..."Why you gotta be so rude?"...
...⚫...
"Wihhh..... Ada apaan nih, seorang Jonathan tiba-tiba mengajak bertemu di club?" tanya Omar ketika duduk disebelah Jonathan, laki-laki itu sudah menegak minuman berakohol.
Syakila yang sedang bergabung dengan mereka turut mengangguk mendengar pertanyaan kekasihnya itu, "tumben banget dan itu hampir buat kami berdua jantungan."
"Jangan berlebihan."
"Dih," Omar menegak minuman yang baru dituangkan oleh Jonathan. "Ada apa Joe? ada masalah?"
Senyum tipis laki-laki itu membuat bulu kuduk berdiri, Jonathan sangat berbeda hari ini. "Hanya ingin saja,"
"Ingin saja?" alis Syakila menaut, sahabatnya memang terlihat saat aneh, "Joe, kamu sudah mabuk?"
"Enggak,"
"Mending kita pulang sekarang, ini bukan kamu yang biasanya tau." Syakila berujar dengan penuh kecemasan melihat keanehan Jonathan.
Jonathan menggeleng, tidak ada alasan kenapa dirinya ingin sekali menghabiskan waktu ditempat yang dirinya begitu tidak sukai. Sudah dua botol dia habiskan sendiri, untuk Omar dia bukakan botol lain.
"Sudah hentikan!!!"
Botol ditangan Omar terlempar kelantai hingga pecah, usaha laki-laki itu untuk menjauhkan Jonathan dari minuman gagal karena laki-laki itu sendiri yang menepis hingga terjatuh.
"Omar, please deh, jangan ganggu aku."
Omar menatap tajam, "kamu agak aneh Joe, ini bukan kamu yang seperti biasanya. Kalau ada masalah ya cerita, bukan menghabiskan minuman sendiri dan bersikap aneh."
"Aku tidak butuh omelanmu."
"Terus ngapain kamu manggil kami berdua buat kesini?" Jonathan tidak menjawab, "kalau kamu membutuhkan teman yang diam saja untuk menemani kamu minum ya panggil saja Noval. Karena aku ini teman yang hanya bisa mendengarkan keluh kesah kamu dan bukan cuma menerka dari strange and annoying attitude kamu itu."
Jonathan menghela napas, di taruhnya gelas kosong keatas meja. Menyandarkan punggung dengan relax dan pikiran melayang.
"What do you think, Joe? aku sama Omar bakal dengerin kok." Syakila berpindah duduk disebelah Jonathan, mengelus bahunya lembut. "Ada sesuatu yang mengganjal di hati kamh kan? aku tau itu." Ujarnya ketika Jonathan menatapnya sayu.
"Huh." Syakila dan Omar membiarkan Jonathan menghela napasnya, tidak menyerang dengan banyak pertanyaan. "Seketika aku merasa kenapa aku harus mengenalkan mereka."
Syakila masih mengelus bahu Jonathan.
"Dia wanita yang menarik, mungkin pantas buat seseorang yang berharga bagiku. Tapi, setelah mereka sering bertemu dan bahkan bertukar kabar. Tanpa sadar aku kesal."
Omar mendekati Jonathan dan membuat laki-laki itu menatapnya, "kamu suka sama wanita itu?"
"Gak mungkinlah," menatap Omar. "Bagaimana bisa aku suka sama wanita yang bahkan cocok aku panggil tante." Elaknya.
"Kamu tidak menepis akan hal itu Joe."
"Joe, sebelum semuanya terlambat, kamu harus kasih tau wanita itu kalau kamu suka sama dia." Perintah Syakila secara tegas.
"Gak bisa Cila,"
"Gak bisanya itu kenapa!!!????!
"Dia itu calonnya om Nando."
"BANGS**T." Syakila dan Omar berteriak bersamaan.
Jonathan mengrenyit kesakitan ketika jitakan tangan Omar mengenai dahinya. "Gak usah aneh-aneh deh Joe, kamu pikir itu akan berjalan baik kalau saja kamu merebut calon om Nando?"
