Sebenarnya para imigran itu tak percaya bahwa anak berusia dua tahun sanggup melukai ataupun membunuh orang lain, akan tetapi dari sorot mata Putri Amerilya ia terlihat serius pada ucapannya itu. Orang tua dari anak tersebut hanya diam di tempat dan berharap bahwa Putri mereka baik baik saja, ini pilihan yang sangat sulit jika mereka mengatakan darimana mereka berasal sama seperti menghianati sebuah kerajaan, akan tetapi jika mereka tetap bungkam maka nyawa anak mereka akan melayang.
"Dari mana kalian berasal?." tanya Putri Amerilya untuk terakhir kalinya jika ia tetap tak mendapat jawaban apapun maka diperlukan tindakan tegas.
"Kami berasal dari Kerajaan Algeria." ucap ibu dari anak perempuan itu dengan wajah pasrah, bagaimana ia sanggup kehilangan seorang anak yang ia lahirkan dan besarkan dengan susah payah.
Para imigran lain menatap wanita itu dengan tajam, sepertinya mereka marah karna wanita itu menghianati Kerajaan Algeria.
"Mengapa kau mengatakannya pada anak kecil itu." teriak seorang imigran dengan mata membelalak.
"Nyawa anakku lebih penting." ucap wanita itu dengan kencang.
Putri Amerilya melepaskan anak perempuan yang ia sandera tanpa luka sedikitpun, anak perempuan itu merasa lega karna ia masih bisa hidup hingga saat ini. Putri Amerilya tengah berfikir dimana Kerajaan Algeria berada? mengapa orang orang dari kerajaan itu sampai pergi mengungsi ke kerajaan lain.
"Kabarnya Kerajaan Algeria mengalami krisis ekonomi karna para pedagang dunia yang enggan datang ke negara mereka." ucap Edwig Elister, ia menjawab kebingungan dari sang putri.
"Lalu dimana letak kerajaan itu? apakah jauh dari Kerajaan Meztano?." tanya Putri Amerilya dengan raut wajah penasaran.
"Membutuhkan waktu kurang lebih dua Minggu untuk menempuh jarak antara Kerajaan Algeria dengan Kerajaan Meztano." ucap Edwig Elister, hanya itu saja yang ia ketahui. Putri Amerilya merasa sangat puas dengan jawaban itu mungkin para imigran itu bukan hanya ingin mengungsi melainkan ingin memperkaya diri mereka lalu kembali ke Kerajaan Algeria.
Putri Amerilya tersenyum dengan polos kemudian berjalan jalan di sekitar sel, para imigran menatap sang putri dengan keheranan ada apa dengan sikap aneh gadis itu? apakah sang putri mendadak gila karna tak bisa memahami permasalahan yang sedang terjadi?.
"Jadi kalian bukanlah imigran biasa, biar aku tebak ada kelompok lain yang tersebar di beberapa kerajaan tetangga." ucap Putri Amerilya dengan tepat. Terlihat para imigran itu menjadi pucat, mengapa anak sekecil itu bisa memecahkan masalah yang sangat rumit bahkan Duke Rigel Elister tak mengetahui alasan itu.
"Apa yang anda katakan tuan putri, jangan memfitnah kami hanya karna kami orang luar." ucap beberapa imigran yang berusaha mengelak dari tebakan sang putri.
"Lalu mengapa wajah kalian menjadi pucat? kalian pasti takut jika rencana yang sudah di susun matang hancur karna seorang anak berusia dua tahun?." ucap Putri Amerilya lagi, Edwig Elister tak mengerti dengan cara kerja otak anak berusia dua tahun itu.
"Mungkin saja para imigran yang tersebar di beberapa kerajaan itu sedang mengincar sesuatu seperti kalian yang menginginkan tambang minyak di wilayah Duke Elister." ucap Putri Amerilya lagi, para imigran itu ingin pingsan di tempat karna semua tebakan dari Putri Amerilya benar adanya.
"Siapa kau sebenarnya!!." triak seorang imigran dengan raut wajah kesal.
Putri Amerilya hanya diam ia tersenyum senang dan mengajak Edwig Elister untuk pergi dari ruang penjara karna ia sudah menemukan alasan di balik kedatangan para imigran itu ke wilayah Duke Elister. Esok pagi Putri Amerilya dan rombongannya akan kembali ke Kerajaan Meztano untuk melaporkan semua kejadian secara rinci.
"Anda sudah mengetahui semuanya dengan pernyataan sederhana itu?." tanya Edwig Elister dengan tatapan bingung, bisakah ia meminjam otak Putri Amerilya sekali agar mengetahui isi di dalamnya.
"Sederhana namun menjebak." jawab Putri Amerilya dengan santai.
Karna sudah malam Edwig Elister mengantar sang putri ke kamarnya agar bisa beristirahat sedangkan pemuda itu bergegas pergi menuju kamar sang ayah untuk memberitahukan apa yang ia lihat hari ini. Kecerdasan dari Putri Amerilya sangat luar biasa, sepertinya gadis itu lahir dengan kemampuan yang sempurna.
Tok tok tok.
Suara pintu kamar Duke Rigel Elister yang diketuk oleh sang anak, tuan Duke mempersilahkan putra pertamanya untuk masuk ke dalam.
"Selamat malam ayah." ucap Edwig Elister dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan, pemuda itu masih tak mengerti cara kerja otak Putri Amerilya.
"Bagaimana hasilnya?." tanya Duke Rigel Elister, ia penasaran hal hebat apalagi yang di buat oleh Putri Amerilya hingga putranya seperti orang kebingungan.
"Sang putri berhasil mencari informasi darimana para imigran itu datang, tujuan mereka pergi ke ke wilayah Kerajaan Meztano, dan apa rencana mereka sebenarnya hanya dengan beberapa pertanyaan sederhana." ucap Edwig Elister. Jika Putri Amerilya bisa naik tahta menjadi seorang ratu mungkin saja Kerajaan Meztano akan mengalami puncak kejayaan lagi, namun itu hal yang sulit karna Raja Azvago memiliki banyak pangeran sebagai kandidat utamanya.
"Sungguh luar biasa, kita harus menjalin hubungan yang baik dengan sang putri di masa depan ia akan menjadi orang yang berpengaruh." ucap Duke Rigel Elister, menjadi seorang putri sudah memiliki pengaruh besar namun ini tentang hal lain.
"Baik ayah saya akan mengingat hal itu, saya permisi terlebih dahulu." ucap Edwig Elister, ia segera keluar dari kamar ayahnya.
Di sisi lain saat ini Putri Amerilya sedang menatap ke luar jendela kamar yang ia tempati, anak itu memikirkan banyak hal di dalam kepalanya. Putri Amerilya ingin membantu Kerajaan Algeria keluar dari masalah krisis ekonomi yang menimpa mereka, akan tetapi besar kemungkinan bahwa Raja dan penduduk dari wilayah Algeria memiliki sikap yang sama dengan para imigran itu, pantas saja para pedagang dunia enggan berkunjung ke sana.
Pedagang dunia adalah sebuah organisasi yang menampung banyak pedagang, mereka melakukan bisnis secara besar besaran. Pedagang dunia biasanya berkeliling ke beberapa kerajaan untuk melakukan transaksi jual beli secara berkelompok, dengan kedatangan pedagang dunia akan memberi banyak manfaat pada wilayah yang mereka kunjungi. Beberapa pedagang yang tergabung dalam organisasi itu juga menjual informasi dari seluruh penjuru dunia.
"Setidaknya mereka perlu membenahi sikap terlebih dahulu jika ingin ekonominya kembali pulih." ucap Putri Amerilya sembari menghela nafas.
Saat ini para imigran yang sedang berada di penjara sedang kebingungan, jika sang putri menyampaikan hal ini pada Raja Azvago maka semua rencana mereka akan gagal. Raja Azvago memiliki hubungan yang baik dengan beberapa kerajaan tetangga, ia bisa menyebarkan berita ini dengan sangat cepat jika hal ini terus berlangsung pemulihan ekonomi di negara mereka akan hancur.
"Anak kecil itu terlalu menakutkan." ucap seorang imigran yang sedang duduk di pojok penjara.
"Dia tak boleh di biarkan terus hidup hingga besar nanti." ucap imigran lainnya, anak itu akan mengancam banyak pihak dengan pemikiran jenius yang ia miliki.
"Dia putri seorang raja dari kerajaan yang sangat besar, kita tak bisa berbuat apa apa." ucap imigran lain yang memberikan pendapat. Sebagai seorang putri dari sebuah kerajaan besar tentu Putri Amerilya mendapat pengawalan yang sangat ketat entah itu dari prajurit ataupun para kesatria.
"Bukankah ada rumor yang mengatakan bahwa Raja Azvago tak menyayangi sang putri, para bangsawan sering membicarakan hal ini." ucap salah seorang imigran, ia pernah mendengar bahwa Raja Azvago mengusir putrinya dari pesta ulang tahun Ibu Suri Sinya.
Para imigran itu terus mencari celah agar mereka bisa menyingkirkan Putri Amerilya dari dunia ini, rumor yang mereka dengar adalah berita yang sudah basi kini Raja Azvago sangat menyayangi putri kecilnya itu, siapapun yang berani menyakiti anak perempuan satu satunya dari Yang Mulia Raja Azvago akan berakhir buruk seperti Putri Sinju.
Satu hal penting lagi yang tak di sadari oleh para imigran, bukankah saat ini mereka sedang dalam masa hukuman? bagaimana mereka bisa membalaskan dendam itu dan membunuh sang putri?.
Waktu berjalan dengan cepat, pagipun telah tiba Putri Amerilya sudah terbangun dari tidur lelapnya. Putri Amerilya berjalan ke kamar mandi untuk membasuh wajah dan berganti pakaian agar terlihat lebih seger, pagi ini ia dan rombongan akan kembali ke Kerajaan Meztano karna masalah para imigran dan pencemaran hampir selesai. Putri Amerilya keluar dari kamar dengan senyuman cerah, ia berjalan di sekitar kediaman Duke Elister sambil menunggu yang lainnya selesai bersiap .
"Selamat pagi tuan putri." ucap seorang pelayan kediaman Duke Elister yang menyapa Putri Amerilya.
"Selamat pagi bibi, bisakah Amerilya meminta satu gelas air?." tanya Putri Amerilya, ia sangat haus dan tak tau dimana letak dapur di kediaman Duke Elister ini.
Pelayan itu dengan senang hati kembali ke dapur dan mengambilkan sang putri satu gelas air putih serta kue kering yang ada di sana, pelayan itu tak tega melihat putri kecil kehausan dan kelaparan seperti itu.
"Silahkan tuan putri." ucap pelayan itu memberikan air serta kue kering pada Putri Amerilya.
"Terimakasih bibi." ucap Putri Amerilya dengan senyuman manis, ia mencari tempat untuk duduk karna makan sambil berdiri bukanlah hal yang baik untuk dilakukan. Pelayan itu melihat Putri Amerilya sedang duduk di lantai dan meminum air yang ia berikan.
"Mengapa Putri tak meminta air saat masih berada di dalam kamar?." tanya pelayan itu dengan keheranan.
"Tadinya saya tak merasa haus, karna berjalan jalan cukup lama saya menjadi haus sekarang." ucap Putri Amerilya dengan polosnya.
Setelah selesai pelayan itu membawa gelas kosong dan kue kering itu kembali ke dapur, sang putri tak memakan kue keringnya karna belum lapar.
Selesai minum air, Putri Amerilya memutuskan untuk berjalan jalan kembali di sekitar Kediaman Duke Elister. Tanpa sengaja gadis itu sampai di halaman belakangan kediaman sang Duke, ia melihat kedua anak Duke Rigel Elister sedang berlatih pedang di sana. Karna tak ingin mengganggu kedua pemuda itu, Putri Amerilya hanya melihat dari kejauhan saja.
Suara dentingan pedang yang saling beradu terdengar cukup nyaring di telinga sang putri, Putri Amerilya juga ingin duel seperti mereka berdua namun dengan siapa ia melakukan hal itu?. Kedua putra Duke Rigel Elister tak akan mau berduel dengan Putri Amerilya karna takut akan melukai sang putri.
"Lebih baik aku pergi saja." ucap Putri Amerilya yang beranjak pergi dari halaman belakang.
Di sisi lain Pangeran Mixo dan Pangeran Luxe sedang mencari keberadaan adik perempuan mereka, tak lama lagi semua rombongan Kerajaan Meztano harus kembali ke istana untuk melapor pada sang raja. Cukup lama kedua pangeran itu mencari sang putri dan akhirnya menemukan Putri Amerilya yang sedang duduk di tepi kolam.
"Darimana saja kau adik." ucap Pangeran Mixo dengan raut wajah cemas.
"Amerilya tadi sedang berjalan jalan." jawab sang putri dengan wajah polosnya, dengan segera Pangeran Luxe menggendong sang adik. Mereka bertiga pergi ke ruang makan untuk memenuhi jamuan yang diadakan oleh Duke Rigel Elister sebagai tanda terimakasih pada Putri Amerilya yang sudah memecahkan misteri pencemaran air di wilayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Kamu Yang Orang
putri haru kali rin
2022-12-11
3
eva
mantaaapp
2022-07-10
1
Coresy Dika sabathany
Up setiap hari dong kak
2022-04-27
4