PUTRI AMERILYA
Liliana seorang gadis cantik yang terlahir dalam keluarga kaya raya, pada zaman ini semua orang yang terlahir dari keluarga kaya harus memiliki akar sihir agar kelahirannya diakui oleh keluarga. Namun Liliana memiliki nasib yang sangat malang ia tak memiliki akar sihir sejak ia lahir sehingga anggota keluarga terutama orang tuanya sangat membenci gadis itu.
"Dasar gadis tidak berguna, bagaimana bisa kau lahir dari keluarga terpandang namun tak memiliki akar sihir." ucap ayah dari Liliana yang memandang jijik ke arah putrinya sendiri.
"Kau adalah aib keluarga ini, akan lebih baik lagi jika aku tak melahirkanmu." timpal ibu dari Liliana yang membuat gadis itu semakin terpuruk.
"Cih kau hanyalah sampah keluarga." ucap kakak laki laki Liliana yang juga tak menyukainya.
Dalam kehidupannya kali ini tak ada orang yang mencintainya sama sekali, saat Liliana keluar dari rumah sekedar untuk membeli sesuatu saja banyak orang yang menatapnya dengan hina.
Apa salahnya jika terlahir dalam keluarga terpandang dan kaya raya, apakah ia juga bersalah karna terlahir tanpa akar sihir di dalam tubuhnya. Masih banyak hal yang sangat unggul dari gadis itu namun tak ada yang mau melihatnya.
Bagi mereka semua Liliana adalah gadis pembawa sial yang tak boleh di dekati, dengan nasibnya yang begitu tak beruntung Liliana tak pernah mengeluh dan terus berusaha hingga gadis itu menguasai banyak ilmu pedang ia yakin dengan itu ia bisa membuat bangga keluarganya.
Saat malam hari Liliana ikut makan malam bersama ayah, ibu, dan juga kakak laki lakinya. Liliana menunjukkan penghargaan yang baru saja ia dapatkan karna memenangkan lomba berpedang.
Bukannya bangga atas prestasi yang didapatkan oleh sang anak, ayah dari Liliana langsung merobek penghargaan itu dan membuangnya tepat di depan muka Liliana.
"Kau kira dengan kemampuanmu yang tak seberapa itu kau bisa membangakan kami?." ucap sang ayah yang langsung menampar Liliana dengan keras.
"Makanlah jangan banyak bicara." timpal ibu Liliana yang tak merasa kasihan pada sang anak.
Akhirnya Liliana hanya bisa menundukkan kepalanya dan menahan rasa sakit yang menjalar di hatinya, Liliana benar benar kesal dia marah dan ingin berteriak namun Liliana sadar jika ia melakukan hal itu maka kedua orang tuanya akan sangat marah dan bisa saja mengusirnya dari rumah.
Saat Liliana sedang menyantap makanan tiba tiba saja tubuhnya terasa sangat panas dan tubuhnya seperti mati rasa. Busa mulai keluar dari mulut Liliana gadis itu keracunan makanan yang tengah ia makan. Liliana memandang kearah kedua orang tuanya dan juga kakaknya yang sedang tersenyum senang.
"Tolong tolong aku." ucap Liliana yang meminta tolong pada mereka.
"Selamat tinggal." ucap mereka yang kemudian pergi begitu saja tanpa menghiraukan triakan kesakitan yang Liliana keluarkan.
Semuanya telah selesai hidup Liliana berakhir dengan tragis tak ada yang peduli dengannya hingga kematian gadis itu datang, Liliana mengira bahwa semuanya telah selesai dan ia hanya bisa pasrah saja.
Namun jiwa Liliana yang seharusnya sudah dilebur malah pergi kesuatu pintu berwarna putih. Disana ada seorang wanita yang sangat cantik dengan rambut putih panjang yang terurai dengan indahnya.
"Aku ada di mana?." ucap Liliana yang tak tau dimana ia berada sekarang bukankah seharusnya ia sudah mati lalu mengapa sekarang ia ada di sini.
"Putriku yang cantik, maaf ibunda tak bisa mengubah takdir dari sang pencipta semoga di kehidupanmu yang selanjutnya kau bisa bahagia." ucap wanita itu yang tersenyum manis dihadapan Liliana.
Setelah selesai mengucapkan hal itu tiba tiba jiwa Liliana melesat jauh dan masuk kedalam tubuh seorang bayi perempuan yang sangat lucu. Bayi yang sangat cantik dan juga lucu.
"Ah sayang sekali ratu melahirkan seorang putri." ucap seaeorang dengan samar dan Liliana bisa mendengarnya.
Liliana mulai mengerjap kerjapkan matanya dan mulai melihat kesekitar, saat ia berusaha untuk mengatakan sesuatu yang terdengar hanyalah tangisan seorang bayi.
"Putri anda menangis? apakah anda merasa lapar." ucap seseorang dengan baju aneh yang membuat Liliana bingung.
Apakah ia telah terlahir kembali? apakah Sang Pencipta membiarkannya hidup lagi dan membenahi semua kesalahan yang pernah terjadi di kehidupan yang sebelumnya. Liliana yang mendapatkan kesempatan kedua dari Sang Penciptapun bertekad bahwa dalam kehidupannya kali ini ia tak akan tunduk atau takut pada siapapun kecuali pada Sang Penciptanya saja.
"Oeeeee oeeeee oeee." hanya itu yang terdengar saat Liliana berusaha untuk berbicara, akhirnya gadis itu pasrah karna ia memang belum bisa bicara.
"Diamlah mengapa bayi jelek ini berisik sekali." ucap seorang pria dengan aura yang agung disekitarnya. Pria itu tak lain dan tak bukan adalah Raja Azvago ayah dari Liliana.
"Apakah ratuku melahirkan seorang bayi perempuan yang lemah ini, ah sungguh sial. Mau bagaimana lagi kau kuberi mama Amerilnya Meztano." ucap Raja Azvago yang kemudian pergi dengan raut wajah tak senang karna mendapati ratunya melahirkan seorang putri.
"Maafkan ayahmu sayang, bukannya dia membencimu namun semua putri yang lahir akan mati setelah mereka berumur dua tahun." ucap Ratu Zivanya yang menatap bayinya dengan tatapan sedih. Kali ini ia ingin putrinya hidup lama jika bisa ia ingin melihat putrinya tumbuh dewasa.
Liliana yang kini memiliki nama baru yaitu Amerilnya Meztano tersenyum senang karna pada kehidupannya saat ini ada seseorang yang mennyayanginya dengan tulus. Melihat putri kecilnya tersenyum senang membuat Ratu Zivanya juga ikut senang.
Setelah kelahirannya Putri Amerilya ditempatkan di istana putri yang terpisah dengan istana yang lainnya. Putri Amerilnya memiliki sepuluh pelayan yang selalu setia melayani ketika bayi kecil itu rewel dan menangis.
Putri Amerilnya kecil sedang melihat langit langit kamarnya yang berwarna pink, ah mengapa semua barang barang yang ia miliki berwarna pink padahal ia tak menyukainya.
"Mereka benar benar bodoh, apakah wanita harus menyukai warna pink." batin Amerilnya yang merasa kesal dengan apa yang ia lihat.
Sedangkan ditempat lain saat ini Raja Azvago sedang berkumpul dengan keluarganya yang lain yang sedang berkumpul karna memang sedang ada acara keluarga.
"Selamat atas kelahiran putri anda." ucap Pangeran Zingo yang merupakan adik pertama dari raja.
Mendapatkan ucapan selamat dari saudaranya tak membuat Raja Azvago merasa seneng karna yang ia inginkan adalah seorang putra. Saat ini Raja Azvago memiliki empat putra dan keempat empatnya memiliki akar sihir yang sangat kuat sehingga mereka akan menjadi penyihir yang sangat hebat di masa depan.
Raja Azvago memiliki keinginan yang belum tercapai hingga saat ini yaitu memiliki seorang putra yang memiliki keinginan untuk belajar berpedang dan mempelajari banyak ilmu pedang sehingga ia menjadi seorang kesatria yang hebat. Namun kehingnanya itu hanyalah tinggal kenangan saja karna anak terakhirnya adalah seorang perempuan yang bahkan tak bisa bertahan setelah ia memasuki usia dua tahun.
"Ibunda tau apa yang sedang raja khawatirkan." ucap Ibu Suri Sinya yang sangat faham dengan kecemasan yang dimiliki oleh putranya itu.
"Saya hanya tak ingin melihat kematian putri saya lagi karna itu sangat menyakitkan." ucap Raja Azvago pada Ibu Suri Sinya.
"Ayah ayah apakah aku bisa bertemu dengan adik." ucap Pangeran Azxo yang merupakan pangeran terkecil dari Kerajaan Matahari.
"Adikmu sedang berada di istana putri sebaiknya kau tak kesana." ucap Raja Azvago yang menghalangi putranya untuk menemui sang adik yang baru saja lahir itu.
Haripun berlalu dengan cepat hari ini tepat satu bulan Amerilnya terlahir di dunia antah brantah yang tak ia kenali itu. Anehnya setelah ia masuk ke istana putri tak ada seorang anggota kerajaan yang datang untuk melihatnya kecuali sang ibu. Ibunya begitu menyayangi Amerilya dan itu sudah cukup untuknya.
"Lihatlah putriku sangatlah cantik, rambut putihmu ini mungkin berbeda dengan raja namun mata tajammu sangat mirip dengannya." ucap Ratu Zivanya yang sedang menimang nimang Amerilnya.
"Seperti inikah rasanya disayang oleh seorang ibu?." hanya kata kata itu yang ada di dalam otak Amerilnya kecil. Kehidupan masa lalunya yang begitu berat membuat gadis itu tak bisa melupakannya. Hingga di kehidupan keduanya itu ia bisa mengingat semua kejadian yang ia alami.
"Jangan sedih ibu yakin putri ibu yang cantik ini pasti akan bisa bertahan." ucap Ratu Zivanya yang mencium pipi Amerilnya kecil kemudian meletakkannya kembali kedalam box bayi. Ratu Zivanya harus pergi karna ada beberapa hal yang harus ia urus.
Hai hai semua aku buat cerita baru nih jangan lupa ya buat di like like, komen supaya aku tau tanggapan kalian, gift hadiah apapun, rate bintang lima, dan share ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Mustika Efendy
thor ga ada audio nya kah novel ini
2023-11-05
0
Liliana_Lily
ada visual nya gak kak?
2022-12-26
1
Mujibur Rohman
terserah kak author mau bikin cerita,q hanya bisa mendukung dan menikmati saja.Trims kak PUSPARINI.Lanjuuuuutttt.....👍😍
2022-10-24
0