Angin berhembus semakin kencang, sepertinya akan turun hujan dengan di lihatnya bulan yang terutupi awan hitam. Hotel tempat keluarga Anderson merayakan pesta pernikahan tepat di dekat pinggiran laut, membuat angin semakin terasa dingin menusuk kulit. "Bbrrr....."
Suara seseorang membuat Jonathan menoleh, wanita yang sedang mengusik pikirannya berjalan menghampirinya sembari mengelus kedua lengan yang tidak tertutup. Bibir wanita itu mengembang saat mata mereka bertemu, tapi Jonathan hanya diam memperhatikan langkahnya.
"Kenapa kamu di sini?"
"Seharusnya itu yang aku tanyakan." Jawab Jonathan.
Lavinia hanya tersenyum, "kata Nando, kamu di sini karena merasa bosan. Aku juga merasa bosan, jadi penasaran apa di sini mampu menghilangkan rasa bosanku juga?"
"Hanya untuk beberapa orang yang dapat merasakannya."
"Benarkah?" lalu ikut duduk di samping Jonathan, kepalanya mendongak dan matanya terpejam, dia sedang mencoba menghirup udara segar sedalam-dalamnya. "Benar, di sini menyejukkan."
"Dingin..." Menyampirkan jasnya di kedua sisi bahu Lavinia. "Sudah tau pakai baju terbuka, malah menyusul."
"Hey, aku bukannya menyusul ya. Tapi aku juga merasa bosan di bawah." Jelasnya sembari mendongak, matanya berkedip ketika Jonathan mengelus kepalanya.
Tanpa sadar Lavinia menahan napas karena jarak dekat mereka yang terbilang minim, lagian kenapa juga Jonathan melampirkan jas dengan posisi menunduk? bahkan terlihat sengaja membuat jarak ini.
"Te-terima kasih," gugupnya dengan memakai jas Jonathan untuk menghangatkan tubuhnya. Aroma khas Jonathan menyeruak ke dalam indra penciumannya, bahkan membuatnya mengingat malam dimana mereka pertama kalinya bertemu. "Baumu khas sekali."
"Papa yang membelikanku parfum itu,"
"Oh iya, aku belum melihat papamu? ada dimana?"
Jonathan kembali duduk bersadar. "Biasa, dia orang yang sangat sibuk. Pulang bisa saja sebulan sekali."
"Untuk kebaikan keluarga,"
"Um," tidak lagi mendengar suara Lavinia membuat Jonathan menoleh, wanita itu sedang menatapnya datar. Tidak tahu apa yang dia pikirkan, yang jelas pikiran wanita itu pasti sudah buyar dan melupakan pembicaraan yang sedang mereka bahas. "Aku tau aku ini tampan."
Lavinia langsung menyadarkan diri. "Hah? kepercayan dirimu tinggi sekali Jonathan."
Senyuman Jonathan membuat kedua alis Lavinia menyatu. "Ada apa? kenapa seperti ingin tertawa?"
"Tidak ada,"
"Haih...."
Jonathan menyeret tubuhnya mendekati Lavinia, membuat wanita itu menoleh, matanya terbelalak sempurna ketika bibir tipis Jonathan menyentuh bibirnya. Lavinia membeku ketika laki-laki muda di hadapannya menikmati manis bibirnya, tangannya berhenti mengelus pipi bahkan melepaskan penyatuannya ketika Lavinia mendorong tubuh Jonathan mundur.
"Jaga sikapmu Joe...."
Lavinia terkesiap ketika jemari Jonathan memainkan ujung rambutnya yang di biarkannya menjuntai, "aku lebih suka saat kamu memanggil namaku dengan lengkap."
"Benar kata mamamu, sikap seenakmu terhadap orang itu perlu dirubah Jonathan." Menepis tangan Jonathan dari rambutnya. "Aku pergi,,," ucapnya setelah menaruh jas Jonathan di kursi dengan keras.
Bibirnya tersenyum tipis ketika melihat kekesalan Lavinia memuncak, sebelum wanita itu benar-benar meninggalkannya. Jonathan perlu menahan untuk sejenak. "Kenapa sekarang marah, padahal malam itu kamu sama sekali tidak menolak.?."
Lavinia berhenti, hanya kepalanya saja yang menoleh sedikit, matanya melirik jelas melihat Jonathan. "Kamu tau Jonathan, malam itu tidak terjadi apa-apa antara aku dan kamu. Buang halusinasimu yang berlebihan itu. Lagi pula, anak kecil sepertimu tidak berarti apa-apa untukku."
