Kebenaran Menyakitkan

“Tolong tinggalkan aku dan Mr. Kayden,” pinta Gwen. “Aku ingin bicara empat mata dengannya.”

Bibi Meli yang duduk di kursi dan jaraknya tak terlalu jauh dari tempat duduk Gwen, ia lantas menatap wajah keponakannya kemudian bertanya, “Apa kau yakin, Nak? Apa sebaiknya biarkan kami di sini mendengarkan penjelasan dari … bosmu ini?” Wanita paruh baya itu menekankan ucapannya di akhir kalimatnya sambil memberi tatapan sinis kepada Kayden.

“Benar apa yang dikatakan Bibimu, Gwen.” Lusia menimpali untuk mencoba meyakinkan sahabatnya.

“Tolong, tinggalkan kami berdua dulu.” Kali ini Kayden menyahuti dengan suaranya yang tegas dan syarat kesungguhan. “Aku dan Gwen, kami perlu bicara empat mata. Maaf, bukannya aku tak tahu sopan santun.” Pria itu lantas menghela napas lelah. “Lebih cepat kalian ke luar sebentar saja dari ruangan ini, sangat baik untukku agar aku bisa menjelaskan kepadanya.”

“Baiklah,” sahut Paman Joe. Pada akhirnya ia memutuskan karena melihat kesungguhan dari Kayden. “Kami akan memberi ruang untukmu agar kau leluasa bicara pada keponakanku.”

“Tapi—”

“Ayolah, Sayang …” Paman Joe memotong kalimat Bibi Meli yang belum terselesaikan. “Biarkan mereka berdua bicara empat mata dulu.” Ia lalu memberi isyarat kepada Lusia supaya ke luar dari ruangan tersebut dan diangguki oleh gadis itu sebagai jawaban. Hingga beberapa detik kemudian, Paman Joe merangkul bahu istrinya untuk mengajaknya pergi dari rungan itu, setelah sebelumnya Lusia terlebih dahulu meninggalkan ruangan tersebut.

Dan saat ini, keheningan mulai menghantam. Kayden lantas berdiri di depan Gwen, lalu menatap kepala wanita itu. Butuh beberapa detik pandangan matanya turun ke bawah menatap pada sepucuk surat dari Rainer yang masih tergumpal di tangan Gwen, dan perlahan-lahan jatuh terlupakan ke lantai.

“Gwen, kau harus menikahiku!” Suara Kayden memecah keheningan diantara mereka berdua.

“Apa Anda sudah gila, Mr. Kayden!” kata Gwen menahan geram. Sikap sopan santunnya kepada bosnya mendadak hilang. “Astaga … Anda kan sangat membenciku!” serunya frustrasi.

“Itu tidak benar, Gwen,” sanggah Kayden.

Gwen tidak mendengarkan pria itu. Ia mencoba bangkit, tetapi kakinya tidak membiarkannya. Tubuhnya berubah menjadi batu runtuh, dan gelombang kejut selama beberapa menit yang menghancurkan mulai menciptakan retakan lebar dalam dirinya.

Kayden lantas berjongkok di depan Gwen yang masih terduduk dan memaksa wanita itu agar menatapnya. Kayden tampak tegang, tetapi penuh tekad. Gwen bergetar hebat sekarang, sampai-sampai kepalanya gemetar hingga napasnya memburu karena paru-parunya menyempit.

“Aku tahu aku bukan Rainer,” Kayden mengakui dengan muram. “Aku takkan pernah menjadi dirinya. Dia adik tiriku, dan sangat bertolak belakang denganku. Seperti Valerie denganmu.”

Valerie! Nama itu mulai menghantui Gwen. Wajah manis lembut berusia dua puluh empat tahun dengan mata hitam besar rapuh dikelilingi rambut gelap nan halus.

Sebulan lalu Kayden telah memperingatkan Gwen, bahwa pria itu takkan diam dan membiarkan Gwen menikahi adiknya. Sejak terakhir kali mereka bertemu di rumah Kayden yang mewah dan anggun, pria itu telah menghinanya karena Gwen tetap pada pendiriannya untuk menikah dengan Rainer. Sebuah penghinaan yang menggetarkan tembok pertahanan wanita tersebut ketika tatapan mereka bertemu.

Sampai saat itu, ia hanyalah Gwen Sandriana Decker, putri kesayangan mendiang Raul dan Tasya Decker yang sangat dirindukannya. Ia sangat bangga dengan darah campurannya, hingga manik hitam milik Kayden telah berani menilainya.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Gwen mengalami apa rasanya penghinaan nyata yang hampir meremukkan hatinya. Kombinasi langka rambut lurus cokelat kehitaman, bermata indah, serta kulit putih bersih yang membuat orang-orang menoleh kagum sepanjang hidupnya, tiba-tiba menjadi sesuatu sangat sensitif baginya.

Dan sekarang, ia harus menguatkan diri untuk menerima uluran tangan Kayden, begitu instingnya berkata pria itu tidak ingin menyentuhnya atau bahkan berada di ruangan yang sama dengannya.

“Gwen, dengarkan aku.” Suara Kayden tiba-tiba terdengar parau. “Aku tahu kau takkan percaya. Tetapi aku tahu sejak awal Rainer bukan pria yang tepat untukmu. Aku lega dia akhirnya sadar sebelum segalanya terlambat. Tapi aku tidak bangga dengan waktu yang dia butuhkan untuk melakukannya. Aku juga takkan begitu saja memaafkan caranya menyakitimu hari ini. Tidak seorang pun!” ujarnya tegas.

“Ini semua salah Anda!” seru Gwen yang mulai meradang. “Terimakasih. Berkat Anda, sebentar lagi aku akan dipermalukan.”

“Tidak. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!” Kayden pun menyanggahnya. “Gwen, Valerie sangat tepat untuk Rainer karena mereka masih saling mencintai. Dan perlu kau ketahui, mereka berdua menjalin hubungan sejak remaja. Pasangan muda, sebelum kesalah pahaman konyol membuat Valerie terbang ke Paris untuk tinggal bersama ibunya dua tahun lalu.”

“Aku tidak ingin mendengar semua ini!” seru Gwen, mati-matian berjuang melawan awan hitam yang mengancam untuk benar-benar menguasainya.

“Baiklah!” kata Kayden serak, menarik napas panjang, lalu menghembuskannya lagi. “Kalau begitu, dengarkan yang ini saja,” perintah Kayden berkeras. “Bukankah dua hari lagi paman dan bibimu akan berlibur ke Cina selama dua bulan?”

Gwen seketika mengerutkan dahinya dalam. “Bagaimana Anda tahu?”

“Beberapa hari yang lalu, Rainer sempat memberi tahuku tentang rencana liburan paman dan bibimu. Sebagai keponakan tersayang, apa kau tak merasa kasihan dengan paman dan bibimu itu? Jika kau bersikeras tidak menikah denganku, pikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya pada mereka berdua? Kau kira mereka ingin pergi sekarang setelah apa yang terjadi padamu hari ini?” Kayden menghembuskan napasnya dengan kasar. “Kau jangan egois, Gwen.”

Gwen menatap pria itu. Ia benar-benar lupa, bahwa Paman dan Bibinya berencana berlibur setelah keponakan yang telah mereka rawat dengan penuh kasih sayang selama sepuluh tahun meninggalkan rumah setelah menikah.

“Mereka tak perlu mencemaskanku,” kata Gwen goyah. “Dan bukan berarti aku harus membebankan diriku pada Anda sebagai gantinya!” serunya, terluka karena cara kejam yang dipilih Kayden agar ia menyadari kenyataan itu.

“Kenapa tidak?” Kayden menuntut, manik hitamnya yang penuh tekad menusuk mata cokelat Gwen yang terluka. “Jika ada yang pantas untuk itu, akulah orangnya. Kau bilang sendiri ini semua salahku dan aku tahu benar soal itu.” Dia mengakui dengan serak. “Akulah yang menelepon Valerie untuk memperingatkannya tentang kau dan Rainer. Aku lah yang menasihatinya agar dia kembali ke sini jika dia masih menyimpan perasaan terhadap adikku. Dan aku lah juga—” Ia menjeda kalimatnya, bersusah payah mengumpulkan seluruh keberaniannya. “Yang mendorong Rainer setiap saat agar dia melihat kesalahan mengerikan yang dilakukannya jika dia menikahimu!”

Gwen sangat terkesiap. “Ya Tuhan … Aku benar-benar membenci Anda, Mr. Kayden!” Suaranya mendadak bergetar karena menahan tangis yang mungkin sebentar lagi akan siap berselancar mulus dipipinya.

“Dengarkan aku, Gwen.” Kayden memegang kuat kedua bahu wanita itu. “Aku merasa tidak enak dengan semua ini. Merasa bersalah, jika kau ingin menyebutnya begitu. Aku berutang padamu. Biarkan aku membantumu melewati semua ini dengan terhormat.”

Gwen mengernyit. “Dengan mengajukan diri sebagai pengganti adik Anda?” Seketika ia tertawa dan suaranya melengkin nyaris histeris. Entah ia sedang menertawakan nasib malangnya atau barangkali menertawakan pengakuan dari pria yang sudah berani berlagak seperti pahlawan kesiangan. “Berapa usia Anda?” tanyanya yang menatap Kayden dengan getir.

Kayden meringis. “Tiga puluh dua tahun.”

“Aku dua puluh lima tahun,” Gwen memberitahunya. “Dan Rainer dua puluh tujuh tahun.”

“Baiklah,” tukas Kayden, lalu ia tersentak berdiri dan sedikit menjauh untuk menjaga jarak dari Gwen. “Aku memang tidak ada apa-apanya dibandingkan adikku! Aku tidak memintamu mencintaiku sebagai gantinya. Tapi tolong, beri aku kesempatan untuk membantumu melalui semua ini selama beberapa bulan ke depan, dan sementara kau dapat melupakan kejadian ini.”

“Mana mungkin aku bisa melupakan kejadian ini!” seru Gwen memberitahunya sambil mengernyit. Lantas ia mencoba berdiri tegak agar bisa menatap Kayden. “Dan apa yang akan Anda dapatkan dari semua ini?” Selama tiga tahun terakhir bekerja di perusahaan Kim yang berpusat di Jakarta, Gwen sangat tahu bahwa atasan mereka yang terhormat sekaligus sang pemilik perusahaan, tak pernah melakukan apapun tanpa alasan kuat.

“Apalagi kalau bukan untuk menyelamatkan nama keluargaku,” kata Kayden datar.

“Memangnya Anda sepeduli itu pada kehormatan keluarga?” Tatapan sinis Gwen membuat bibir Kayden semakin rapat.

“Tindakannya telah mencemari nama keluargaku, terutama namaku,” ujar Kayden setelah sebelumnya beberapa detik ia terdiam. “Dan dia pasti melarikan diri bersama Valerie ke luar negeri karena kejadian ini. Tentunya dia sangat malu sebab tindakannya yang telah memanfaatkanmu. Rainer tak pernah menyelesaikan masalahnya dengan baik.”

Seketika pandangan mata Gwen terselubung bayang-bayang Rainer. Ucapan Kayden memang sangat benar. Rainer telah memanfaatkannya. Sepanjang waktu dia telah memanfaatkannya dengan obralan cinta abadi dan juga janji-janji manisnya.

Dan menurut Gwen, Kayden salah tentang satu hal jika menganggap dirinya tidak ada apa-apanya dibandingkan adiknya. Hal itu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan penampilan atau pesona bahkan cinta Gwen untuk adiknya yang masih berdenyut-denyut di dada Gwen, terlepas dari semua rasa sakit yang telah ditimpakan Rainer pada wanita itu.

Namun, karena rasa tanggung jawab mendalam yang dimiliki Kayden, ia harus segera memutuskan menikahi Gwen. Jenis tanggung jawab yang membuat Kayden harus memperingatkan mantan kekasih adiknya tentang niatan Rainer sebenarnya. Dan tentunya itu ada hubungannya dengan ini. Kebutuhan untuk meluruskan kekacauan yang dibuat anggota keluarganya sendiri.

“Aku tidak akan menikah dengan Anda, Mr. Kayden!” kata Gwen tegas. “Tidak untuk menyelamatkan nama Anda atau namaku sendiri. Aku tidak akan merendahkan diriku lebih jauh lagi.”

“Aku tidak ada maksud untuk merendahkanmu, Gwen,” sangkal Kayden muram, kemudia ia mendekati wanita itu. “Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki ini semuanya.”

Terpopuler

Comments

Angle

Angle

lanjut...

2021-11-23

0

Nenenxiienay Ca'emcaeetiix

Nenenxiienay Ca'emcaeetiix

aku mampir thor baru tau waktu NT promoin di IG langsung cuss kesini 😍😍

2021-09-12

1

Ardiani2087

Ardiani2087

lanjut baca...

2021-09-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!