...
..
.
“Uh tempat tidur ini nyenyak sekali, selimutnya juga hangat ini tiga kali lebih enak dipakai dari pada tempat tidur dan selimutku yang ada di rumah.”
“Eh!” (Blank setelah membuka matanya).
*Tunggu sebentar kenapa aku ada di sini? Bukannya tadi aku mengalami insiden kecelakaan lalu meninggal, apa aku berhasil diselamatkan dan sekarang berada di dalam perawatan rumah sakit?
Aku tidak mencium bau obat-obatan disini dan tidak ada selang infus yang terpasang di tubuhku aku juga tidak merasakan sakit di tangan dan kaki kiriku, aku juga tidak merasakan sakit di dadaku hingga membuatku sulit bernafas, kepalaku juga sudah tidak sakit dan tidak mendengar suara dengungan lagi pengobatan dan perawatan macam apa yang membuatku sembuh secepat ini, tapi sembuh secepat ini tidak mungkin bagi luka serius yang aku alami apa jangan-jangan aku sudah bertahun-tahun koma terus baru sadar sekarang*?
*Ah itu tidak mungkin siapa yang mau menanggung biaya rumah sakit dan pengobatanku paling aku langsung diberikan tindakan euthanasia dimana hidupku langsung diakhiri aku yakin saat insiden kecelakaan aku mengalami kerusakan batang otak karena aku tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhku waktu itu.
Atau mungkin saat kecelakaan ada konglomerat yang tidak sengaja ada di lokasi tempatku mengalami kecelakaan dan merasa kasihan sehingga mau menolongku dan membawaku ke rumah sakit, ini kemungkinan yang paling masuk akal, tapi jika itu benar-benar terjadi pasti aku akan disuruh mengembalikan biaya pengobatan yang telah aku gunakan dan jika aku tidak bisa membayar aku akan dijadikan budak dan berakhir mati mengenaskan lagi karena mungkin seumur hidupku aku tidak akan bisa membayarnya kembali karena bunganya terus berkembang “Aaaa! tidak bagaimana ini, nasibku bahkan lebih buruk sekarang*.”
Woah tapi lihatlah ruangan ini besar sekali apa ini ruangan untuk pasien VIP, ada juga jendela berukuran sangat besar yang ditutupi kain mahal berwarna putih mungkin itu kain sutra melihat bentuk dan teksturnya saja aku yang tidak tahu masalah kain bisa memastikan bahwa itu bukan kain murahan yang tidak sembarang orang yang mampu membelinya. Langit-langit kamar ini juga sangat bagus banyak lukisan-lukisan seperti malaikat dengan baju dan sayap putih bergantungan di bahunya. Ukuran kamar ini besar sekali aku berteriak pun orang dari luar tidak akan mendengarkan aku kecuali ada penjaga di depan pintu yang mengawasi berjaga-jaga agar aku tidak lari setelah sadar, wah lihatlah kasur yang sedang ku tiduri ini sangat luas ditempati oleh sepuluh orangpun pasti bakalan muat.
Tapi apa cuman perasaanku saja tempat ini sangat sunyi, meski kamar ini luas tidak banyak barang yang ada di dalam sini. Di sini tidak ada kulkas setahuku kamar untuk pasien VIP itu pasti punya kulkas, TV dan ber-AC, tapi dalam kamar ini hanya ada beberapa barang saja, kalau aku sebutkan satu-satu sepertinya hanya ada satu ranjang yang berukuran sangat besar, satu lemari berukuran besar yang diletakkan di sudut kamar, dan satu set kursi yang diletakkan di tengah-tengah ruangan, hanya itu saja. Dan lihatlah seluruh isinya, apa-apaan seluruh warna ini seprei, selimut, gorden, dan warna di dinding kamar ruangan ini seluruhnya hanya berwarna putih ini seperti tempat ruang khusus berfikir saja bagi anak-anak yang sudah berbuat salah dan harus merenungi perbuatannya. Kalau melihat situasi ku saat ini aku jadi tidak tahu harus bersyukur karena masih hidup atau malah sebaliknya.
Aku harus memeriksa seluruh tubuhku apakah semuanya baik-baik saja, pertama kita coba duduk dulu, kemudian coba gerakkan kedua tangan, bagus kedua tanganku masih berfungsi dengan baik dan selanjutnya kita coba berdiri.
“Aaahk.” Kedua kakiku tidak bisa menopang tubuhku mungkin karena aku sudah terlalu lama berbaring sehingga membuat kedua kakiku melemah, oh tidak.. tidak aku akan terjatuh kalau terus begini.
Saat mencoba untuk berdiri Bella kehilangan keseimbangan tubuhnya karena kedua kakinya tidak mampu menopang berat tubuhnya, Bella mencoba mencari tempat untuk berpegangan agar tidak terjatuh dan menggapai sebuah tali yang bergelantungan di sisi kanan tempat tidur.
“Teng... teng... teng... teng.”
“Taakk.”
“Aaww, sakit.”
Pada akhirnya aku terjatuh juga karena tali yang aku raih malah ikut tertarik juga, siapa yang tau ternyata tali yang bergelayut di samping kasur adalah tali yang bertujuan untuk membunyikan sebuah lonceng.
“Treekkkk”. Sesaat setelah lonceng itu tidak sengaja aku bunyikan seseorang tiba-tiba membuka pintu dengan keras sehingga bunyi deritan pintu itu juga ikut bertambah keras.
“PUTRI!!!
“Putri Lea sudah bangun! Putri Lea sudah bangun!”
“Astaga putri pasti terjatuh karena berusaha berdiri sendiri, cepat panggil tuan Duke Leonard dan tabib beritahukan mereka bahwa putri Lea telah sadarkan diri dari masa komanya!”
Seorang membuka pintu kamar dan masuklah seorang wanita paru bayah dengan berpakaian pelayan ia segera masuk ke dalam kamar tempatku berada, dan sesaat setelah melihatku duduk di lantai akibat terjatuh tadi ia segera meneriakkan sebuah nama yang tidak aku kenali kemudian dengan cekatan memberi perintah pada pelayan yang lainnya, sepertinya dia adalah ketua pelayan di sini terlihat dari caranya bersikap dan memberi perintah kedua pelayan yang mengikut di belakangnya tadi juga langsung melaksanakan perintahnya.
Nama yang pelayan itu sebutkan tadi sudah pasti yang ia maksud itu aku, digunakan untuk memanggilku, karena hanya akulah satu-satunya yang ada di dalam ruangan ini, tapi kenapa pelayan wanita tersebut memanggilku dengan nama Putri Lea, dan siapa itu Duke Leonard kenapa harus memberitahunya kalau aku sudah sadarkan diri.
“Putri Lea seharusnya anda membunyikan lonceng jika membutuhkan sesuatu, Putri Lea pasti terjatuh saat berusaha berdiri, kaki anda pasti melemah sehingga tidak bisa menopang tubuh Putri Lea karena sudah satu bulan ini Putri tidak sadarkan diri.”
Siapa pelayan wanita ini kenapa ia bisa tau apa yang terjadi? ia dengan cepat datang menghampiriku dan dengan cekatan membantuku berdiri dan menuntunku untuk kembali berbaring di atas kasur.
“Maaf tapi anda siapa? Dan kenapa anda memanggilku dengan nama Putri Lea?”
“PUTRI LEATINHA! Apa anda masih sakit karen racun sampai lupa siapa saya bahkan sampai lupa nama sendiri”
Apa? Ada apa? Kenapa perempuan ini tiba-tiba berteriak keras sekali sampai membuatku kaget jantungku hampir lepas dibuatnya. Kenapa ia bersikeras memanggilku Lea. Eh tunggu dulu, kemana tanda lahir yang ada di punggung tangan kiriku, woah lihat tangan ini putih dan sangat bersih perasaan tanganku tidak begini, rambutku, perasaan rambutku berwarna hitam kenapa jadi warna merah.
“Putri.. Putri Lea kenapa anda tiba-tiba melamun apa anda benar-benar tidak tahu siapa saya ini?”
“Eh.. Aku siapa?”
......* * *......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
Dien Agustin
kurang cepet tanggep😓
2022-04-05
1
Zulvianti
hummm, lumayan, semoga pemeran utamanya gak lemah lemah banget ya
2022-03-18
0
fanfan
thor.. sebener bgus.. tulisan nya.. trus enak juga di baca.. tpi kbnyakan monolog sama diri sndiri... kurangi deh menurtku
2021-07-05
5