...⚫...
"Heyy.... Hey.... Lavinia tunggu....." Nando menghela napas lagi, mengejar Lavinia tiada henti. Apalagi ada sesuatu yang membuatnya kesal, wanita itu menutup mulutnya dengan rapat sejak pertemuan mereka di depan lift. "Ada apa sih????"
Langkah wanita itu berhenti membuat Nando bergegas mengejar. "Ada apa?"
"Tidak ada." Menjawab tanpa menatapnya malah membuat pikirannya kemana-kemana. Lavinia berubah sikap, dia tidak pernah sekalipun bersikap ketus seperti ini.
"Ada yang mengganggumu? katakan padaku?"
"Tidak ada, Nando." Wanita itu berbalik. "Aku hanya lelah dan ingin pulang saja."
"Tapi kenapa langkahmu terburu-buru, aku akan mengantarmu. Tunggu sebentar saja, aku akan mencari penjaga yang membawa mobilku."
Lavinia mencegah Nando pergi dengan meraih lengannya. "Tidak usah, aku akan di jemput oleh temanku. Sampai bertemu lagi, aku permisi."
Kepergian Lavinia membuat Nando keheranan, bahkan dia hanya menatap punggung Lavinia yang semakin kecil setelah melangkah jauh. Bahkan Nando tidak bisa berbuat apa-apa ketika wanita itu mengelus kedua bahunya karena kedinginan.
Namun, tiba-tiba sekelibat bayangan keponakannya memenuhi isi kepalanya. Bisa saja Lavinia seperti ini akibat perbuatan Jonathan. Karena sejak siang Jonathan juga sedikit kesal dengan Lavinia akibat kalimat dianggap seperti adik sendiri itu.
Buru-buru ia mencari keberadaan Jonathan, raut wajahnya berubah kesal ketika melihat Jonathan bersama para tamu sedang bersenda gurau. "Bisa-bisanya dia ketawa-ketawa disana tanpa rasa bersalah." Amuknya sebelum mengetahui apa yang terjadi.
Jonathan yang sedang asik berbincang terkejut bukan main karena seseorang menarik lengannya dengan kuat, Nando memaksa membawanya jauh dari keramaian setelah mengangguk sopan kepada para tamu yang sedang berbincang dengan Jonathan karena sikapnya, namun tangan itu terus mencekal lengan Jonathan sangat kuat.
"Oww, om kasar." Ejeknya ketika sudah berada di tempat yang sepi.
"Joe, kasih tau sama om apa yang sudah terjadi.."
Wajah Jonathan terpasang kebingungan. "Apanya?"
"Ada apa dengan Lavinia??"
Wajah kebingungannya berubah menjadi terkejut, matanya melebar kaget. "Loh, Lavinia kenapa? dimana dia?" tanyanya sembari mencari keberadaan Lavinia dengan matanya.
"Kamu tidak tau apa yang terjadi?"
Jonathan kembali menatap Nando. "Memangnya apa yang terjadi?"
Jawaban kebingungan Jonathan membuatnya juga ikut kebingungan, apa dia telah memfitnah keponakannya yang telah membuat Lavinia kesal? "Oh astaga, om kira kamu sudah bertemu dengannya."
"Belum,"
"Waktu dia mencarimu, om mengatakan kalau kamu berada di atap gedung, lalu dia bilang akan menyusulmu kesana." Menunjuk keatas sembari msncari jawaban sendiri atas sikap Lavinia.
Bahunya terangkat.
"Jadi...... Maaf, om sempat mengira kamu telah membuat Lavinia kesal, tiba-tiba saja dia pergi dengan memasang wajah kesal. Om menawarkan diri untuk mengantar saja langsung dia tolak." Jelasnya, Jonathan hanya mengangguk-angguk saja.
Di mata Jonathan, Nando tampak perduli sekali terhadap Lavinia. Jadi dia tidak mungkin menceritakan perihal sikap yang dia lakukan terhadap wanit itu di atap gedung tadi. Nando pernah kehilangan sosok yang di cintainya dan Jonathan tahu betul seperti apa frustasinya Nando Anderson saat itu, jadi kali ini dia tidak ingin merusak hati omnya dengan niatnya merebut hati Lavinia.
...⚫...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments