Ingatkan Aku

"Masak apa? Hmm?" tanya Langit.

Setelah selesai dengan ritualnya, Langit langsung menuju dapur dan menghampiri Ayumna. Ia lihat istrinya itu sangat cantik, meskipun menggunakan celemek di bagian depan tubuhnya.

Langit melangkah perlahan mendekat ke tempat Ayumna berdiri. Ia rengkuh pinggang seksi milik istrinya itu penuh posesif juga dengan kelembutan. Ia benamkan kepalanya di atas bahu mulus Ayumna yang terbuka. Hingga bisa menghirup aroma wangi alami dari tubuh Ayumna.

"Iihhh ... Apaan sih, Mas! Geli tau!" kesal Ayumna karena acara memasaknya di ganggu. Apalagi dengan nafas Langit yang berhembus tepat di sebelah telingannya. Menimbulkan sesuatu sensasi yang aneh, yang baru pertama kali ia rasakan.

"Aku bantuin, ya?" Langit tidak mengidahkan perkataan Ayumna. Ia tetap merengkuh tubuh istrinya itu dengan begitu mesra.

"Nggak usah! Mending Mas duduk di sana, aku lanjutin masak nasi goreng nya. Mas nggak keberatan kan, aku hanya masak nasi goreng?" tanya Ayumna tanpa menatap ke arah Langit. Karena posisinya membelakangi Langit dan juga tubuhnya di kunci oleh dekapan sang suami dari belakang.

"Apapun yang kamu masak, pasti akan aku makan. Ya ... Meskipun rasanya tidak layak, akan aku habiskan," goda Langit seraya melirik ke Ayumna.

Langit tersenyum saat mendapat pelototan dari sang istri. Lalu ia mencium pipi Ayumna dari samping. Karena ekspresi Ayumna yang berubah cemberut.

"Oh, jadi secara langsung Mas mengatakan bahwa masakanku tidak enak? Iya?" dengan nada kesal, Ayumna membalikkan badannya dan kini mereka saling berhadapan.

Langit menatap lekat wajah Ayumna yang sedang kesal padanya. Tangannya terangkat dan menangkup kedua pipi Ayumna. Sejenak, mereka menikmati keheningan itu.

Di saat romantis begini, Langit tersadar bahwa api kompor yang Ayumna gunakan masih menyala. Lalu tangannya terulur untuk mematikan kompor tersebut.

Kemudian ia kembali menangkup wajah Ayumna yang kini sudah terlihat tegang. Karena Langit semakin memangkas jarak di antara mereka. Langit memperhatikan setiap inci wajah cantik Ayumna yang alami, tanpa polesan make up sedikit pun.

"Ay...," panggil Langit dengan lembut namun begitu berat.

Tiba-tiba suasana menjadi begitu tegang, saat Langit menatapnya dengan intens dan mendalam. Ayumna merasa bingung dengan sikap Langit. Sebelumnya lelaki itu bersikap mesum dan menyebalkan. Tapi kini, dia terlihat begitu serius.

"I-iya Mas,"

Langit menempelkan keningnya pada kening Ayumna. Serta hidung mereka juga saling bersentuhan. Terasa nafas mereka saling bersahutan. Membuat degup jantung Ayumna berdetak lebih kencang. Begitupun dengan Langit, ia juga merasa sesak sekaligus senang.

Langit begitu takut, bila suatu hari dirinya membahayakan Ayumna. Entah karena hal apa, Langit pun tidak tahu. Hanya saja kini yang ia rasakan, ia sangat takut bila Ayumna pergi meninggalkan nya. Dan lebih parahnya akan meminta cerai. Langit tidak bisa membayangkan akan seperti apa dirinya.

Entah dasar apa Langit mempunyai pemikiran seperti itu. Yang pasti, kini dirinya merasa takut bila hal itu akan terjadi.

"Mas..., " panggilan Ayumna membuyarkan Langit dari semua pikiran terburuk nya.

Langit segera tersadar, lalu mengecup bibir Ayumna sekilas. Tentu saja hal itu membuat Ayumna semakin menegang tubuhnya.

"Apapun yang terjadi ke depannya pada kita, aku harap kamu jangan pernah meninggalkan aku. Karena aku tidak sanggup bila harus menyesal di kemudian hari, karena kehilangan dirimu,"

"Kenapa? Meskipun kau menyakitiku?" Ayumna tidak mengerti apa yang di maksud oleh Langit.

"Mungkin sekarang ini memang belum ada rasa cinta di antara kita. Tapi aku merasa akan sangat sedih bila kau tidak ada di sampingngku seperti ini. Bila aku menyakitimu suatu hari atau marah padamu. Aku mohon, genggam tanganku dan peluklah aku dengan erat seperti ini. Agar aku tidak menyesal kehilangan dirimu, Ay."

Langit mengeratkan pelukan mereka. Sesekali mengusap lembut puncak kepala Ayumna.

"Dan aku minta padamu, Mas. Bersabarlah dalam menghadapi diriku yang sebenarnya tidak setegar yang kau lihat. Pesanku hanya satu. Jangan pernah membentak diriku meskipun aku melakukan kesalahan. Ingatkan aku dengan cara yang lembut. Karena sifat keras kepala yang aku miliki, aku tidak pernah berfikir dua kali bila emosi sudah menguasaiku."

Langit mengangguk mengerti. Aneh memang, bila tidak ada rasa cinta di antara mereka. Namun sikap mereka selalu seperti orang yang saling jatuh cinta. Mungkin mereka hanya belum menyadari saja . Apa sesungguhnya yang mereka rasakan terhadap pasangan mereka.

Jangan lupa like untuk ceritaku iniiihh🤗

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***