Bab 18. Tidur

Setelah menangis lama, Chen Xiao Ran menatap ke wajah Li Chen Yi.

"Kamu sangat tampan ," kata Chen Xiao Ran ke Li Chen Yi.

"Pantas saja banyak gadis yang menyukaimu." Chen Xiao Ran melanjutkan kata-kata nya sambil menatap ke wajah Li Chen Yi.

"Bagaimana denganmu?? Apakah kamu menyukaiku juga?" tanya Li Chen Yi ke Chen Xiao Ran.

Mata Li Chen Yi menatap ke mata Chen Xiao Ran. Li Chen Yi ingin melihat dengan jelas Chen Xiao Ran memberikan jawaban yang murni dari kata hati Chen Xiao Ran.

Mata adalah jendela hati seseorang. Sehingga dengan melihat mata ,kebanyakan bisa mengetahui apakah hal yang di ucapkan itu benar atau cuma bohong belaka.

Li Chen Yi sudah sering mengamati mata orang yang dekat dengannya sehingga dirinya bisa mengetahui apakah orang itu jujur atau berbohong padanya.

Selama ini Li Chen Yi juga membaca gerak gerik Zhao Ching Ching melalui matanya. Zhao Ching Ching memang selalu sepenuh hati kalau bersama dengan Li Chen Yi.

Baru tadi siang Li Chen Yi sadar kalau Zhao Ching Ching tidak se naif yang dia kira.

"Saya juga menyukaimu ," jawab Chen Xiao Ran ke Li Chen Yi.

Hati Li Chen Yi sangat senang karena dirinya bisa melihat dengan jelas Chen Xiao Ran berbicara dengan jujur.

Li Chen Yi tersenyum ke arah Chen Xiao Ran. Chen Xiao Ran terpana dengan senyuman Li Chen Yi.

Tanpa sadar jari telunjuk kanan Chen Xiao Ran menyentuh wajah Li Chen Yi.

Mulai dari kening Li Chen Yi, telunjuk Chen Xiao Ran turun ke pipi , lanjut ke hidung dan kemudian berhenti di bibir Li Chen Yi.

"Saya ingat. Kamu pernah menciumku ," kata Chen Xiao Ran ke Li Chen Yi dengan muka cemberut.

Bibir Li Chen Yi langsung mencium jari telunjuk Chen Xiao Ran yang berhenti di depan bibirnya. Chen Xiao Ran terkejut dan buru-buru menarik jari telunjuknya.

Pipi Chen Xiao Ran merona merah. Kedua tangan Li Chen Yi memegang wajah Chen Xiao Ran dan mencium kening Chen Xiao Ran.

"Kenapa tadi siang kamu tidak senang?" tanya Li Chen Yi ke Chen Xiao Ran.

Kepala Chen Xiao Ran mulai terasa pusing karena sudah mabuk berat sehingga Chen Xiao Ran bersandar lagi ke dada Li Chen Yi.

"Siang tadi di meja makan di hidangkan begitu banyak jenis makanan, dan juga tidak bisa dihabiskan. Sangatlah boros makanan ,"kata Chen Xiao Ran ke Li Chen Yi.

"Dulu sewaktu di perbatasan kota Chang Chen ,saya selalu bergabung dengan prajurit untuk makan bersama. Selama sepuluh tahun ini saya juga memakan makanan yang cukup membuat kenyang saja. Kamu tahu tidak di dunia ini masih banyak rakyat yang tidak berkecukupan makanan. Makanan yang berlimpah tadi siang bisa saja dijadikan makanan untuk mereka dalam waktu yang lama ," kata Chen Xiao Ran ke Li Chen Yi.

"Bencana alam di kota Au Chen baru selesai di atasi. Kita tidak akan tahu akan ada peristiwa apalagi yang akan terjadi di masa yang akan datang. Yang mungkin memerlukan makanan maupun uang ," lanjut Chen Xiao Ran.

"Kamu sebagai putra mahkota haruslah menjadi pedoman untuk rakyat. Tetapi saya tahu, menjadi putra mahkota juga bukan tugas yang mudah ," kata Chen Xiao Ran sambil menatap ke Li Chen Yi.

Li Chen Yi tidak mengira Chen Xiao Ran di usia yang masih belia mempunyai pikiran yang sangat memperhatikan rakyat. Li Chen Yi semakin mengagumi Chen Xiao Ran.

Li Chen Yi merasa pertemuannya dengan Chen Xiao Ran adalah merupakan anugerah dari Tuhan.

"Oh ya. Zhao Ching Ching berhubungan dekat denganmu. Kenapa belum kamu jadikan permaisuri putra mahkota?" tanya Chen Xiao Ran ke Li Chen Yi.

"Zhao Ching Ching suka mengikutiku dari kecil. Saya tidak yakin perasaanku kepadanya apakah cinta kepada kekasih atau kepada keluarga ," jawab Li Chen Yi dengan jujur.

Memang Zhao Ching Ching lah yang selalu menemaninya setelah kematian Selir Hua Rong Le.

Chen Xiao Ran tertawa kecil mendengar jawaban Li Chen Yi.

"Laki-laki memanglah selalu plin plan dalam hal cinta. Kalau memang menyukainya, yah jadikanlah dirinya istri. Kalau tidak suka, janganlah memberinya harapan palsu ," kata Chen Xiao Ran ke Li Chen Yi.