"Tapi, aku merasa nyaman saat bersamanya."
"Itu masalahnya," Syakila menyela. "Kalau merasa nyaman kenapa kamu berikan kepada orang lain. Yang akan sakit hati bukan saja om Nando atau kamu Joe, tapi satu keluarga Aleister dan Anderson."
Kalimat panjang Syakila masuk kedalam otaknya. Memang benar, tidak hanya kasih sayang dari omnya yang akan hilang, namun juga perhatian dari seluruh keluarga papa dan mamanya.
"Pikirkan baik-baik Joe."
...⚫...
"Iya, aku sudah didalam."
"......."
"Apa kamu tidak mendengar suara berisik ini?" tanyanya pada seseorang dibalik teleponnya. "Aku sudah melihatmu."
Tangannya melambai tinggi saat melihat sahabatnya mengangkat tangannya.
"Sudah lama?" tanyanya saat sampai ditempat temannya duduk.
"Lumayan, Rafli baru memesan minuman."
Lavinia mengangguk, "aku sedikit trauma pada tempat ini."
Kalimat Lavinia mengundang gelak tawa dari Rafli yang baru saja tiba dimeja mereka. "Aku akan urus kalau sampai dia datang lagi."
"Emm jangan," menaruh gelas yang telah ia tegak sebelum Rafli menaruh diatas meja. "Aku mengenalnya,"
"Kalau mengenalnya kenapa waktu itu lari?"
"Hanya terkejut."
"Dih," Shasha menggeleng pelan. "Jadi, siapa dia?"
"Keponakan teman dari temanku,"
Rafli dan Shasha saling melempar pandangan, tidak bisakah Lavinia menjabarkan kalimatnya dengan benar? otak sepasang kekasih itu tidak sepintar Lavinia yang berpangkat CEO.
"Teman kuliahku dulu berteman dengan mahasiswa dari fakultas kedokteran, dan laki-laki kemarin itu adalah keponakannya." Jelasnya ketika melihat ada guratan tidak paham dari keduanya. "Aku bertemu lagi dengan dia sewaktu menemui pak Rusdan, kepala bagian di kota S. Dia sudah menjadi seorang dokter."
"Oh...." Jawabnya.
"Apa dia masih single?" tanya Shasha.
Lavinia menaruh anggurnya, "siapa? dokter itu?"
Rafli melempar bungkus rokoknya dan menatap Lavinia. "Yang Shasha tanyakan adalah laki-laki itu,"
"Iya, aku tahu......"
"Keponakannya!!!" ucap Rafli.
"Kenapa kalian menanyakan soal keponakannya?"
Shasha tersenyum tipis, "dia terlihat lebih menarik dari siapapun."
"Dari Rafli maksudmu?" sindiran Lavinia membuat Rafli tertawa, "aku tidak sedang melucu."
"Saat aku mengatakan keponakan, raut wajahmu sedikit berbeda, Vinny. Namun saat kamu menceritakan dia adalah keponakan dari seorang dokter yang kamu kenal, itu terlihat biasa saja."
"Memangnya terlihat seperti apa?"
"Terlalu polos!!!" ucap Shasha blakblakan. "Kamu menaruh suka pada keponakan itu? bi Rukma menceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang main kerumahmu, dan menceritakan tentang wajahnya yang terlihat masih sangat muda. Seorang Lavinia membiarkan laki-laki memasuki rumahnya, aneh. Rafli saja, baru kamu izinkan masuk setelah berpacaran tiga tahun denganku."
"Itu hanya ketidaksengajaan."
"Apanya yang tidak sengaja??"
"Sudahlah," Lavinia berdiri, meraih tas dan kunci mobilnya. "Mengobrol dengan kalian membuat kepalaku sakit saja."
"Loh......"
"Aku pulang," teriaknya.
...⚫...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments