..."Kau adalah awal dan juga akhir bagiku"...
...⚫...
Nando dan Jonathan berdiri ketika melihat dua wanita berjalan menghampiri, hanya wajah Theresa yang terlihat sumringah. Untuk Lavinia, wanita itu memang selalu memasang wajah masam.
"Selamat pagi,"
"Pagi," ucap Lavinia sembari meraih uluran tangan Nando, mereka mengobrol bersama layaknya teman lama yang sudah lama tidak bertemu. Cukup terhubung untuk dua orang yang baru saling mengenal.
Jonathan dan Theresa memisahkan diri untuk sarapan pagi ini, membiarkan Nando dan Lavinia untuk berbicara hanya berdua saja.
"Yakin gak nih???"
Tatapannya teralih, ia menatap Theresa dengan wajah setengah bingung. "Maksudnya?"
"Dari tadi tatapanmu selalu menatap kearah sana? apa kamu cemburu?"
"Hah? cemburu?" Jonathan tertawa nyaring, bahkan membuat Nando dan Lavinia yang berjarak tidak cukup jauh menatap kearah mereka, merasa diperhatikan, dia tersenyum tipis. "Maaf ya Theresa, cemburu bagaimana yang kamu maksudkan?"
"Tentang ini, saya takut saja kalau ternyata kamu menaruh perasaan pada Vinny,"
"Eihh," Jonathan menggeleng, "kalaupun ada kemungkinan, aku tetap katakan itu tidak mungkin."
Theresa hanya menatap, "kenapa kamu sampai seyakin itu?"
"Ya, tidak saja, kalaupun iya, Lavinia tidak akan menerimaku kan?" jawaban Jonathan membuat alisnya berkerut heran, dia tidak mengerti maksud dari laki-laki muda didepannya ini.
Sampai Lavinia dan Nando berdiri didekat mereka dan hanya memandang keduanya, "kalian serius sekali hanya untuk sarapan?"
Theresa mendongak setelah sadar telah memperhatikan Jonathan lama. "Tidak, hanya mengobrol kecil,"
"Kita harus pulang sekarang,"
"Ke-kenapa?"
"Kenapa?" Lavinia menatap Jonathan, "apa yang harus saya lakukan disini setelah semua urusan saya selesai Jonathan?"
"Kalian bisa pergi berjalan-jalan dulu,"
"Kalian?" Lavinia selalu terbiasa mengulang setiap kata dari Jonathan yang mengganjal dipikirannya. "Dokter Nando baru ditelepon oleh pihak rumah sakit. Ayo There, ada klien yang sudah menanyakan kapan kita kembali."
"Baik bu,"
Theresa berdiri setelah memasukkan barang-barangnya kedalam tas dan melirik Jonathan sekilas lalu berlari mengejar Laviniam
...⚫...
"Om tertarik?"
"Apa? Lavinia maksudmu?" Melihat Jonathan mengangguk, Nando hanya tersenyum tipis, "dia cocok jadi teman curhat sepertinya."
"Maksud Joe soal calon istri."
"Nando sudah mendapatkan calon istri?" keduanya menatap nyonya Aleister yang mendekat membawa guava juice dan beberapa kue kering. "Kenapa tidak dikenalkan?"
"Nanti mba, kalau sudah jelas."
"Wahh, mba jadi penasaran seperti apa calonmu?" ucapnya sembari duduk menatap adiknya, "aku kira mama akan meninggalkan kita dengan rasa penyesalan tidak melihatmu menikah."
"Jangan berkata seperti itu mba, mama akan baik-baik saja. Aku akan segera mengenalkannya." Menatap layar ponsel, sebuah panggilan tertera disana. "Aku angkat sebentar,"
"Siapa om?" tanyanya ketika melihat Nando sudah berjalan masuk kearahnya.
"Lavinia." Menaruh ponsel diatas meja, "dia mengajak om untuk makan bersama malam ini."
Nyonya Aleister memberikan tissue kepada Jonathan saat laki-laki itu tersedak karena kalimat om nya. "Hati-hati sayang.."
"Terima kasih mama," ucapnya sembari meraih tissue tersebut. "Om mau?"
"Kenapa tidak?"
Nando menatap kearah Jonathan, beberapa hari ini keponaknnya itu bersikap aneh. Selalu menatap tajam kepadanya, bertanya hal yang tidak penting, seperti saat Nando ingin pergi kemana atau Nando mendapatkan telepon dari seseorang yang sepertinya harus Jonathan ketahui.
"Lavinia wanita yang menarik, sesaat senyumnya mampu membuatku terpana." Ujarnya menatap sang kakak, "kami baru bertemu sebentar, namun setiap kalimatnya begitu menenangkan."
"Mba senang, akhirnya kamu menemukan seseorang yang pas dihati kamu."
"Benar. Lagian aku tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan kehilangan Anita dalam hidupku."
Nando tersenyum hangat, "terima kasih mba sudah mau mendukungku selalu."
"Kita inikan hanya dua bersaudara, mendengar kamu menceritakan segalanya kepada mba saja sudah membuat mba sangat bahagia." Nyonya Aleister mengelus punggung tangan Nando dengan lembut, menunjukkan betapa perdulinya ia sebagai seorang kakak untuk Nando.
Keduanya mendongak ketika Jonathan berdiri dengan wajah kurang mengenakkan, "kamu mau kemana sayang?"
Pertanyaan nyonya Aleister tidak diperdulikan, Nando yang melihat itu juga hanya terdiam.
"Sepertinya suasana hatinya kurang baik mba," ucap Nando ketika Jonathan sudah tidak lagi terlihat diruang keluarga.
Raina mengangguk, "mba juga setuju sama kalimat itu, mungkin karena dia masih sangat muda, terkadang suasana hatinga bisa cepat berubah."
...⚫...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments