-Nya dalam hati tanpa henti.
Waktu seolah berhenti dan duniaku jadi hampa udara, sesuatu yang sangat menyakitkan menghentak kepalaku laksana ribuan jarum yang dipaksakan masuk ke dalamnya. Panas kurasakan di dalam kepala, sepertinya ada api yang membakar otakku. Kesadaranku menurun. Sesuatu yang hangat keluar dari hidung tanpa kusadari.
"Astagfirullah, Dina," suara Mas Ari yang panik terasa jauh. Tapi aku merasakan sentuhannya mengelap sesuatu yang keluar dari hidungku. "Sadar Din! Ya Allah kenapa kamu bisa mimisan gini?"
Banyak rupa berseliweran di dalam pikiranku, aku berusaha mengosongkannya dengan fokus kepada Allah penciptaku, penjagaku dan penyelamatku.
Senyum jahat Pakde Karman dan suara tawa sombong makhluk di depannya yang ada dalam pikiranku perlahan menghilang, yang kudengar hanya suara Bapak yang sedang mengaji.
"Iya Mas, Dina gak apa-apa." Aku membersihkan hidungku dengan punggung tangan. Lengket, aku benar-benar mimisan.
Aku mengajak Mas Ari masuk rumah karena mau membersihkan hidung. Kepalaku berdenyut sakit ketika berdiri, ada kunang-kunang berterbangan. Mas Ari memapahku.
Mas Ari memberikan air putih yang sudah di doakan, aku meneguknya perlahan. Sensasi dingin merasuk ke dalam kepala dan menyebar ke seluruh tubuh.
"Istirahatlah! Tapi jangan tidur."
Aku berbaring di kamarku setelah mengganti baju yang sedikit kena tetesan darah mimisan. Mas Ari duduk di atas sajadah dan mulai mengaji.
Badanku lemas tanpa tenaga, menjaga kesadaran dalam kondisi seperti ini lebih sulit dari pada dalam kondisi normal. Energiku cepat sekali habis dan aku mengalami lelah yang amat sangat.
Ingatan tentang Andric sangat mengganggu dan menyiksa, aku marah dengan perasaan yang sengaja ditanamkan siapapun itu padaku.
Rasa ingin membalas dendam terus menyebar mengotori pikiranku. Hatiku terasa menggelap.
Ketika azan subuh berkumandang, aku sudah tidak kuat bangun dari tempat tidur. Aku bersuci dengan debu dan sholat subuh dengan posisi tidur miring.
Sesuatu mendengung dalam telinga meninggalkan hatiku yang penuh dendam, aku juga melihat titik cahaya di sana, di setiap kegelapan yang baru saja berakhir menghantui malamku. Aku tidak merasakan apa-apa lagi. Aku terlelap.
***
Ketika bangun pagi aku menemukan bubur ayam di meja makan dan membaca kertas pesan yang di tinggalkan Mas Ari. Kakakku sudah berangkat kerja. Rupanya dia tidak tega membangunkanku.
Aku senang dan merasa sudah aman karena Bapak berangkat ke Surabaya siang ini. Kalau perjalanan lancar sebelum magrib pasti sudah sampai rumah. Aku akan ambil ijin tidak kerja tiga hari, jadi pagi ini aku harus dapat surat keterangan sakit dari dokter.
Semoga tiga hari ke depan aku sudah membaik dan terbebas dari gangguan aneh yang membuatku sakit kepala.
Setelah membasuh wajah aku menikmati bubur ayam yang sudah dingin, aku hanya memakannya dua sendok karena mual.
"Ya Allah," kenapa penyakit jadi banyak gini? Aku mengeluh sendiri. Mengambil minum dan menelan obatku. Sebelumnya tidak ada keluhan dengan lambungku.
Bel rumah berbunyi dua kali, aku ingat Andric kemarin bilang kalau Alan akan mengunjungiku pagi ini. Sepagi ini dia datang? Bahkan ini belum jam sembilan.
Aku menggerutu dan merasa sebal, masih malas beranjak dari meja makan. Ketika bel kembali berbunyi aku baru bergerak ambil kunciku dan membukakan pintu untuknya.
"Pagi Din," sapanya ramah.
"Pagi, masuk Mas." Aku mengajaknya ke ruang tamu, "Aku mau bikin teh, Mas mau minum teh juga? Atau kopi?"
"Teh, sedikit gulanya."
Aku keluar membawa dua cangkir teh dan makanan ringan, "Minum Mas mumpung masih anget."
"Gimana kondisimu Din? Apa kata Dokter?" tanya Alan perhatian.
"Baik aja, Dokter bilang hanya kurang tidur dan kelelahan, sudah minum obat juga."
"Syukurlah, apa kamu masuk kerja hari ini?"
"Gak kayaknya Mas, aku ijin istirahat."
"Bapak dateng jam berapa? Jadi ke sini hari ini kan?"
"Iya jadi, magrib mungkin udah sampai."
"Nanti aku ke sini lagi ya Din, aku mau ketemu Bapak."
Aku hanya mengangguk, terlalu malas untuk menolak. Toh Alan akan tetap datang karena dia punya kepentingan.
"Soal kemarin aku minta maaf ya Din, Wanda udah keterlaluan sama kamu. Aku sudah berusaha bicara dan menjelaskan masalahnya tapi dia tidak mau dengar."
"Iya, nggak apa-apa, aku yang salah, berada di tempat yang tidak semestinya."
"Bukan begitu Din, aku …. "
Alan tidak melanjutkan kata-katanya. Kami spontan menoleh ke arah pintu melihat Andric datang.
"Assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam," jawab kami bersamaan.
Aku tersenyum bahagia, Andric datang tepat waktu. Mungkin ini salah satu misi penyelamatan yang direncanakannya untuk membantuku menjauhi Alan. Aku bahagia Andric menepati janjinya.
"Andric i miss you," kataku tanpa suara ketika matanya melihatku. Aku harap Alan tidak tau apa yang kulakukan, karena matanya juga sedang heran melihat kedatangan Andric.
"Are you okay honey?" tanyanya tanpa sungkan pada Alan, dan lagi dia menyentuh keningku mengecek suhu tubuhku. Sesuatu yang tidak Alan lakukan ketika datang tadi
Alan melotot tajam melihat itu terjadi, "Apa-apaan kamu Bro?"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Salsa Billa
aneh crita disini tu letaknya sm andric thor, dia tau agama taat sholat kok bisanya cipuk sana sini apa gk tau hukum islam , kalau diceritakan endric minim agama ok mungkin masih masuk akal , la ini si cowok taat agama sholat jgk kok aklak nya minim bgt
2025-02-03
1
Rika Iftakul
iya ya alan harusnya perhatian juga dong disentuh dahinya wah2
2025-01-27
0
Ali B.U
next
2024-05-16
2