Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ✨
Annyeonghaseyo yeoleobun 🤗
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa ✨
Happy Reading 🥳
Allis dengan telaten mengompres sudut bibir putranya dengan menggunakan air hangat. Setelah itu ia mengeringkannya dengan tissu. Kemudian dia memberikan salep pereda nyeri pada sudut bibir putranya yang masih membiru.
Setelah dirasa cukup baru ia membereskan kotak P3K. Tanpa ia sadari sedari tadi Ethan hanya memperhatikan dirinya. Hingga tiba-tiba Ethan bersuara dan sukses membuat Allis membeku ditempatnya.
"Mommy, where is Daddy ?"
Allis mematung ditempat duduknya ia tak bisa berkata-kata apa pun. Tangan yang semula akan mendarat di pipi putranya kini mengambang di udara. Ethan menatap ibunya bingung kenapa ibunya terlihat seperti seorang yang sedang bingung.
"Hey mommy, what's wrong with you ?"
Tanya Ethan mengejutkan ibunya, Allis. Allis seketika kembali ke dunia nyata dan tergagap apa yang harus ia jawab dan seperti apa jawaban yang akan dia berikan kepada putranya.
"Hmm daddy, daddymu sedang bekerja".
Allis ia menjawab asal pertanyaan putranya. Ia kira putra kesayangannya itu akan cukup mengerti dengan jawaban yang ia berikan dan berhenti untuk bertanya lagi.
"Where ?".
"Hueh".
"Oh mommy, ini sudah lima tahun. Umur Ethan sudah lima tahun dan Daddy tak pernah pulang, kemana daddy bekerja ?".
Ethan semakin mendesak ibunya agar ibunya mau menjawab semua pertanyaannya. Allis hanya duduk dan bungkam tak bisa berkata apa-apa.
"Daddy bekerja di negeri orang sayang".
"Ohh benarkah, apakah negara ini terlalu miskin ?"
"Heuh ?"
"Apakah negara ini terlalu miskin untuk menggaji satu karyawan saja".
Allis ia kalah telak lagi oleh putranya. Ia tak berkutik, ia bungkam ia tak tahu harus menjawab apa perkataan putranya.
"Mommy apakah negara kita ini sangat miskin ?".
"Ahh tidak bukan seperti itu sayang tetapi entahlah daddymu".
Allis hanya mampu mengatakan hal yang menurutnya bisa masuk akal. Ethan mendengus kasar karena ia tak puas dengan jawaban yang diberikan oleh ibunya.
"Ethan akan makan".
Dia berlalu kembali duduk diatas kursinya. Allis menghela nafas berat, ia merasa sangat bersalah karena tak menceritakan segalanya pada putranya. Tapi menurutnya Ethan masih terlalu kecil belum pantas mendengar cerita yang ia alami dulu semasa ia masih muda.
"Suatu saat pasti mommy akan menceritakan semuanya". Batin Allis
Hingga matahari mulai menyingsing terlihat rumah bernuansa sederhana tapi elegan itu nampak sepi. Dari balik sebuah kamar bernuansa abu-abu ternampak wanita cantik sedang melamun.
Berbagai puing-puing kejadian masa lalu terus menghantui pikirannya. Otaknya terus saja memutar kejadian-kejadian yang ia alami. Tak perduli baik atau pun buruk. Sejejak air mata terus menetes di mata bulatnya. Pipinya tak pernah kering sejak tadi.
Masih terasa begitu sesak di dadanya ketika ia mengingat bagaimana ia diusir dari rumah besarnya. Tanpa belas kasih sang ayah Antonio Cassano Lesham mengusir anak satu-satunya dari rumah besarnya.
Air matanya lolos begitu saja tanpa seizin darinya. Dia menekuk lututnya dan menenggelamkan kepalanya diatas lutut. Edwan adalah satu-satunya alasan untuk ia bertahan hidup. Semasa ia hamil banyak pekerjaan yang sudah ia lakukan.
Tak ada satu orang pun yang mengetahui bahwa ia adalah putri tuan Antonio Cassano Lesham. Dia menutup rapat identitas aslinya. Dia mengubur dalam-dalam semua hal-hal yang ia lalui bersama keluarganya.
