Mengakhiri Semuanya

Boleh, asal ...," Langit sengaja tidak meneruskan ucapannya.

"Apa Mas?" tanya Ayumna semakin penasaran.

"Ganti baju dulu saat menemuinya nanti. Meskipun kalian sepasang kekasih, tapi sekarang kamu memiliki suami. Dan aku nggak mau dia macam-macam sama kamu saat melihat penampilanmu seperti ini."

Langit semakin mengeratkan tangannya di pinggang Ayumna. Membuat tubuh bagian bawahnya kembali merespon. Ayumna bukan wanita polos yang tidak mengerti akan sesuatu yang menekannya di bagian perutnya. Tangannya mendorong dada Langit dengan pelan, agar ada jarak di antara mereka.

"Tapi ini kan baju kerja, Mas. Massa iya aku harus pake mukena!" kesal Ayumna seraya mendorong dada Langit lagi.

"Bagus kalau kamu mau!"

"Iiihh ... Mas ...! Nggak lucu tau!" Ayumna mengerucutkan bibirnya. "Apa jangan-jangan di sini sudah ada namaku, Mas?" Ayumna menunjuk tepat di dada Langit.

"Ayo, aku antar kerja. Nanti sepulang kerja aku jemput. Aku temani kamu untuk menemui kekasihmu itu. Aku hanya takut, kamu akan menangis di pinggir jalan. Kalau ada yang melihatmu, aku juga akan dapat malu, nantinya."

Langit menarik tangannya dari pinggang Ayumna. Mencoba mengalihkan pertanyaan yang di lontarkan istrinya itu. Ia mencoba menyanggah bahwa apa yang di ucapkan oleh Ayumna itu tidak benar. meskipun kenyataanya memang sudah ada nama Ayumna Natakusuma di dalam sana.

"Iiisshhh apaan sih! Gak jelas banget kamu, Mas!" Ayumna menghentakkan kakinya lalu keluar dari kamar Langit terlebih dahulu. Langit tersenyum melihat istrinya saat kesal padanya. Begitu menggemaskan, pikirnya.

Langit sebenarnya juga mempunyai kekasih dan hubungannya belum ia akhiri. Langit sengaja tidak memberitahu pada Jesselyn bahwa dirinya sudah menikah. Karena tidak mau Jesselyn merusak pernikahannya dengan gadis pilihan orangtuanya.

Dulu Langit sangat mencintai Jesselyn, hingga mengabaikan peringatan dari papa Dion bahwa Jesselyn bukanlah wanita baik-baik. Dia hanya mengincar harta Langit saja. Namun, Langit tidak begitu langsung mempercayai papanya.

Dan terbukti satu tahun belakangan ini. Jesselyn semakin berani meminta sesuatu di luar perkiraan Langit. Meskipun itu tidak seberapa bagi Langit.

Seiring berjalannya waktu, Langit mulai bosan dengan hubungannya. Di tambah lagi Langit mengetahui bahwa uang dari Langit, Jesselyn gunakan untuk bersenang-senang dengan lelaki lain di luar negri.

Waktu itu, Langit sangat marah dan akan menemui Jesselyn. Namun, Devan mencegahnya untuk tidak menemui perempuan ular itu. Devan berusaha memberi pengertian pada Langit dan membuka matanya, bahwa perempuan itu tidak layak untuk Langit perjuangkan.

Di saat hatinya merasa sakit karena di khianati oleh Jesselyn, papa Dion memberitahu Langit untuk segera menikah dengan wanita pilihannya. Dan Langit memanfaatkan itu agar keluar dari jeratan Jesselyn.

Namun siapa sangka, bila dengan kehadiran Ayumna yang dengan rela menggantikan posisi sahabatnya untuk menikah dengannya, membuat Langit tidak membutuhkan waktu lama untuk mengusir nama Jesselyn di dalam hatinya. Meskipun ia enggan untuk menyadari perasaannya ini pada Ayumna, istri seksihnya.

Langit tiba di plataran rumah sakit tempat Ayumna bekerja. Ia memilih memarkirkan mobilnya dan menunggu Ayumna di dalam mobil. Sebelumnya, Langit sudah mengabari Ayumna bahwa dirinya sudah ada di parkiran rumah sakit Prayoga melalui pesan singkat yang ia kirim untuk Ayumna.

"Maaf Mas, lama," ucap Ayumna setelah masuk kedalam mobil Langit. "Aku harus mengganti bajuku dulu, sesuai perintah kamu." Lalu memasang seatbelt dan mencari posisi duduk yang nyaman.

Langit memperhatikan penampilan Ayumna yang telah berganti dengan pakaian yang sedikit lebih banyak menutupi kulit halusnya. Ayumna menggunakan rok tutu berwarna navi, panjang rok sampai ke tumitnya. Dengan atasan blouse yang ditutupi oleh jaket berbahan jeans.

"Kok nggak nyatu banget, pakaianmu." cibir Langit yang berbanding terbalik dengan apa yang di ucapkan di dalam hati.

"Yang penting sudah terlihat tertutup, Mas!" Ayumna merasa kesal karena penampilannya lagi-lagi di komentari. Ia memalingkan wajahnya ke sisi kiri, menatap keluar dari balik jendela.