Keesokan harinya, tamu yang ditunggu pun tiba. Mereka adalah pak Sunandar dan anaknya
yang bernama Lutfi Sunandar. Bu Retno pun memersilakan pak Sunandar dan anaknya itu, masuk ke rumah mereka.
Pak Sunandar adalah kerabat jauh pak Budi. Keluarganya cukup berada. Dengan merintis usaha dari nol, sekarang pak Sunandar memiliki toko elektronik yang besar. Bahkan toko itu memiliki dua cabang.
Sedangkan Lutfi adalah putra semata wayang pak Sunandar, yang kini berusia 40 tahun dan masih melajang.
Sesaat setelah kedua pria itu duduk, Aya pun keluar dari dapur sembari membawa nampan yang berisikan dua gelas teh manis hangat dan satu toples biskuit yang memang sengaja dipersiapkan Aya, sejak pagi tadi. Bola mata Lutfi terus mengikuti gerak langkah Aya.
"Silahkan Pak," ucap Aya setelah menyajikan makanan dan minuman yang tadi dibawanya. Pak Sunandar pun tersenyum dan langsung menyeruput teh itu. Begitu juga dengan Lutfi.
"Oh iya Aya ... Kenalkan, ini anak saya satu-satunya. Dia yang akan meneruskan usaha saya kelak. Kamu belum pernah kenal dengan mas Lutfi kan?" ucap pak Sunandar.
"Iya, belum Pak," jawab Aya. "Kalau ayah dan ibu kamu, sudah beberapa kali bertemu Lutfi, iya kan bu Retno," balas pak Sunandar. Bu Retno pun tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.
Lutfi lalu mengulurkan tangannya, dan Aya pun membalas uluran tangan anak semata wayang pak Sunandar itu. "Lutfi," ucapnya dan menjabat tangan Aya. "Aya," jawab gadis itu.
Sembari menjabat tangan, Lutfi terus tersenyum lebar dan menatap Aya dengan lekat. Ditatap seperti itu oleh orang yang baru dikenalnya, membuat Aya merasa sangat risih.
Setelah Aya dan Lutfi saling berkenalan, pak Sunandar terlihat menyiapkan beberapa berkas dan meletakkannya di hadapan Bu Retno.
"Ini surat perjanjian hutang-hutang pak Budi dan rekap pembayaran cicilan hutang yang selama ini dilakukan bapak, ya Bu," ucap pak Sunandar. "Sisa total hutang ada Rp.42.500.000,- (empat puluh dua juta lima ratus ribu rupiah)."
"Iya Pak, saya juga ada catatannya. Tapi bukankah Bapak bilang, kalau kami bisa mencicilnya setiap bulan?"
Pak Sunandar pun menganggukkan kepalanya, "Benar. Tadinya begitu Bu. Tapi saya ada keperluan lain."
"Mohon maaf sekali Pak. Tapi kami belum punya uangnya. Saya janji akan membayar cicilan lebih besar dari yang ayah saya bayarkan sebelumnya," ucap Aya.
Pak Sunandar tersenyum lembut. Dia sudah mengenal Aya sejak lama, dan pria lanjut usia itu memang sangat menyukai Aya sedari dulu. Karena pak Sunandar benar-benar tau, jika Ayatul Husna adalah seorang anak yang baik dan sangat berbakti. Dia akan senang sekali, jika mendapatkan Aya menjadi menantunya. Lutfi pun sudah pasti juga merasa senang sekali, jika memeroleh seorang istri seperti Aya.
"Sebenarnya, saya ingin menganggap lunas seluruh hutang kalian. Tapi saya ada permohonan," ucap pak Sunandar. Dahi Aya dan Bu Retno terlihat mengerut. Ibu dan anak itu saling berpandangan bingung.
"Anak saya ini bernama Lutfi, usianya 40 tahun, dan dia belum menikah. Kemarin, dia bercerita, jika dia merasa sangat tertarik kepada Aya, ketika kalian bertemu di pemakaman pak Budi," jelas pak Sunandar dengan wajah berbinar.
Bertemu? Aku saja tidak ingat dengan dia.
Dahi Aya pun masih berkerut sedari tadi.
"Jadi ... kalau Aya mau, menikahlah dengan Lutfi. Jika Aya menikah dengan Lutfi, seluruh perjanjian hutang ini akan saya hapuskan." Masih dengan wajah berbinar pak Sunandar menatap Aya dan Bu Retno bergantian. Senyum Lutfi pun bertambah sumringah mendengar ucapan sang ayah.
Namun berbeda dengan Aya. Aya terlihat resah, begitu juga dengan Bu Retno. Melihat keresahan di mata ibu dan anak itu, pak Sunandar hanya bisa menghela napas.
"Saya sangat senang sekali jika kamu mau menjadi menantu saya. Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang kok ... saya beri waktu satu minggu untuk kalian memikirkannya," ucapnya lagi. Aya pun menganggukkan kepalanya.
Setelah menjelaskan maksud kedatangannya, pak Sunandar dan Lutfi pun beranjak dari sana. Dan Aya terus terdiam, setelahnya.
"Maafkan bapak dan ibu, Ya. Karena kami berhutang, kamu yang menanggung akibatnya," ucap bu Retno, ketika pak Sunandar dan anaknya sudah meninggalkan halaman rumah mereka. Namun Aya tidak menanggapi ucapan sang ibu. Gadis itu masih terdiam, hanya helaan napas berat yang terus menerus terdengar.
"Aya akan coba pinjam ke kantor Bu," ucap Aya kemudian. Bu Retno hanya mengangguk dan benar-benar berharap, jika Aya bisa melunasi hutang mereka. Dia tidak mau jika Aya harus menikah secepat ini. Apalagi menikah dengan pria yang tidak dicintai anaknya, bahkan usia mereka terpaut 19 tahun.
Sejak pembicaraan itu, hari itu, Aya terus mengurung diri di kamar. Gadis itu hanya keluar kamar untuk berwudhu dan mandi saja. Aya bahkan membawa makanannya ke kamar dan makan di dalam kamarnya.
Bu Retno pun tidak berani untuk mengganggunya, karena sang ibu tau, jika kini anaknya pasti merasa begitu cemas dan resah.
...****************...
.......
.......
.......
...Jangan lupa untuk selalu tekan LIKE 👍, tuliskan KOMENTAR ✍️ kamu dan...
...BERI HADIAH & VOTE yaaa .......
...Jangan lupa juga untuk memberikan RATE...
...⭐⭐⭐⭐⭐ di sampul halaman depan....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Nur Hasana
apapun itu smoga yg terbaik
2022-01-15
7
Dhani Assyfa
serba salah si Aya
2022-01-15
7
Anjar Asni
Aya yg jd tumbal hutang
2022-01-14
7