Harga daging domba cukup mahal, bos pabrik kain cukup sering memberikan pekerjanya daging domba secara gratis.
Termasuk untuk ibu Zeel sebagai salah satu pekerja di sana.
Kentang dan wortel merupakan bahan makanan yang umum di kota benteng Clever.
Kentang dan wortel dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi, sehingga banyak petani yang menanamnya.
Sembari menikmati sup kaldu domba, Zeel dan kedua orang tuanya berbincang-bincang tentang banyak hal, apa yang terjadi saat perjalanan pulang.
Tentang pekerjaan Zeel sebagai prajurit, keadaan hubungan Zeel dengan Clare, dan beberapa hal lainnya.
Meski Zeel berbicara panjang lebar, tak satu detikpun kedua orang tua Zeel menunjukan ekspresi bosan.
Mereka selalu antusias dengan apapun yang Zeel ceritakan, Zeel merupakan sosok yang sangat dekat dengan kedua orang tuanya.
Rumah keluarga Zeel terbuat dari bahan kayu namun terlihat cukup kokoh.
Sebuah pintu rumah sederhana, lampu tembok lilin yang menyala tepat pada sisi kiri pintu.
Serta sepasang jendela pada sisi kiri lampu tembok lilin.
Ruang tamu sekaligus meja makan, dapur, dan tungku api dalam satu ruangan, serta dua kamar tidur sederhana.
Setelah menikmati makanan sembari berbicara dengan kedua orang tuanya, Zeel pergi keluar untuk latihan.
Zeel menyusuri jalan setapak, sisi kiri kanan jalan hanya hutan, tak ada satupun orang beraktivitas, suasana malam begitu sepi.
Zeel langkah demi langkah menyusuri jalan setapak.
Setelah melangkah cukup jauh Zeel masuk ke dalam hutan yang berada pada sisi samping kanan jalan setapak.
Rumput menjadi alas Zeel sepanjang jalan di dalam hutan.
Suasana hutan cukup sepi, pohon-pohon terlihat tumbuh dengan baik.
Jarak antar pohon agak berjauhan antara satu pohon dengan pohon yang lainnya.
Jarak antar pohon ini Zeel manfaatkan sebagai ruang geraknya untuk berlatih.
Malam itu di dalam hutan, Zeel berlatih bela diri
tangan kosong.
Zeel secara terus menerus mengulang gerakan-gerakan ia pelajari dari markas militer.
Zeel merasa latihan seperti ini penting untuk mengasah kemampuan bela dirinya.
Sekitar satu jam berlalu sejak Zeel latihan, Zeel
memutuskan untuk menyudahi latihannya pada malam itu.
Badan Zeel terlihat cukup berkeringat, beberapa noda menempel di tubuhnya.
Zeel pun memutuskan untuk membersihkan dirinya di danau sebelum kembali ke rumah.
Setelah keluar dari hutan dan kembali menyusuri jalan setapak, Zeel tiba di sebuah danau kecil.
Air di danau tersebut terlihat bersih, malam itu bulan bersinar lebih terang dari biasanya.
Pantulan cahaya bulan terlihat pada permukaan air danau.
Zeel melihat sosok seseorang sedang berendam di danau itu.
Bagian tubuh kepala sampai pinggang sosok tersebut terlihat berada di permukaan air.
Bagian tubuh pinggang ke bawah berada di bawah permukaan air namun terlihat cukup jelas.
Malam itu bulan lebih terang dari biasanya dan air danau yang bening.
Dari lekuk tubuhnya Zeel menduga sosok tersebut seorang wanita.
Sosok tersebut sedang berendam di danau membelakangi Zeel dan menghadap bulan.
Zeel merasa tidak nyaman mengganggu, Zeel secara perlahan berusaha meninggalkan danau tersebut dengan pelan tanpa bersuara.
Krak ....
Tidak sengaja kaki kanan Zeel menginjak sebuah ranting kayu.
Sehingga menimbulkan suara, spontan sosok tersebut menoleh ke sumber suara.
Nampak kaget, sosok tersebut berteriak cukup nyaring sembari menghempaskan air ke arah Zeel.
“Maaf … aku tidak sengaja,” ucap Zeel sembari melindungi wajahnya dari cipratan air.
“Dasar mesum!”
“Penjahat kelamin!”
“Mati saja!”
Ucapan kasar dengan nada tinggi terlontar dari sosok tersebut.
Zeel nampak tidak asing dengan suara sosok tersebut.
Suaranya terdengar mirip dengan Clare, demi memastikan.
Zeel membuka selah di antara jari yang menutupi wajahnya dari cipratan air, terlihat dengan jelas
oleh Zeel.
Sosok tersebut adalah Clare.
Zeel berkata, “Clare hentikan.”
“Pergi!” teriak Clare.
Ucap Zeel, “Ini aku Zeel.”
Clare nampak kaget, ternyata sosok yang ia hempaskan dengan air adalah Zeel, kekasihnya, wajah Clare nampak memerah.
“Bisa kamu menjauh sebentar … aku ingin menggunakan baju,” pinta Clare halus.
Zeel berkata, “Baiklah.”
Zeel pun pergi menjauh dari danau sebentar, sementara Clare menggunakan pakaian.
Lima menit berlalu semenjak Zeel menjauh dari danau, Zeel mendengar suara dari arah danau.
“Zeel … Sudah tidak apa-apa!” teriak Clare.
Zeel yang mendengar suara itupun pergi ke danau.
Terlihat Clare sedang duduk di tepian danau sambil menatap bulan.
Zeel perlahan mendekati Clare, kemudian duduk di sebelah kanan Clare.
Pandangan Clare dan Zeel tertuju pada bulan.
“Maaf ya ... aku kira pengintip,” ucap Clare halus.
“Itu bukan sepenuhnya salahmu … pengintip?” tanya balik Zeel.
“Ya, aku dengar rumor begitu dari obrolan beberapa orang berpapasan denganku,” balas Clare.
Tanya Zeel penasaran, “rumor seperti apa itu?”
“Rumor yang beredar ... ada sosok pengintip di wilayah penduduk, aku dengar korbannya para wanita yang sedang mandi di danau, saat ketahuan ... pelaku selalu berhasil melarikan diri, sampai saat ini belum tertangkap pelakunya,” cerita Clare panjang lebar.
“Oh begitu,” balas singkat Zeel.
Malam itu Zeel dan Clare menikmati malam di dalam keheningan.
Setelah obrolan tentang pengintip, mereka tak saling bicara, perlahan Zeel memalingkan pandangannya ke arah Clare.
Di bawah sinar bulan, rambut Clare nampak bersinar, hidungnya yang mancung.
Tatapan matanya yang penuh harapan, serta tetesan air di pipinya.
Zeel yang terkesima tidak dapat mengalihkan pandangannya.
Clare yang menyadari tatapan Zeel kemudian memandang balik ke arah Zeel, namun tak lama.
Clare kembali membalikan pandangannya pada
bulan, terlihat wajah Clare memerah.
Zeel yang menyadari hal itu, berhenti menatap Clare, kemudian memandang rembulan.
“Maaf,” ucap Zeel pelan.
“Tidak apa-apa,” balas singkat Clare.
Keheningan berlanjut, suasana malam yang sepi serta tak ada seorangpun selain mereka berdua memicu suasana canggung.
Clare pun memberanikan diri untuk membuka obrolan.
“Zeel,” ucap Clare pelan.
Zeel menatap Clare, “apa?”
“Seandainya aku tiba-tiba menghilang … apa yang akan kamu lakukan?” tanya Clare.
Zeel membalas, “tentu saja … aku akan mencarimu.”
“Oh begitu … ,” ucap Clare.
Wajah Clare memerah, lagi-lagi suasana menjadi
canggung, di tengah kecanggungan tersebut, Zeel mendengar suara langkah kaki.
Suara tersebut terdengar dari hutan sisi kanan danau, Zeel yang mendengar suara itu pun penasaran.
Kemudian melirik pada arah sumber suara, tak nampak sosok siapapun, hanya pepohonan.
“Clare … apa kamu mendengar suara langkah kaki?” tanya Zeel.
Clare menjawab, “aku tidak mendengar suara apa-apa.”
Zeel yang merasa penasaran, percaya kepada instingnya, kemudian pergi arah sumber suara.
“Zeel kamu mau kemana?” tanya Clare penasaran.
“Ada sesuatu yang harus aku pastikan … kamu tunggu di sini saja,” ucap Zeel.
Clare berkata, “baiklah … hati-hati ya.”
..."Aku akan mencarimu."...
...-Zeel-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
lina
semangat updat
2021-12-07
1
Dina Aisha
Tulisannya rapi banget, beda sama tulisan aku yang amburadul 🤣
2021-11-10
1
Gontenk
aku mampir kk
2021-08-20
1