✨✨✨
Arse benar-benar menahan gemuruh di hatinya, bisa-bisanya anaknya membuat seorang Dokter jatuh pingsan, bahkan sampai sekarang belum juga sadar.
Dan seperti biasa Pandawa dihukum dengan berlutut dan menjewer telinga mereka sendiri.
Sambil sesekali melirik ke arah mommy, opa, oma, kakek dan nenek mereka untuk minta bantuan.
"Jadi, tidak ingin disunat?" tanya Arse dengan menatap kelima anaknya dengan sorot mata tajam.
Kelimanya menggeleng bersama sampai tanpa sadar Dewa mengompol tapi tidak berani bergeming dari tempatnya.
"Jika dalam satu jam Dokter itu tidak kunjung sadar, daddy akan mengirim kalian ke tempat perkemahan di Ujung Kulon sana untuk latihan wajib militer. Dan ingat tidak ada fasilitas," ancam Arse.
Tentu saja kelima anaknya langsung menangis bersama.
"Mommy...."
"Opa...."
"Oma.... "
"Kakek.... "
"Nenek.... "
Mereka memanggil satu persatu orang yang bisa menyelamatkan mereka dari hukuman itu.
Dan kelima orang yang dipanggil hanya bisa mengulum senyum mereka. Memang ada gitu latihan wajib militer di Ujung Kulon. Dan Pandawa percaya gitu, sebenarnya yang bodoh disini siapa?
Bianca menghela nafasnya panjang sepertinya dia harus mengorbankan dirinya lagi kali ini.
Didekati suaminya itu dan berbisik," Nanti malam tambah 2 ronde."
Yang mana membuat Arse tersenyum girang, seperti biasa dunia Arse akan menggila mendengar kalimat itu.
"Ingat Bee, jangan sampai menangis dan minta berhenti," ucap Arse sembari mengecupi wajah istrinya.
Bianca mengangguk dan melingkarkan tangannya ke leher suaminya.
"Jadi, biarkan anak-anak berdiri. Kau menghukumnya hampir satu jam! Kaki mereka pasti kesemutan," ucapnya lembut.
"Bee, mereka benar- benar membuatku cepat menua karena terus marah, aku takut kau berpaling dariku," ucap Arse dengan memelas.
"Semakin menua kau semakin seksi, Dad. Aku menyukainya!"
"Benarkah? kau juga suka permainanku kan sayang?"
"Permainanmu juga semakin menggila!"
Arse tersenyum bangga," Yah, setidaknya staminaku tidak menua."
Well, akhirnya Pandawa terbebas dari hukuman dan tak lama Dokter itu terbangun. Tentu saja Arse harus ganti rugi untuk membayarnya 10 kali lipat dari tarifnya mengingat perbuatan anaknya sebelumnya.
Lima jam berlalu akhirnya proses sunat selesai, kini Pandawa baring telentang dan berjejer seperti ikan sarden dengan memakai celana sunat mereka.
Jaya dan Lili harus pamit duluan karena harus mengantar Cello ke Inggris karena rencana Cello akan kuliah di Oxford.
"Papa, pamit dulu. Jaga Pandawa dengan baik," ucap Jaya sembari memeluk putrinya.
"Papa jaga kesehatan ya, aku takut darah tinggi papa kumat setiap Pandawa berkunjung."
Yang mana membuat Lili terkekeh mengingat Jaya selalu berteriak setiap Pandawa berkunjung ke tempat mereka.
"Namanya juga anak-anak, Bee. Justru kalau gak bandel gitu gak seru," timpal Lili.
Bianca mendesah," Naku, baru saja meledakkan lapangan bola sekolahnya, Ma. Apa itu normal?"
"Itu karena gen suami anehmu itu, Bee," kesal Jaya.
"Sudahlah pa, walaupun aneh tapi kan topcare bisa buat lima sekaligus loh," tutur Lili.
"Itu karena otaknya dipenuhi kemesuman!"
Dan benar saja setelah kepergian Jaya dan Lili, Arse tengah memohon pada kedua orangtuanya untuk menginap agar bisa membantunya menjaga Pandawa.
"Dad, bukankah kau ingin cucu? itu sudah aku buatkan banyak. Jadi, ikut andillah dalam menjaganya," bujuk Arse.
Abbas dan Adel memang mau menginap mengingat janji mereka jika Arse sudah mempunyai anak akan menetap ke Indonesia dan tidak bepergian lagi.
"Daddy akan menemui mommy-mu seperti dia membuatkan susu untuk Pandawa," ucap Abbas.
Arse tersenyum penuh arti mendengar itu, setidaknya malam ini tidak ada yang mengganggunya.
"Pastikan peredam suara di kamarmu berfungsi kalau tidak aku akan khilaf menerkam mommy-mu," tambahnya.
Arse memutar bola mata malas," Om-om cabul!" umpatnya.
Abbas mendatangi istrinya itu ke dapur, dan benar saja Adel tengah membuatkan susu untuk kelima cucunya.
"Sayang, apa susunya sudah jadi?"
"Sudah, cepat antar! mereka dari tadi mengeluh kepanasan," terang Adel.
Dengan memegang nampan berisi lima gelas susu, Abbas mendatangi kelima cucunya berada tapi saat masuk dalam ruangan santai kelima bocah itu tidak ada. Tentu saja Abbas panik bukan main.
"Mila.... Mila.... " teriaknya memanggil kepala pelayan.
Mila tergopoh mendekati tuan besarnya berada.
"Iya Tuan."
"Dimana kelima cucuku?"
"Bukankah ada di dalam, Tuan."
"Tidak ada. Mereka hilang! cepat panggil daddy-nya!"
Mila terdiam, ragu untuk memenuhi permintaan tuan besarnya itu.
"Ngh, anu Tuan. Peraturan di mansion ini jika Tuan dan Nyonya sudah berada dalam kamar tidak boleh ada yang mengganggu bahkan saat terjadi serangan t*roris pun tidak boleh ada yang memanggilnya," terang Mila.
"Peraturan macam apa itu? dasar bocah gendeng! cepat bantu cari kelima cucuku berada!"
Kini di mansion itu tampak riuh karena menghilangnya Pandawa. Kecuali dua orang yang sekarang di dalam kamar entah melakukan apa.
Abbas berkeliling dan saat menuju ke arah kolam renang matanya membulat ketika melihat kelima cucunya mengambang disana. Tentu saja membuatnya semakin panik, apa mereka tenggelam?
Tapi saat sudah mendekat kepanikan itu luntur saat melihat kelimanya tersenyum ke arahnya.
"Opa.... "
"Apa yang kalian lakukan?!"
"Kami kepanasan Opa!"
"Ayo cepat naik, kalian baru saja disunat!"
Dengan polosnya Dewa berkata," Burungnya mengembang, Opa!"
"What the hell... "
✨✨✨
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
atheina_ARA
ya Allah ini novel bikin perut kram.
2023-11-03
3
Ita rahmawati
baca novel in kok jd kyk orgil senyam senyum sendiri trus ngakak 🤦♀️🤦♀️🤣🤣🤣
2023-09-05
0
Abdul Rochman
🤣🤣🤣🤣 benar2 klrg gesrek
2023-05-16
0