Diusir ?, masih ia pertimbangkan tapi dicoret dari kartu keluarga dan sampai mengumumkan ke publik bahwa ia telah meninggal sangat menyakitkan.
Allis menarik selimutnya dengan perlahan lalu membaringkan tubuhnya. Tangannya terasa begitu berat untuk sekedar menghapus jejak air mata yang masih terus mengalir. Dia terlelap karena rasa pusing tiba-tiba bersarang di kepalanya.
04 : 40 waktu Amerika Serikat
Terlihat seorang pria tampan sedang bersiap-siap untuk berangkat ke bandara. Asisten pribadinya sudah menyiapkan perlengkapan beserta berkas-berkas penting yang harus ia bawa.
"Mr.". Panggil sang asisten
"Yes". Jawab pria tampan itu sambil mengancing lengan kemejanya.
"Pesawat kita sudah siap, waktunya berangkat Mr". Ucap asisten
"Oke Andrew".
Pemuda itu berjalan keluar dengan melingkarkan jam tangan mewah yang ia miliki di pergelangan tangannya. Dia tersenyum smirk.
"Kita akan bertemu". Batin pemuda itu
"Honey". Teriak seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari dapur.
Pemuda itu berhenti sejenak dengan melihat kearah wanita paruh baya yang berjalan dengan cepat kearahnya. Sesekali wanita itu mengusap air matanya yang mengalir di pipinya.
"Ohh Mommy ayolah Sean akan berangkat". Ucap pria tampan itu
"Sayang di sana jangan lupa sarapan, jaga kesehatan Mommy akan sangat merindukanmu". Ucap wanita paruh baya itu
"Baik Madam". Ucap pemuda itu
"Jangan nakal, muahh i love you".
Wanita setengah abad itu mengecup singkat kening dan juga pipi putra kesayangannya. Dan
"Jangan lupa saat pulang bawakan mommy menantu".
"Ohh Mommy jangan bicara yang tidak-tidak".
"Mommy akan menantikan kehadiran seorang cucu sayang, dadah".
Pria tampan itu menggelengkan kepalanya perlahan melihat tingkah mommy-nya. Andrew membukakan pintu pesawat untuk bos-nya. Mereka akan terbang ke negara tetangga, Australia.
Kringgg Kringgg Kringgg
Bunyi telpon genggam milik pemuda itu mengejutkan sang asisten, Andrew. Andrew buru-buru membuka tasnya dan mengeluarkan handphone milik bos-nya yang bermerek Apel setengah gigitan berwarna hit pekat.
"Hallo".
"Iya tuan Jackson"
"Oh tuan Andrew, apakah kalian sudah terbang ?".
"Iya tuan Jackson, kami baru saja akan berangkat"
"Ohh ya, bisakah saya berbicara dengan tuan Smith".
"Tunggu sebentar".
"Mr. Tuan Jackson ingin berbicara denganmu".
"Mau apa dia ?".
"Katanya dia hanya ingin berbicara denganmu".
"Ah baiklah".
Andrew menyerahkan telpon genggam itu kepada sang bos yang diketahui namanya, Sean.
"Selamat sore tuan Jackson".
"Ahh tuan Smith selamat sore"
"Apakah ada hal yang sangat penting sampai-sampai kau ingin berbicara denganku"
"Haha bukan tak terlalu penting tetapi saya hanya ingin meminta tolong kepada anda, itu pun kalau anda ingin membantu".
"Oh ya haha saya merasa sangat beruntung dimintakan tolong oleh tuan Jackson"
"Ohh tuan Smith, bisakah kau berkencan dengan putriku"
"Putrimu ?"
"Iya tentu saja, putriku"
"Pria tua bangka licik, dia rela menjual putrinya demi kontrak kerja sama cihh pria sialan". Batin Sean
"Ahh iya tentu saja tuan Jackson"
"Hahha sudah ku duga kau tak akan bisa menolak, karena faktanya putriku sangat cantik"
"Ahh baiklah, oh ya tuan Jackson bisakah kau matikan sambungan telepon kita. Pesawatku akan berangkat".
