✨✨✨
"Bagaimana, Bang? bisa jalan? bisa nendang?" tanya Naku pada Abang Bimanya.
"Bisa.. Bisa.. Santuy!" sahut Bima percaya diri.
Pandawa kini sudah sampai di sebuah stadion bola yang mana stadion itu akan dijadikan pertandingan Bima nantinya.
Sementara teman satu club sepak bola Bima lagi-lagi dibuat kagum dengan kelima anak yang berwajah sama padahal ini bukan pertama kalinya mereka melihat Pandawa.
"Woah, kalian benar-benar mirip!" celetuk mereka.
Pandawa memutar bola mata mereka malas, wajah mereka memang mirip tapi penampilan mereka jauh berbeda, penampilan mereka sesuai dengan karakternya masing-masing. Makanya mereka tidak suka jika dibilang mirip.
"Coba lihat baik-baik, aku disini yang paling tampan," protes Juna.
"Tapi memang benar mirip, aku susah membedakan kalian!"
Yang mana membuat Bima merangkul temannya itu.
"Anggap kita lima anak yang berbeda tapi lahir diwaktu yang sama," ucapnya.
"Eh?"
Tak lama dari kejauhan Arse datang menghampiri kelima anaknya, setelah menyelesaikan rapatnya pria itu segera datang untuk melihat pertandingan putra keduanya. Walaupun bodoh dipelajaran tapi untuk urusan olahraga Bima memang bisa dikatakan unggul.
Dan teman Bima lagi-lagi merasa kagum melihat Daddy Pandawa mendekat, pria itu sudah melepas jas dan dasinya meninggalkan kemeja yang dia naikkan sampai kesiku melihatkan lengan kekarnya yang dia terus latih agar semakin berbentuk mengingat dia harus tampil sempurna saat bersama istrinya. Kaca mata hitam bertengger di hidungnya dan kancing kemeja itu dibuka beberapa kancing hingga melihatkan dada kekarnya menambah kesan manly.
Tapi kekaguman mereka luntur saat Arse sudah mulai menyapa anak-anaknya.
"Gantengnya anak daddy mana ini," seru Arse yang sudah dekat dengan kelima anaknya.
"Piyak! Piyak! Piyak!"
Pandawa mengikuti gaya anak ayam yang kehilangan induknya lalu mendekati daddy-nya.
Yang mana membuat teman Bima terbelalak.
"Oh, jadi daddy Bima itu tukang ternak ayam!" gumam mereka.
Sementara Clara yang saat ini tengah menyetir mobil dibuat heran dengan perubahan Bianca yang dari tadi hanya terdiam membisu.
"Kau kenapa, Bee?" tanya Clara untuk kesekian kalinya.
Bianca menghela nafasnya panjang, dia yakin tadi dia itu tidak berhalusinasi. Dia yakin ada seorang nenek berbicara padanya, kenapa hidupnya selalu berkaitan dengan hal mistis begini batin Bianca.
Lalu dia menoleh kearah Clara yang fokus menyetir.
"Clara, apa kau percaya ramalan?"
Clara terdiam sejenak sebelum menjawab.
"Ya kalau ramalan baik aku percaya, tapi kalau ramalan buruk aku tidak percaya, hehehe...."
"Ishhhh...."
"Kenapa, Bee? hari gini masih percaya masalah gituan?"
Bianca hanya menggelengkan kepalanya tapi kata-kata nenek itu masih terngiang diotaknya. Sampai dia sudah masuk ke dalam stadion dan mencari suami serta kelima anaknya, senyumnya mengembang melihat mereka dari kejauhan yang saat ini berada di pinggir lapangan.
"Aku tidak ingin berpisah dengan mereka," ucap Bianca dalam hati.
Lalu dia dan Clara duduk dikursi penonton karena pertandingan segera dimulai.
PRIT!
Peluit wasit sudah berbunyi dan pertandingan pun dimulai, Bima begitu lihai mengoper bola kesana kemari yang mana membuat Bianca tersenyum bangga begitu juga Arse yang duduk dengan keempat anaknya lainnya.
Tapi Arse sedikit meringis saat bola itu melayang-layang ke udara, takut jika bola itu mengenai aset berharga Bima yang belum lama ini sembuh.
Dan yang dia takutkan pun terjadi, saat lawan akan menendang bola memasukkan ke gawang malah terkena bagian bawah Bima yang saat itu akan menghadang lawan.
"Teng!"
Terdengar bunyi dan bola itu memantul yang mana membuat Bima tersenyum kemenangan ke arah kursi penonton dan mengacungkan jempolnya ke arah Naku.
"Hei, apa itu tadi?" tanya Arse heran.
Naku mengambil kacamata Daddy-nya dan memakainya dengan angkuh.
"Penemuanku yang baru, Dad. Buat antisipasi agar burung Abang Bima tidak terkena tendangan bola," terang Naku.
Arse mengernyit tidak mengerti.
"Aku buat cangcut besi buat Abang Bima," tambahnya.
"Apa?! hei bocah tengik penemuanmu itu selalu 60℅ gagal jadi jangan membuat eksperimen aneh buat Abang Bima-mu, kau tahu sendiri kan dia itu agak kurang otaknya," ucap Arse dengan cemas.
Dan benar saja saat babak pertama selesai, saat istirahat sejenak Bima merasa ingin buang air kecil sontak Bima mencari Naku agar membuka cangcut besinya. Kebetulan Daddy dan empat saudaranya duduk di dekat tempatnya beristirahat.
"Naku... " panggilnya.
"Kenapa, Bang? berhasil kan!"
"Iya, tapi aku mau buang air kecil ini. Cepat buka sebentar!" pinta Bima yang sudah tidak tahan.
Naku menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena baru mengingat sesuatu yang dia lupakan.
"Ngh, anu Bang! Sebenarnya aku lupa membuat kunci agar cangcut besi itu bisa terbuka jadi... "
"Apa?! Jadi burungku akan tersegel selamanya?!"
✨✨✨
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Nur Kotimah
habis kata kata ku 🤣😂🤣😂🤣😂🤣😂🤣😂
2024-04-16
0
Sri
haaaaaahaaaaaasa
2023-11-12
0
Ika Agustin
wkwkwkwkwk
2023-06-14
0