Melihat kejadian itu para pelayan hanya tersenyum, mereka sangat bersyukur karna sekarang Raja Azvago sudah mau menerima kehadiran Putri Amerilya dengan baik. Di sisi lain Pangeran Mixo terbangun karna mendengar suara beberapa orang di sekitarnya, sang pangeran sepertinya lupa bahwa semalam ia masuk kedalam kamar sang adik dan tidur di sana.
"Mengapa kalian ada di kamar saya?." tanya Pangeran Mixo yang menatap kesepuluh pelayan itu dengan tatapan bingung, karna seingatnya kesepuluh pelayan itu bekerja di istana putri bukan di istana pangeran.
"Apakah kau lupa ingatan putraku?." tanya Raja Azvago yang membuat Pangeran Mixo langsung menoleh kesamping. Ia melihat sang ayah sedang menatap ke arahnya dan juga Putri Amerilya yang sedang mengusap air mata.
"Jadi semalam saya tertidur di kamar Putri Amerilya?." tanya Pangeran Mixo, ia ingin memastikan jika ingatannya tidaklah salah.
Semua orang menganggukkan kepala mereka sebegai jawaban bahwa sang pangeran memang tidur bersama dengan Putri Amerilya dan Raja Azvago. Tiba tiba saja muncul semburat merah di pipi Pangeran Mixo, sepertinya ia merasa malu.
"Saya pamit kembali ke istana pangeran terlebih dahulu, salam ayahhanda." ucap Pangeran Mixo yang membungkukkan kepalanya kemudian lari dengan cepat keluar dari kamar sang putri. Raja Azvago hanya menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah putra pertamanya itu.
Sebelumnya Pangeran Mixo dikenal sebagai pangeran yang sangat dingin diantara pangeran lainnya, saat Istana Kerajaan Meztano mengadakan pesta, Pangeran Mixo selalu menolak ajakan dansa dari para gadis gadis bangsawan. Sepanjang pesta berlangsung Pangeran Mixo hanya memasang wajah datar hingga membuat Ratu Zivanya dan Permaisuri Sinya kebingungan, jika Pangeran Mixo tetap seperti itu maka tak akan ada gadis yang mau menikah dengannya.
"Ayah akan kembali ke istana utama. Jika kau masih mengantuk kau boleh kembali tidur. Maafkan ayah karna telah mengganggu tidurmu." ucap Raja Azago dengan senyuman cerah yang menghiasi wajahnya. Meski sudah memiliki lima anak, namun pesona Raja Azvago tak pernah luntur.
"Aku akan mandi dan bermain nanti." ucap Putri Amerilya dengan penuh semangat, hari ini ia berencana untuk keliling istana karna banyak area di istana ini yang belum Putri Amerilya ketahui.
Raja Azvagopun keluar dari kamar sang putri, ia berjalan menuju istana utama. Sedangkan kesepuluh pelayan itu mempersiapkan segala hal untuk Putri Amerilya mandi. Kali ini sang putri ingin mandi sendiri tanpa bantuan dari para pelayannya, walaupun tubuh Putri Amerilya masih berusia dua tahun namun perlu diingat bahwa jiwanya adalah seorang gadis remaja.
Para pelayan awalnya khawatir karna tangan sang putri masih sangat mungil dan juga pendek, namun karna keras kepalanya Putri Amerilya, mereka hanya bisa mengalah dan berharap sang putri tak terjatuh.
"Sungguh memalukan bila harus mandi dibantu oleh banyak orang seperti itu." gumang Putri Amerilya dengan pelan agar tak didengar oleh siapapun. Sang putri masuk kedalam kamar mandi dan memulai ritual mandinya.
Di sisi lain saat ini Pangeran Mixo sudah berada di istana pangeran, saat ingin masuk kedalam kamarnya ia bertemu dengan Pangeran Luxe dan Pangeran Zico yang baru keluar dari kamar mereka masing masing. Kedua pangeran itu menatap ke arah Pangeran Mixo dengan raut kebingungan. Baru kali ini mereka berdua melihat Pangeran Mixo terlihat malu seperti itu.
"Apa yang terjadi padamu?." tanya Pangeran Luxe yang penasaran dengan apa yang baru saja terjadi.
"Bukan apa apa." jawab Pangeran Mixo dengan nada datar, ia berusaha menutupi rasa malunya itu.
"Apakah kau baru saja bertemu dengan seorang gadis cantik lalu jatuh hati padanya?." tanya Pangeran Zico yang menebak nebak hal apa yang baru saja dialami oleh kakak pertamanya itu.
"Tidak akan pernah terjadi hal seperti itu." ucap Pangeran Mixo dengan serius, kedua adiknya juga yakin bahwa Pangeran Mixo sedang tidak berbohong. Lalu apa yang membuat pangeran es itu tiba tiba mencair dan mengeluarkan ekspresi yang sangat langka?.
"Cepat katakan pada kami berdua, sebenarnya apa yang baru saja kau lakukan." ucap Pangeran Luxe yang sedikit memaksa.
Pangeran Mixo akhirnya mengalah pada kedua adiknya itu, karna jika ia tak memberitau mereka sekarang maka mereka berdua akan menanyainya sepanjang hari hingga membuat Pangeran Mixo merasa kesal. Pangeran Mixo menceritakan semuanya tentang ia yang masuk ke kamar Putri Amerilya tadi malam, dan tentang ia bersama sang ayah yang tidur memeluk Putri Amerilya.
Setelah mendengar secara rinci apa yang baru saja dialami oleh Pangeran Mixo membuat Pangeran Luxe dan Pangeran Zico merasa iri. Bagaimanapun juga mereka ingin tidur dan memeluk anak kecil menggemaskan itu. Tanpa mengatakan apapun tiba tiba Pangeran Luxe dan Pangeran Zico pergi.
"Mereka pasti merasa kesal sekarang, aku sudah mencoba sebaik mungkin untuk tidak bercerita namun mereka berdua sangat berisik." ucap Pangeran Mixo yang sudah menebak dari awal bahwa hal seperti ini akan terjadi jika ia menceritakannya.
Pangeran Mixo masuk kedalam kamar kemudian mandi karna ia harus keperbatasan untuk melihat bagaimana kondisi prajurit yang sedang ditugaskan di sana.
Di sisi lain saat ini Putri Amerilya sudah selesai mandi dan ia menggunakan sebuah gaun yang cukup santai. Setelah menuncir rambutnya menjadi dua Putri Amerilya langsung bergegas keluar dari kamar.
"Sebelum anda pergi sebaiknya anda makan pagi terlebih dahulu." ucap seorang pelayan, ia meminta Putri Amerilya untuk sarapan terlebih dahulu. Dengan cepat Putri Amerilya menggelengkan kepalanya kemudian berlari keluar istana putri.
Palayan itu hanya bisa melihat kepergian sang putri, entah mengapa Putri Amerilya sering melewatkan waktu makan paginya. Putri Amerilya terus berlari hingga ia sampai di sebuah taman yang sangat luas.
"Akhirnya saya bisa sendirian." ucap Putri Amerilya yang menghela nafas lega.
Putri Amerilya berjalan jalan di sekitar taman bunga itu, saat berada di ujung taman ia melihat sekumpulan pohon ceri dengan buah yang sangat lebat, untung saja pohon ceri itu tak terlalu tinggi namun tangan Putri Amerilya tak bisa menggapainya.
"Mengapa tanganku tidak sampai." ucap Putri Amerilya sambil berjinjit, ia terus mencoba meraih sebuah buah ceri.
Di sisi lain ada Tuan Duke Rigel Elister yang datang berkunjung ke istana karna ada hal penting yang ingin ia bahas bersama dengan Raja Azvago. Kali ini Tuan Duke Rigel Elister tak datang sendirian ia mengajak salah satu putranya yang menjadi teman dekat dari Pangeran Luxe.
Tuan Duke Rigel Elister bersama putranya masuk kedalam area Istana Kerajaan Meztano, saat akan pergi ke ruang kerja sang raja tanpa sengaja putra dari Duke Rigel Elister melihat sesosok gadis kecil yang berusaha untuk meraih buah ceri, akhirnya ia memilih untuk tidak ikut menemui sang raja.
"Saya akan menunggu ayah di taman ini." ucap Tuan Muda Edwig Elister.
"Baiklah, jangan pergi terlalu jauh karna ayah akan kesulitan mencarimu. Ayah pergi dulu." ucap Tuan Duke Rigel Elister yang meninggalkan putranya sendirian di taman.
Setelah ditinggal oleh sang ayah Edwig Elister langsung berjalan mendekat ke arah Putri Amerilya, dari kejauhan ia melihat tingkah lucu sang putri. Edwig Elister sempat berfikir siapa gadis kecil yang ada di taman itu, seingatnya semua putri Raja Meztano selalu meninggal saat mereka berusia dua tahun. Dan seingatnya Putri Amerilya sudah berusia dua tahun dari beberapa minggu yang lalu jadi siapa gadis kecil itu.
"Ekem, apa yang sedang kau lakukan gadis kecil." ucap Tuan Muda Edwig Elister yang membuat Putri Amerilya terkejut.
Putri Amerilya menghentikan kegiatannya untuk mengambil buah ceri itu, ia menolehkan kepalanya kebelakang dan melihat sesosok pemuda yang asing baginya.
"Saya ingin mengambil buah ceri itu." ucap Putri Amerilya dengan wajah sedihnya, karna tubuh dan tangannya yang terlalu kecil ia tak bisa mengambil ceri itu.
Edwig Elister tersenyum kemudian ia memetikkan beberapa ceri dan memberikannya kepada gadis kecil itu.
"Bisakah kau memperkenalkan dirimu gadis kecil?." tanya Edwig Rigel yang ingin mengenal sosok gadis kecil lucu itu. Jika ia adalah anak dari seorang pelayan maka Edwig akan meminta sang ayah untuk mengadopsinya.
"Perkenalkan saya Putri Amerilya." ucap Putri Amerilya yang memperkenalkan dirinya pada pemuda yang telah berbaik hati mengambilkan beberapa ceri.
Edwig Elister tampak kebingungan setelah gadis kecil itu memperkenalkan dirinya, setaunya Putri Amerilya telah tiada.
"Perkenalkan saya Edwig Elister, putra kedua dari Duke Rigel Elister. Senang bisa bertemu dengan tuan putri." ucap Edwig Elister yang memilih untuk percaya dengan apa yang gadis kecil itu katakan. Karna tak akan ada yang berani mengaku ngaku menjadi salah satu anggota keluarga kerajaan.
Tak berselang lama Pangeran Luxe dan Pangeran Zico menemukan dimana adik mereka berada, dengan cepat kedua pangeran itu berlari dan menghampiri Putri Amerilya.
"Nanti malam kau harus tidur bersama kami berdua adik." ucap Pangeran Zico dengan wajah kesalnya, ia sangat ingin menculik Putri Amerilya untuk dirinya sendiri.
"Ah ternyata ada Tuan Muda Edwig disini." ucap Pangeran Luxe yang baru saja menyadari keberadaan temannya itu.
"Mungkin saya memang tak kasat mata hingga Pangeran Luxe baru menyadari keberadaan saya." ucap Edwig Elister dengan nada bercanda.
"Salam Tuan Muda Edwig Elister." ucap Pangeran Zico dengan menundukkan kepalanya.
"Salam juga Pangeran Zico." ucap Edwig Elister yang menjawab sapaan dari adik sahabat baiknya.
"Apakah kau sudah berkenalan dengan adik perempuanku yang lucu ini?." tanya Pangeran Luxe.
"Saya sudah berkenalan dengan sang putri." ucap Edwig Elister.
Putri Amerilya memilih untuk berpamitan dan pergi menjauh dari kerumunan para pemuda tampan itu, saat pergi ke taman ia hanya ingin sendirian dan menenangkan diri. Kedua pangeran dan Edwig Elister hanya bisa melihat kepergian sang putri.
Di sisi lain saat ini Raja Azvago sedang berada di dalam ruang kerjanya bersama dengan Tuan Duke Rigel Elister, mereka sedang membahas tentang pencemaran air yang tiba tiba saja terjadi di beberapa desa, beberapa ahli sudah diturunkan untuk meneliti fenomena pencemaran air yang terjadi namun mereka belum menemukan apapun.
"Saya harap anda segera menemukan solusi untuk masalah ini, banyak penduduk yang kesulitan mendapat air bersih." ucap Tuan Duke Rigel Elister dengan wajah khawatirnya, sebagai seorang duke tentu ia bertanggung jawab atas semua hal yang terjadi di wilayah kekuasaanya.
"Saya akan meminta pangeran kedua untuk mengambil sampel air kemudian menelitinya di sini." ucap Raja Azvago yang merasa bingung karna masalah pencemaran air ini tak segera berakhir.
Tok tok tok.
Ucap pintu ruang kerja Raja Azvago yang diketuk oleh Putri Amerilya, sang putri merasa bosan dan memilih untuk menghampiri ayahnya.
"Masuklah." ucap Raja Azvago yang mempersilahkan tamunya untuk masuk kedalam.
Setelah mendapatkan izin Putri Amerilya langsung masuk kedalam. Ia melihat bahwa sang ayah sedang ada tamu, Putri Amerilya merasa bersalah karna telah mengganggu pekerjaan sang ayah.
"Salam hormat saya pada ayahhanda." ucap Putri Amerilya yang mengucapkan salam hormat pada Raja Azvago.
"Saya terima salammu putriku." ucap Raja Azvago dengan senyum ceria.
"Umm paman ini siapa?." ucap Putri Amerilya yang merasa kebingungan saat ia ingin mengucapkan salam pada tamu ayahnya.
"Perkenalkan saya Duke Rigel Elister, senang bisa bertemu dengan tuan putri." ucap Tuan Rigel Elister yang memperkenalkan dirinya pada Putri Amerilya.
"Salam saya pada Tuan Duke Rigel Elister, ada ayah dari Tuan Muda Edwig?." tanya Putri Amerilya dengan wajah polosnya.
"Wah anda mengenal putra saya?." ucap Tuan Duke Rigel Elister yang sangat senang bertemu dengan Putri Amerilya, pantas saja Raja Meztano terlihat lebih baik akhir akhir ini ternyata putri terakhirnya berhasil selamat dari kutukan menakutkan itu.
Hai semuanya makasih udah mampir ke ceritaku yang ini. Jangan lupa vote ya guys, like, komen, rate bintang lima, share ke teman teman kalian, jangan lupa gift juga ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
eva
sukaaaaa ..
2022-07-10
1
Ogeg iraeinn
pintu ajaib, bisa berucap.
2022-06-07
5
Dou'U Ji
😨
2022-03-22
0