"Ahh iya maafkan aku tuan Smith, baiklah saya nantikan kedatangan anda. Selamat sore tuan Smith"
"Ahh sialan, Andrew selidiki si tua bangka licik itu"
"Baik Mr"
Andrew berjalan sedikit menjauh dari kursi bos-nya. Andrew menekan alat yang menyelekit ditelinganya yang tersambung secara otomatis dari Handphonenya. Terlihat bibirnya naik turun seperti orang yang sedang berbicara. Setelah 5 menit kemudian dia dia kembali untuk memberikan kabar kepada bos-nya.
"Mr. mereka sudah bergerak".
"Good".
Pesawat yang ditumpangi oleh Sean ralat hanya Sean pun meluncur terbang mengudara. Sean duduk dengan tenang di kursinya dengan memutar-mutar sebiji foto seorang wanita cantik yang selama lima tahun terakhir ia cari.
SEAN KINGSTON SMITH
Keturunan keluarga Smith yang memiliki beribu-ribu juta pesona. Pria tampan dengan kekayaan yang luar biasa. Sangat tampan, tinggi 190 cm, dengan berat badan ideal dan postur tubuh yang tegap dan berdada bidang. Seksi sangat seksi.
Tak heran banyak wanita dari kalangan atas baik yang memiliki profesi sebagai artis maupun model sekalipun yang mengincarnya. Uang, wanita, publik, hukum, bahkan waktu sekali pun berada didalam genggamannya.
Banyak wanita yang rela naik keatas ranjangnya hanya demi untuk bersama dengannya tapi sayang seorang Sean Darren Smith bukan pria bajingan seperti diluaran sana. Bahkan dari sekian banyak wanita cantik yang berusaha merebut hatinya tak ada satu seorang pun yang berhasil menyentuhnya bahkan hanya ujung kuku sekalipun.
Pria yang bergelar master dalam dunia kerja menjadi incaran semua perusahaan di dunia hanya untuk menjalin kontrak kerja sama bersama dengannya. Tak hanya di dunia terang dia bekerja dan di takuti tetapi juga di dunia gelap.
Memiliki pasukan yang jarang diketahui oleh orang-orang luar. Hanya diketahui oleh kedua orangtuanya dan asisten pribadinya. Dunia malam dan kotor yang selama ini dia naungi menjadi pelindung nyawanya.
Musuh-musuhnya yang mengincar seurat nyawanya tak bisa menyentuhnya walau hanya bayangannya saja. Perusahaan yang ia kendalikan berada di setiap penjuru negara.
Pesawat yang ditumpangi oleh Sean mendarat dengan mulus di belakang mansion miliknya. Andrew bergegas membukakan pintu pesawat untuk bos-nya. Sean turun dengan membuka jasnya lalu memberikannya kepada asisten pribadinya, Andrew.
"Andrew aku akan beristirahat, kau beristirahatlah".
"Baik Mr"
Para pegawai di mansion miliknya berbaris rapi menyambut kedatangan sang tuan. Semuanya menunduk hormat. Saat Sean memasuki mansion besarnya, nuansanya sesuai dengan apa yang dia minta.
"Kerja bagus Andrew". Batin Sean
Tanpa sepatah kata pun dia naik melalui tangga dan meninggalkan para pegawai yang masih berusaha untuk tetap berdiri dengan tegak. Saat Sean sudah lenyap dibalik pintu kamarnya semua pegawai menghembuskan nafas dengan cepat dan meraup udara dengan rakus.
Memang Sean terkenal memiliki temperamen yang buruk. Tak ada yang berani berbicara dengan seenaknya didepannya. Hanya satu kata saja yang salah penyebutannya itu akan mengakibatkan temperamen kasarnya muncul dari dalam dirinya.
"Mr. malam nanti tuan Jackson mengundang anda untuk bertamu ke rumahnya"
"Astaga, tak bisakah kau katakan aku lelah, aku ingin beristirahat".
"Maafkan saya Mr. baik sekarang saya akan menelpon tuan Jackson untuk membatalkan acara pertemuannya"
"Terserah kau Andrew"
"Maafkan saya Mr"
"Keluar lah Andrew aku ingin beristirahat sebentar sebelum menjelang pagi".
"Baik Mr. saya akan undur diri"
Andrew berjalan keluar dengan menenteng tas yang berisikan berkas-berkas penting yang mereka bawa. Sean sebelum ia tertidur, dia melakukan ritual mandinya sejenak.
Pukul 3 pagi, ia keluar dengan menggunakan piyama tidurnya. Tanpa menunggu lama lagi dia masuk kedalam selimutnya dan terlelap begitu saja.
Matahari mulai menyingsing naik dengan membawa sinarnya yang cerah. Andrew telah siap dengan pakaian rapi serapi rambutnya.
Andrew Garfield
Pria yang ditemukan oleh Sean dipinggir jalan yang terluka dibagian bahunya karena sebuah tembakan dari senjata api. Sean yang kebetulan melewati jalan yang sepi itu menemukan Andrew yang sedang sekarat menahan rasa sakit yang memburu di bahunya. Dengan berbaik hati Sean membopong serta membantu menyelamatkan nyawa Andrew.
Andrew seorang penembak jitu yang dilatih secara khusus oleh seseorang. Tetapi saat pertempuran waktu itu ia mengalami cedera pada bahunya. Dengan tertatih-tatih ia berjalan tak tentu arah dengan musuhnya yang terus memburu dirinya bagaikan dia seekor binatang buas.
Dia tergeletak diatas aspal dengan keadaan yang mengesankan. Dengan bersimpah darah dan lebam di wajahnya. Dan untungnya Sean datang menyelematkan nyawanya. Sejak di selamatkan dan dirawat oleh Sean dia bersumpah untuk melindungi Sean dengan jiwa dan raganya.
Pukul 8 pagi artinya sebentar lagi mereka akan melakukan meeting dengan tuan Jackson. Andrew buru-buru membangunkan bos-nya.
Tok tok tok
"Selamat pagi Mr"
Sean yang sudah terbiasa dengan kesehariannya yang dibangunkan oleh sang sekretaris pun ia langsung terbangun seketika. Dia terduduk lalu bergerak menyikap selimutnya dan mengenakan sendal lalu berjalan menuju pintu dan tak lupa ia membukanya.
"Iya Andrew".
"Mr apakah anda tak akan menghadiri acara pertemuan kita dengan tuan Jackson".
"Hmm".
"Baik Mr"
Lima belas menit kemudian Sean keluar dengan mengenakan setelan jas rapi dan mengkilat. Sepatu pantofel yang mengkilap bagaikan seng diatap warga. Rambut hitam legam yang disisir dengan rapi dan berkilau.
"Andrew"
Andrew yang kebetulan duduk tak jauh dari kamar bos-nya pun buru-buru berjalan menghampiri Sean yang masih berdiri di ambang pintu.
"Mr"
"Ayo"
Huawww terlihat seperti kakak dan adik. Andrew berjalan di samping Sean dengan badan yang tegap. Sean yang berjalan tanpa melihat kiri dan kanan. Tubuh yang tegap dengan tampang wajah sangar dan dingin.
Pukul 11 siang mereka tiba di salah satu restauran paling terkenal di Australia. Andrew membukakan pintu mobil untuk bos-nya, Sean. Sean keluar dengan gaya elegan tak lupa kaca mata hitam bertengger di hidung mancungnya.
Sesuai dengan ketampanan yang ia miliki. Dimana pun dan kapan pun ia berada tak lupa ia menjadi pusat perhatian semua orang.
Karyawan restauran buru-buru berjalan dan langsung saja membukakan pintu dan mempersilahkan sang tamu terhormat untuk masuk. Restauran itu adalah salah satu restauran tempat para kolega bisnis untuk melakukan meeting.
Sean berjalan menuju ruangan VVIP yang sudah dipesankan secara khusus oleh tuan Jackson. Selama ia berjalan tak henti-hentinya ia mendapat pujian baik dari pengunjung wanita maupun pria.
Andrew tetap stay berjalan dibelakang Sean dengan tampang sangarnya. Andrew juga menjadi sasaran empuk kaum hawa yang haus akan ketampanan. Andrew dengan setelan jas hitam yang rapi. Rambut hitam pekat yang di sisir beraturan.
Saat mereka berdua melewati lorong untuk menuju ruangan VVIP. Tiba-tiba .
"**Bugghhh!"
Bersambung _-
Hay semuanya minal aidzin wal Faidzin mohon maaf lahir dan batin. Author minta maaf kalau ada kata-kata author yang pernah nyinggung kalian.
Btw jangan lupa bantu like, komen, vote, tekan favorit dan ikuti author juga.
Salam Hangat Author 😘
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh ✨**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments