"berani sekali kamu menggelitik aku ya?"ujar Simon lalu bersembunyi di dalam selimut dan memandangi Sherin dengan tatapan yang dingin.
"Dipikir pikir berinteraksi dengan wanita ini jauh lebih nyaman daripada dengan wanita wanita sebelumnya yang pura pura baik terhadapku"\(ucap Simon dalam hati\)
Sherin tidak menghiraukan ucapan Simon, lalu mencubit pipinya sambil berkata."Simon kamu tuh ya,....jangan pasang muka cemberut terus dong,anak kecil itu harus nya tertawa gembira setiap hari."
meskipun anak ini ber-IQ tinggi,tapi bagaimana pun usianya masih kecil.Sherin tidak ingin anak ini terlalu cepat dewasa dibanding anak seusianya.
Simon memonjongkan bibirnya dan kemudian meminta Sherin."kamu jangan pergi,temani aku tidur!"
"okey,kalau kamu sudah tertidur baru aku akan pergi."
Melihat raut wajah anak ini ketika dia tidur membuat mata Sherin berkaca kaca.segera ia menarik dan menghelakan nafas dalam\-dalam mencoba menenangkan diri.
Setelah sebulan ibunya meninggal,baru sekarang ia merasakan kebahagiaan lagi.Dia juga tidak hidup tanpa tujuan lagi.
Senangnya,Hari-hari ku jika terus bisa berada disisimu.Bagiku hal lainnya sudah tidak terlalu penting lagi(ucap Sherin dalam hati)
Setengah bulan kemudian,hari hari dilewati dengan damai.
Simon yang awalnya mempersulit dan menolak Sherin,melihat Sherin selalu menanggapi ulahnya dengan sabar tanpa amarah dan emosi sedikitpun,setelah beberapa hari berulah anak itu merasa lelah sendiri.
Sherin selalu menikmati kebersamaannya dengan anak ini.
Dia mengamati sifat dan emosi anak itu,menemaninya saat suka dan duka,mungkin ini semua yang membuat Simon merasa Sherin merawatnya dengan sepenuh hati.Alhasil membuatnya semakin mempercayai Sherin.
Sherin berpikir ini semua karena hubungan darah antara ibu dan anak yang mereka miliki.
Disisi lain,Sherin juga setiap hari selalu bertemu dengan Devan.namun,dia berusaha sebisa mungkin untuk menghindari peria ini,oleh karena itu mereka jarang berinteraksi.
Hidup Sherin yang sekarang lebih sederhana dari yang pernah dia bayangkan,tapi terasa bahagia.
"papa,tadi papa bilang mau mengajakku ke pulau mutiara?"tanya Simon kepada Devan yang tidak sengaja terdengar oleh Sherin yang sedang berjalan menuju kamar Simon,setelah bersih bersih karena ingin memastikan anak ini sudah tertidur atau belum.
Wajah Simon terlihat sangat gembira,anak ini baru berusia 5 tahun,tapi jarang sekali bisa melihat raut wajahnya se gembira ini.mungkin ini karena IQ nya yang melebihi anak sebayanya di tambah pembawaannya yang sama seperti Devan.Dingin.
Wajah gembira ini biasanya hanya tetlihat saat dia berinteraksi dengan Sherin atau mbok lili.
Devan membungkukkan badannya,menepuk bahu anaknya dan berkata."cepatlah tidur,besok pagi pagi kita berangkat."
kemudian keluar dari kamar Simon dan berpapasan dengan Sherin,yang kemudian dengan muka cool nya berkata."tolong siapkan koper Simon!"lalu berjalan kembali dan berhenti lagi setelah beberapa langkah lalu berkata."kamu juga boleh ikut,jadi ada orang yang bisa menjaganya."
"Oooo..."jawab Sherin yang gembira bukan kepalang setelah mendengarnya,dia tidak peduli alasan dari liburan ini,j juga tidak peduli kenapa dia bisa ikut,yang penting ini adalah liburan pertama dia dan anaknya.ini semua membuatnya senang luar biasa.
Sambil melihat bayangan laki laki itu menjauhinya,Sherin yang senang bukan kepalang ini tidak bisa menahan diri untuk melompat.lompatan itu membuat langkah peria itu berhenti sebentar.Lalu menengok kebelakang,untungnya saat itu Sherin sudah masuk ke dalam kamar Simon.
"Oh ya.....di sana ada pantai,menurutmu aku perlu membawa baju untuk berenang tidak ya?"
"terus mau bawa sunblock gak ya?"
"adalagi,kamu tidak alergi air laut kan?"
"kamu bisa berenang tidak?"
"kamu....."
"aduhhh.....tante,pertanyaanmu banyak sekali,yang pergi berlibur juga bukan kamu,kenapa kamu bisa senang begitu?jawab Simon yang memotong perkataan Sherin,lalu menutup buku komiknya dan berbaring sambil menyelimuti dirinya sendiri sampai kepala.
Sherin pernah menyuruh Simon untuk memanggilnya mbak saja,tapi Simon bersikeras memanggilnya tante.setelah berusaha mengingatkannya berkali kali,Sherin juga tidak terlalu peduli lagi dengan panggilan ini.
"Simon,kalau kamu tidur begitu bisa kehabisan oksigen."ujar Sherin sambil menarik selimut Simon kebawah sampai bagian kaki.
Sherin yang melihat Simon menatap dirinya,mencibit pipi Simon dan berkata."kamu tuh ya....suka sekali ngambek,,,hati hati nanti kalau sudah besar seperti papa mu tuh,muka tanpa ekspresi!"
Devan yang awalnya melihat pintu kamar Simon masih terbuka dan berniat untuk menutup pintu itu,tidak sengaja mendengar perkataan Sherin tadi,dengan muka malu dia berpikir,berani sekali pengasuh ini mengatakan diriku seperti itu?muka tanpa ekspresi?tanpa dia sadari dia pun memegang wajahnya,dan mengepalkan tangannya.
"tolong matikan lampu,aku mau tidur"
"temani aku ngobrol sebentar dongg?"
"tidak mau!"
"dasar,,,tidur deh tidur sana."
Devan yang mendengar langkah kaki Sherin yang semakin mendekat,langsung membalikan badan lalu pergi.
Bukan karena Devan lapang dada atau tidak perhitungan tapi Simon bisa menjawab dan mau berinteraksi dengan pengasuh barunya itu menandakan bahwa dia menyayanginya.kalau sebaliknya,anak ini tidak akan mau memperdulikan nya,contohnya,Simon tidak pernah mau menjawab perkataan Gabriel.memikirkan hal ini membuat dahi Devan mengkerut.
Keesokan paginya,Sherin terdiam,ketika melihat ada Gabriel di dalam mobil,ternyata ini adalah liburan mereka sekeluarga.
untuk apa aku ikut ikutan,mau jadi pengganggu?(pikir Sherin)
ah biar sajalah,di mata mereka aku bukan siapa siapa juga,tidak ada orang yang peduli juga.berpikir sampai disini,Sherin jadi merasa lega.
Pulau mutiara terkenal dengan kecantikan alamnya dan tempat tempat peninggalan bersejarah,sesampai disana Sherin merasakan dan melihat keindahan pantainya.
Semalam dia juga sempat mencari beberapa info di website tentang daerah yang mereka kunjungi ini merupakan salah satu tempat wisata baru daerah ini,belum resmi dibuka makanya tidak terlalu banyak orang yang mengetahuinya.
"capek tidak"tanya Devan kepada Gabriel dengan suara yang lembut,sambil memijat bagian pelipis wanita itu.
Laki laki yang selalu tampak sangat dingin ke semua orang ini,bisa begitu lemah lembut dihadapan wanita itu.
inikah yang namanya cinta?tapi ayah dulu terhadap ibu juga sama seperti ini,tapi akhirnya juga.....(pikir Sherin)
Sorotan mata Sherin terasa oleh Devan yang kemudian membalikan badannya,kedua pasang mata itu bertatap tatapan.
Tidak ada lagi pandangan lembut itu dimatanya,walaupun Devan hanya berdiri diam saja,tapi tetap terasa pesona dan kegarangannya.melihat muka itu,tanpa Sherin sadari tubuhnya pun menjadi tegang dan berkata."aku bawa Simon ke pantai dulu."
Setelah itu ia bergegas pergi,dan sama sekali tidak berani memperlambat langkah kakinya
"tante,kamu bekerja dirumahku apa benar bukan karena untuk mendekati papaku"
"Simon,aku sudah jelaskan padamu berkali kali,kamu jangan tanya lagi deh ya?lagian papamu dan Gabriel sudah mau tunangan, tante Gabriel mu itu cantik,lembut,baik sama kamu.
kalaupun aku ada perasaan kepada papamu,dengan kereteriaku seperti ini mana sepadan?\(ucap Sherin dalam hati\)
"polos....hanya orang yang ber IQ rendah seperti tante ini,baru bisa menganggap wanita itu baik."ujar Simon sambil menendang sekuat tenaga pasir pasir di depannya serta bibir yang terus bergumam.
Berinteraksi dengan Simon beberapa hari ini membuat Sherin perlahan terbiasa mendengar perkataan yang mengagetkan seperti itu dari bibir anak kecil itu."papamu rasa wanita itu baik,sudah cukup"balas Sherin sambil memainkan bibirnya.
"papa?IQ papa tidak rendah sihh,tapi sayangnya dia terlalu berniat untuk membalas budi,mana mungkin bisa melihat dengan jelas lagi mana yang baik dan mana yang buruk"jawab Simon.
Balas budi??dahi Sherin pun mengerut.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 273 Episodes
Comments
Lukina Borok
simon anak pintar
2022-03-19
0
Ananda Irma
episod 70
2021-10-03
0
Amora Putri
dan akhirnya...bisa baca novel ini secara gratis 😀😀😀
2021-08-28
0