Putri Amerilya tertidur dengan lelap hingga pagipun tiba, terlihat suasana Kerajaan Matahari sangat ceria karna kini mereka memiliki seorang tuan putri yang sudah sangat dinanti nantikan sejak dulu. Disaat yang lain merasa gembira Raja Azvago merasa sedikit menyesal karna ia tak datang di pemakaman anak perempuan terakhirnya.
"Seharusnya kemarin saya datang untuk melihat wajah putri Amerilya untuk terakhir kalinya." ucap Raja Azvago yang sudah ada di dalam ruang kerjanya, setiap hari sang raja selalu menyibukkan dirinya dengan tugas tugas kerajaan.
Saat ini Putri Amerilya sudah menggunakan kaos berwarna hitam lengka dengan celana serta rambut panjangnya yang diikat, sang putri memang sengaja berpenampilan seperti itu karna hari ini ia ingin berlatih lagi bersama dengan para Kesatria White Rose.
"Tuan putri kita selalu menawan apapun yang ia kenakan." ucap salah satu dari pelayan setia sang putri.
"Kemana putri akan pergi dengan berpakaian seperti ini? apakah perlu kami antar?." tanya salah seorang dari sepuluh pelayan setia Putri Amerilya yang ingin tau kemana tuan putrinya itu akan pergi.
"Saya akan pergi sendiri." ucap Putri Amerilya yang berjalan keluar dari kamarnya. Dengan langkah kecilnya putri itu mulai berjalan menuju tempat yang biasa digunakan sebagai tempat berlatih para kesatria White Rose.
Saat ini para Kesatria White Rose sedang beradu pedang satu lawan satu, Putri Amerilya yang sudah sampai di tempat yang ingin ia tuju mengamati bagaimana cara para Kesatria White Rose saling beradu jurus pedang satu sama lainnya. Jika di lihat secara seksama kelincahan dan ketepatan serangan mereka hanya mencapai tuju puluh persen saja. Dalam kehidupan sebelumnya sang putri sudah pernah mengikuti kejuaraan berpedang secara internasional tentu lawannya adalah mereka yang memiliki kemampuan yang sangat mumpuni.
"Tidak seperti itu." ucap Putri Amerilya yang tiba tiba saja mengomentari sepasang Kesatria White Rose yang sedang beradu pedang.
Mendengar suara yang familiar bagi mereka, para Kesatria White Rose langsung menoleh ke sumber suara. Ternyata sedari tadi tuan putri kecil sudah mengamati mereka bertanding.
"Salam hormat kami pada Tuan Putri Amerilnya." ucap semua Kesatria White Rose yang mengucapkan salam saat bertemu dengan sang putri.
"Salam para Kesatria White Rose." ucap Putri Amerilya yang membalas salam mereka.
"Apakah tadi tuan putri sedang mengomentari bagaimana cara bertarung Kesatri White Rose?." ucap Richal yang menanyakan apa maksut dari perkataan Putri Amerilya tadi. Apakah sang putri memang memiliki kemampuan lebih dalam hal berpedang.
"Kesatria Lauret melakukan gerakan yang salah saat menangkis tadi." ucap Putri Amerilya yang memberitaukan pendapatnya pada mereka semua.
Lalu Richal bertanya dimana letak kesalahan dari gerakan menangkis yang dilakukan oleh Kesatria Lauret dan bagaimana gerakan yang benar menurut Putri Amerilya. Sang putri meminta sebuah pedang asli pada Richal sesuai janji Ketua Kesatria White Rose itu padanya. Richalpun pergi sebentar untuk mengambil pedang yang diminta oleh sang putri.
Setelah itu Richal kembali dan memberikan sebuah pedang kecil yang cantik ada Putri Amerilya, sang putri menerimanya dengan senang hati. Sang putri meminta ada Kesatria Richal untuk melakukan gerakan serangan yang sama seperti saat mereka berlatih namun Richal tampak ragu ragu karna ia takut akan melukai sang putri.
"Saya tak berani melakukannya tuan putri, bagaimana jika nanti anda terluka?." ucap Kesatria Richal yang terpaksa menolak permintaan Putri Amerilya, sang putri memasang wajah cemberutnya jangan hanya karna ia masih kecil dan pendek sehingga para Kesatria White Rose tak ada yang mau menjadi lawan bertandingnya.
"Ini perintah dan tak boleh dilanggar." ucap Putri Amerilya yang terpaksa menggunakan wewenangnya sebagai tuan putri jika tida maka tak akan ada yang bersedia melakukannya.
Dengan terpaksa Kesatria Richal memenuhi keinginan Putri Amerilya untuk bertarung dengannya. Karna tinggi mereka yang berbeda sangat jauh akhirnya Richal menggunakan pedang yang lebih panjang agar serangannya dapat menggapai sang putri. Kesatria Richal mulai melakukan serangan yang sama seperti saat mereka berlatih bertarung sedangkan Putri Amerilya menangkis setiap serangan Richal dengan mudah bahkan dengan pedang kecilnya itu ia mampu membuat pedang panjang milik Kesatria Richal terlempar cukup jauh.
Trang
Suara dua bilah pedang yang bertabrakan. Kesatria Richal dan anggota Kesatria White Rose yang lain sangat terkejut dengan kemampuan berpedang putri kecil kereka itu. Ia lebih gesit daripada seorang kesatria dengan tingkatan golden tiga.
"Bagaimana tuan putri mengetahui semua gerakan yang sulit itu?." ucap Lauret yang sedikit tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.
"Itu Rahasia." ucap Putri Amerilya yang tak mungkin menceritakan bahwa jiwanya adalah jiwa dari seorang yang datang dari masa yang berbeda.
"Baiklah trimakasih karna nona sudah mengajarkannya pada kami semua." ucap Kesatria Richal yang tak ingin memaksakan putri kecil mereka untuk menceritakan apa yang menjadi rahasianya.
Akhirnya para kesatria White Rose berlatih bersama dengan Putri Amerilya hingga matahari tepat berada di atas kepala mereka. Karna sudah cukup lelah akhirnya mereka memilih untuk beristirahat, Putri Amerilya berjalan kembali menuju istana putri. Saat sampai di sana suasana sangat sepi mungkin kesepuluh pelayannya sedang sibuk di istana utama.
Putri Amerilya memilih untuk mandi dan membersihkan tubuhnya yang penuh dengan keringat akibat berlatih berpedang barusan, setelah menggunakan baju lengan panjang dan sebuah celana selutut sang putripun berjalan jalan di taman istana.
Putri Amerilya memetik beberapa bunga yang tumbuh di sekitar taman, ada berbagai bunga yang ada di dalam keranjang yang di bawa oleh gadis itu. Putri Amerilya merasa tertarik dengan bunga bunga mawar yang ada di taman sebrang sehingga ia pergi kesana.
Saat sedang asik memetik berbagai macam warna bunga mawar ada suara deheman seseorang yang membuat sang putri terkejut.
"Ekhem siapa kau? apa yang kau lakukan di taman pribadiku?." tanya Raja Azvago yang kebetulan ada di sana namun ia tak bisa melihat wajah anak kecil yang sedang memetik bunga mawar miliknya karna anak kecil itu sedang membelakanginya.
Putri Amerilya yang panik lngsung membalikkan badannya dan menatap ke arah Raja Azvago kemudian gadis itu membungkukkan badannya sebanyak tiga kali sambil mengucapkan permintaan maaf karna telah masuk ke taman pribadi milik raja tanpa izin.
Raja Azvago sangat terkejut dengan apa yang ia lihat, bagaimana Putri Amerilya bisa berdiri di hadapannya? bukankah kemarin Ibu Suri dan anggota kerajan yang lain telah menyiapkan upacara pemakaman untuk gadis itu lalu siapa anak perempuan yang ada di hadapannya itu.
"Siapa kau? tak mungkin jika kau Putri Amerilya karna kemarin semua orang telah menyiapkan upacara pemakamannya." ucap Raja Azvago sembari menodongkan pedang tajamnya kehadapan sang putri.
Tiba tiba saja ada yang berlari ke arah mereka berdua, orang itu adalah Ratu Zivanya. Dengan cepat sang ratu membawa Putri Amerilya dalam dekapannya , ia tak menyangka bahwa suaminya akan melakukan hal sekejam itu pada putrinya sendiri.
"Jika kau tak suka melihat anakku masih selamat kau tak perlu melihatnya hingga kau ingin membunuhnya." ucap Ratu Zivanya yang sangat marah, ia telah menantikan memiliki seorang putri yang cantik bagaimana bisa ia membiarkan suaminya menghancurkan impiannya yang telah menjadi kenyataan itu.
"Apa yang kau katakan ratuku, bukankah kermarin malam kalian sudah melakukan upacara pemakaman untuk Putri Amerilya?." ucap Raja Azvago yang kebingungan, ia tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
"Kemarin adalah hari perayaan ulang tahun sang putri, dan juga perayaan karna Putri Amerilya berhasil melawan kutukan itu. Saya tau kau tak menginginkan kelahiran putrimu ini, namun saya tak menyangka Yang Mulia Raja tega ingin membunuhnya setelah ia berjuang sendirian untuk melawan kutukan itu." ucap Ratu Zivanya yang meluapkan semua amarah yang ia pendam selama ini.
Dulu sebelum sang putri berusia dua tahun Ratu Zivanya sangat ingin tinggal di distana putri untuk menemani Putri Amerilya namun Raja Azvago melarangnya dan membuat sebuah aturan yang sangat tak masuk akal. Dan sekarang saat sang putri sudah berusia dua tahun Raja Azvago ingin memisahkan ia dengan putri tercintanya itu tentu sang ratu tak akan memiliki kesabaran sebanyak itu.
"Tenanglah ibu, Yang Mulia Raja hanya salah faham saja. Sekarang antar Amerilya kembali ke istana putri, Amerilya belum makan dan sekarang kelaparan." ucap Putri Amerilya yang meminta pada Ratu Zivanya untuk mengantarnya kembali ke istana putri. Tentu ia sengaja melakukannya agar pertengkaran antara Raja Azvago dan juga Ratu Zivanya tak semakin memanas.
"Baiklah putri ibu yang cantik." ucap Ratu Zivanya yang menggendong Putri Amerilya kemudian mereka berjalan menuju istana putri.
Sedangkan Raja Azvago masih diam mematung ia berusaha mencerna apa yang baru saja ia lihat dan ia dengar. Putri terakhirnya berhasil melawan kutukan itu dan selamat dari maut, harapannya untuk memiliki seorang anak perempuan kini sudah terwujud.
"Namun saya sudah sangat jahat pada anak tak berdosa itu, wajar jika nanti ia tak menganggap saya sebagai ayahnya." ucap Raja Azvago yang menunduk dengan lesuh kemudian berjalan kembali menuju ruang kerjanya. Saat ini fikirannya sedang sangat kacau, ia sangat ingin pergi ke istana putri dan meminta maaf pada putri kecilnya itu.
Saat ini Putri Amerilya dan Ratu Zivanya sedang berada di istana putri, Putri Amerilya sedang memakan beberapa kue rasa ceri yang dibawakan oleh salah seorang pelayan dari istana utama. Ratu Zivanya melihat dengan tatapan bahagia ke arah putri kecilnya itu, ia sangat bahagia sekarang bisa menemani tumbuh kembang putri cantiknya.
"Pelan pelan saja putriku tak ada yang akan mengambil kue cerimu sayang." ucap Ratu Zivanya yang mengusap bekas selai ceri di sudut bibir putri cantiknya.
"Nyam nyam nyam uwah ini sangat manis." ucap Putri Amerilya yang menikmati kue cerinya dengan perasaan bahagia.
Sepuluh pelayan setia sang putri sedang duduk di lantai dan melihat kelucuan putri yang mereka layani, untunglah Kerajaan Meztano saat ini memiliki seorang tuan putri yang sangat cantik.
"Apa itu sangat enak tuan putri?." tanya salah seorang pelayan.
"Ya caya mau lagi." ucap Putri Amerilya yang ingin makan kue ceri lagi, namun pelayan yang membawa kue itu mengatakan bahwa di istana utama sudah tak ada kue lagi.
Putri Amerilya membuat raut wajah cemberut karna tak mendapatkan kue ceri yang ia inginkan. Putri Amerilya turun dari kursi yang ia duduki kemudian berjalan menuju luar istana putri dengan ekspresi yang sangat menggemaskan, para pelayan dan Ratu Zivanya ingin mengikuti kemana sang putri ingin pergi namun tiba tiba putri kecil itu menghilang entah kemana.
"Kemana sang putri menghilang?." tanya salah seorang pelayan istana putri yang merasa kebingungan.
"Cepat cari putriku sampai ketemu." ucap Ratu Zivanya yang khawatir jika putri kecilnya itu diculik oleh seseorang.
Sedangkan putri yang mereka cari sedang bersama salah satu kesatria White Rose yang kebetulan sedang berjalan jalan di sekitar taman dan melihat Putri Amerilya sedang berjongkok di belakang rimbunnya bunga.
"Apa yang tuan putri sedang lakukan?." tanya Albern salah satu anggota sekaligus wakil ketua dari Kesatria White Rose.
"Hust aku sedang bersembunyi, ah iya bisakah anda membawa saya ke tempat ayah?." ucap Putri Amerilya yang ingin meminta tolong pada Kesatria Albern untuk diantarkan ke tempat sang ayah bertugas.
Kesatria Albern menggendong Putri Amerilya dan membawanya menuju istana utama, saat melihat sang putri ingin masuk kedalam istana utama ada beberapa prajurit yang akan menghentikan putri kecil itu namun tatapan tajam dari Kesatria Albern membuat para prajurit mengurungkan niat mereka.
"Tuan putri datang bersama saya, jika kalian memperlakukannya dengan tak baik maka para anggota Kesatria White Rose yang lain akan turun tangan." ucap Kesatria Albern yang memberi peringatan pada para prajurit yang bertugas di istana utama.
Kesatria Albern masuk kedalam istana utama dan berjalan menuju ruang kerja Raja Azvago. Sang kesatria mengetuk pintu ruang kerja Raja Azvago setelah mendapatkan izin untuk masuk Kesatria Albern masuk dengan menggendong Putri Amerilya.
"Ada keperluan apa salah satu anggota Kesatria White Rose datang mencari saya?." tanya Raja Azvago yang masih sibuk dengan tugas tugas menunpuk yang ada di hadapannya hingga Raja Azvago tak sempat melihat wajah sang kesatria.
Putri Amerilya berbisik pada Kesatria Albern untuk menurunkannya dari gendongan, setelah turun sang putri berjalan mendekat ke arah sang raja kemudian ia mencoba untuk naik kesebuah kursi yang ada di hadapan Raja Azvago.
"Ayah sedang cibuk?." tanya Putri Amerilya dengan nada bicara yang lembut dan terdengar lucu.
Raja Azvago yang tadinya sedang sibuk dengan berkas berkas yang ada di hadapannya menjadi tak fokis setelah mendengar suara anak perempuan yang ia dengar tadi pagi di taman bunga miliknya. Raja Azvago mengalihkan perhatiannya kedepan dan ia melihat seorang anak perempuan berusia dua tahun yang sedang tersenyum kearahnya, karna merasa terkejut Raja Azvago sampai terjungkal kebelakang.
"Ayah kenapa?." tanya Putri Amerilya yang merasa bingung mengapa sang ayah sampai terjungkal seperti itu.
Kesatria Albern yang melihat sang raja yang masih diam dalam posisi terjungkal itu langsung berjalan mendekat dan membantu Raja Azvago untuk berdiri. Setelah kesadaran sang raja sudah kembali ia kembali duduk di kursinya dan menatap ke arah Putri Amerilya.
"Kamu datang menemui saya?." tanya Raja Azvago yang tak percaya bahwa sang putri yang selama ini ia abaikan datang menemuinya.
"Tentu Amerilya datang menemui ayah." ucap Putri Amerilya yang tersenyum dengan ramah ke arah Raja Azvago.
"Ada sesuatu yang inging tuan putri katakan pada saya?." tanya Raja Azvago yang ingin tau apa maksut kedatangan sang putri menemuinya.
"Mohon maaf Raja Azvago dan Putri Amerilya saya pamit terlebih dahulu untuk berlatih." ucap Kesatria Albern yang ingin kembali ke lapangan latihan karna anggota Kesatria White Rose yang lain sudah menunggunya.
"Terimakasih sudah mengantar saya paman Albern." ucap Putri Amerilya yang merasa senang karna sudah diantar menuju ruang kerja ayahnya.
Kesatria Albernpun pergi meninggalkan ruang kerja sang raja, kini di ruangan itu yang tersisa hanya Putri Amerilya bersama dengan Raja Azvago yang sedang kebingungan karna ia tak pernah berbicara dengan putri kecilnya itu sebelumnya.
"Ayah." ucap Putri Amerilya yang memanggil Raja Azvago.
"Ah ia putriku?." ucap sang Raja yang sudah tersadar dari lamunannya.
"Saya ingin makan kue ceri lagi." ucap Putri Amerilya yang menyampaikan keinginannya.
Raja Azvago menatap ke arah sang putri dengan kebingungan, kue ceri? apakah putri kecilnya itu datang menemuinya hanya untuk meminta kue ceri?. Raja Azvago tertawa dengan cukup keras bagaimana ia bisa memiliki seorang putri yang sangat manis seperti ini.
"Ah baiklah berapa banyak kue ceri yang putri ayah inginkan hemm?." tanya Raja Azvago yang berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan mendekati Putri Amerilya dan menggendong tubuh mungil sang putri.
"Banyak kue ceri, apa ada kue yang lain?." tanya Putri Amerilya yang ingin memakan kue rasa yang lain, dengan cepat Raja Azvago menganggukkan kepalanya.
Hai hai guys akhirnya novelku yang ini bisa update lagi hiks huaaaaa kangen bisa nge up yang ini. Jangan lupa vote, gift, like, komen, rate, share juga yak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Ida Blado
aahh syg sekali,,, padahal pengin lihat si raja sableng sekarat lbh dulu
2022-10-15
1
jeruk_asem
McKenna monies
2022-07-30
1
🥰Ani🥰
lanjuut sampai tamat thor
2022-07-17
1