"Apa bu Lavinianya ada?"
Bagian resepsionis tersenyum ramah menatapnya. "Apa sudah membuat janji?"
Laki-laki itu menggeleng, "kenapa saya harus membuat janji?" mengangkat bucket miliknya, "saya harus memberikan ini."
Wanita itu tersenyum, "maaf dengan tuan.....?"
"Jonathan, namaku Jonathan Aleister."
"Ah. Tuan Aleister, jika ingin bertemu dengan bu Lavinia, anda harus membuat janji terlebih dahulu. Karena saat ini, bu Lavinia sedang mengadakan rapat pribadi dengan calon suaminya." Jelasnya. "Kalau boleh, titip saja pada saya, nanti akan saya sampaikan."
"Calon suami?" alisnya mengerut.
Tiba-tiba terdengar suara kegaduhan dari arah lift, membuat semua orang menatap kesana, Bahkan beberapa orang tengah berjalan mendekati keributan, Jonathan yang juga memikiki rasa penasaran tinggi turut bergerak ingin melihat juga.
Kalimat demi kalimat membuat semua orang bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, keributan berasal dari seorang perempuan dengan rambut panjang terurai indah sedang berteriak keras kepada seorang pria berjas abu-abu.
"Baru kali ini aku melihat bu Lavinia berbicara dengan suara keras," ucap seorang wanita dengan pakaian rapi berwarna biru tua.
Mendengar sesorang menyebut nama Lavinia membuat Jonathan bergerak maju, Dia semoat melihat Theresa berlari melewatinya dengan wajah sembab sembari berteriak memanggil satpam. Lambaian tangannya juga tidak digubris perempuan itu.
"Jonas... Lepaskan tanganku...." Teriak Lavinia, wanita itu menberontak dengan kuat. Tidak ada yang berani melerai, bahkan saat Theresa kembali dengan dua orang satpam tidak ada satupun yang bergerak maju untuk menarik paksa Jonas keluar dari gedung. "Sakiittttttt......."
Lavinia sempat melayangkan tamparan keras dipipi Jonas hingga membuat pria itu melepaskan cengraman pada tangan Lavinia. Melihat ada kesempatan untuk lari, buru-buru Lavinia berjalan cepat tanpa memperdulikan bawahannya yang menatapnya terkejut. Tidak tahan melihat itu, Jonathan bergerak menuju Lavinia dan menarik wanita itu kedalam pelukannya.
Semua orang menatap terkejut, apalagi saat Jonathan mengecup pelipis Lavinia sekilas, "ada apa ini?" tanyanya.
Tidak ada yang menjawabnya. Lebih tepatnya karena terkejut, membuat mereka tuli seketika.
"Kenapa sayang?" Lavinia mendongak, menatap Jonathan dengan mata berkaca-kaca mengharapkan pertolongan, laki-laki itu hanya tersenyum tipis. "Kenapa kamu berkeringat?"
Jonas hanya kebingungan melihat seorang laki-laki muda berpakaian santai, mengenakan jeans hitam, sepatu boots sneakers, dan sweater hitam sedang memeluk calon istrinya, bahkan Jonas tidak dapat melihat wajah laki-laki itu karena tertutupi topi berwarna putih.
Tidak ada yang bersuara kecuali Jonathan, kata demi kata yang keluar dari mulut laki-laki sangat di dengar dengan baik oleh para staf gedung. Entah akan menjadi bahan gosip buruk atau malah Jonathan akan menjadi bagian gosip sebagai pahlawan di gedung ini.
Jonathan mengusap peluh di dahi Lavinia dengan menggunakan lengan sweaternya. Theresa yang melihat itu langsung menghela napas, merasa lega dan bergerak maju mendekati keduanya yang belum melepaskan pelukan. "Mari saya antar keruangan bu Lavinia."
Jonathan mengangguk, dia menunjuk tablet yang tergeletak di lantai membuat Theresa bergegas mengambilnya dan membantu menekan tombol lift untuk mereka naiki. Lavinia tampak lemas hingga Jonathan membantunya dengan menggendong wanita itu.
"There....."
Theresa tidak menggubris panggilan Jonas, namun dia sempat menekan tombol penahan pintu dan menatap ke arah dua satpan yang sedang berdiri kebingungan. "Pak, tolong antarkan pak Jonas ke mobilnya, dan tolong panggilkan supir dari kantornya untuk menjemputnya." Setelah kedua satpam mengangguk, Theresa menatap kearah pegawai lainnya. "Kalian boleh bubar," lalu menatap tajam Jonas hingga pintu lift tertutup.
...⚫...
"Silahkan diminum." Jonathan yang masih berkeliling menatap minimalis ruangan kantor Lavinia segera duduk ketika Theresa datang membawakan segelas minuman dingin.
"Terima kasih."
"Aku yang berterima kasih." Sela Theresa.
"Bagaimana dengan keadaan Lavinia? apa kata dokter?"
"Dokter bilang, bu Lavinia harus istirahat sekarang." Jonathan mengangguk, setelah membawa Lavinia ke dalam ruangan tersendiri di dalam ruang kantor Lavinia, laki-laki itu langsung keluar dan diam sampai dokter selesai memeriksa. "Aku sampai linglung harus bersikap seperti apa tadi."
"Linglung tapi berlari sangat kencang memakai hels." Ejeknya, "aku menyapa saja tidak ditanggapi."
"Sudah biasa. Maaf, tadi aku tidak melihatmu." Theresa menatap kakinya yang telah ia ganti mengenakan sendal jepit. "Aku benar-benar ketakutan tadi."
"Memangnya siapa pria itu?"
"Calon dari keluarga bu Lavinia."
"Oh...."
Theresa duduk bersebrangan dengan Jonatgan, dia agak bingung dengan kehadiran laki-laki itu secara mendadak. Namun dia sangat bersyukur karena laki-laki itu datang disaat yang tepat.
"Ada urusan apa kesini?" Theresa mendadak berdiri ketika Jonathan tiba-tiba berdiri. "Eh, mau kemana?"
"Aku pulang saja."
"Kenapa buru-buru?"
"Tadinya cuma mau menemui Lavinia, tapi ya sudahlah, lain kali saja." Meraih topinya, "sampaikan salamku."
"Temui saja dia sebelum pergi."
Jonathan menggeleng, "tidak perlu."
"Tidak apa-apa." Mendorong Jonathan untuk masuk kedalam kamar pribadi Lavinia.
...⚫...
YAPS.....
SETELAH TERLINTAS VISUAL LAVINIA, SEKARANG AKU SUDAH MENEMUKAN VISUAL JONATHAN.
SEKALI LAGI, INI CUMA BAYANGANKU AJA. HEHE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Tuti irfan
cakep banget 😍😍
2022-12-25
1
Kosong (uninstall)
potong rambut dong mas wkwkwkw 😁😁😂
2021-09-02
1
Sunflower nya uwu🌻
like
2021-06-01
1