..."Tetaplah seperti ini, berada disisiku dan jangan pergi"...
...⚫...
"Ini..... Atau yang ini?" Menunjuk spageti berlumur keju, "ini?"
"Em," angguknya.
Setelah menerima sodoran spageti kemauannya, Lavinia melahap dengan anggun, tidak boleh terlalu banyak makan dan tidak boleh membiarkan perut kosong. Huah, Lavinia hidup kesulitan dalam mengatur tubuh idealnya.
"Hanya ini?"
"Iya," jawabnya.
Jonathan menggeleng pelan, setelah hanya memakan ubi rebus, Lavinia hanya memakan spageti, apa wanita itu kenyang? dalam pikirannya.
Tidak habis pikir, hanya untuk dipandang indah oleh orang lain, wanita mampu menipu dirinya sendiri, dengan membohongi perutnya yang terasa perih karena banyak menahan lapar.
"Aku sudah biasa," menjawab dari semua teori milik pikiran Jonathan. "Dan aku memang tidak biasa makan banyak,"
"Bagaimana kalau sedang bersamaku, makanlah dengan banyak?" Lavinia hanya tersenyum, enggan menyetujui kalimat aneh laki-laki yang baru ia kenal beberapa hari lalu. "Lavinia??"
"Hem?"
"Aku tinggal sebentar, kalau ada yang mengajak berkenalan jangan mau."
"Kenapa bisa seperti itu?"
"Anggap saja demi aku,,"
Lavinia menatapnya datar, "memang apa yang akan terjadi jika aku tidak melakukannya demimu?"
"Sesuatu bahaya akan terjadi,"
"Jonathan, jangan berkata yang tidak tidak." Menegaskan kepada Jonatahan, sesuatu yang bahaya tidak baik disangkut pautkan dengan ucapan sementara.
Merasa ada perubahan dari respon Lavinia, Jonatahan tersenyum tidak enak. "Okey, maafkan aku."
"Memangnya mau kemana?"
"Pergi sebentar,"
"Baiklah, hati-hati," ucapnya menyetujui.
Jonathan berlari kencang, membiarkan Lavinia melahap spageti yang baru ia pesankan, hari mulai petang dan rencanya harus tuntas hari ini juga. Setelah mendengar percakapan Nando dan kepala rumah sakit kota S, Jonathan tidak bisa membiarkan kesempatan emas untuk mempertemukan Nando dan Lavinia.
Dia berlari tidak tentu arah, sampai seorang wanita berteriak memanggilnya. "Kemana saja sih,"
"Maaf." Jawabnya, masih mengatur napasnya, Jonathan meraih ponsel, menekan nama Nando untuk ia panggil... "Masih belum diangkat,"
"Bagaimana kalau ommu sudah pulang duluan ke G?"
"Eih," Jonathan menggeleng, "aku dengar sendiri om Nando berbicara dengan direktur rumah sakit kalau om Nando dibolehkan selesai bertugas hari ini, jadi besok sudah pulang."
"Kamu mungkin salah dengar,"
"Tidak. Aku yakin." Jonathan menatap tangan Theresa yang mengambang diwajahnya. "Apasih??"
"Itu siapa? kenapa dekat-dekat sama Vinny?"
Hal itu membuat Jonathan berpaling dari ponselnya, menatap Lavinia yang tengah berbicara dengan seorang pria berjas putih, berkulit putih serta memiliki senyum menawan.
"Om Nando?" Kemudian Theresa menatap pria yang bersama bosnya lalu menatap Jonathan secara bergantian.
...⚫...
"Aku tidak tau kalau ada wanita cantik memakan spageti dengan seanggun itu,"
Lavinia mendongak, melihat siapa yang tengah mengajaknya berbicara membuat matanya membelalak kaget, bahkan ia sempat berdiri dan tersenyum kecil.
"Saya tidak salah orang rupanya,"
"Maksudnya?"
"Saya kira, saya hanya salah lihat dan malah mengajak orang sembarangan untuk bicara."
Lavinia tersenyum, lalu menatap tangan pria itu yang terulur, buru-buru ia menautkan tangannya. "Lavinia,"
"Nama yang indah, saya Nando. Nando Anderson."
"Halo tuan Anderson,"
Nando tertawa kecil, "haih, jangan memanggilku canggung, panggil saja Nando."
"Emm, akan saya coba."
"Laviniaaa...." Keduanya menoleh kearah sumber suara, bahkan suara itu membuat mata Lavinia melebar.
"Jo-Jonathan, dia..." Lavinia terbata-bata, entah kenaoa dia merasa tidak enak karena sudah berjanji untuk tidak menerima pria yang mengajaknya berkenalan.
"Joe, kamu sedang apa disini?"
"Kalian saling mengenal?" tanya Lavinia.
Keduanya saling pandang dengan ekspresi penuh tanya, lalu Nando berjalan mendekati Jonathan, "kamu mengenal Lavinia?"
"Ya, dia......"
"Wanita itu?" tanya Nando setelah menyadarinya.
Anggukan Jonathan membuat Nando tersenyum, dan membuat Lavinia kebingungan.
"Lavinia, dia om ku, Nando."
"Oh, waw, salam kenal." Ujarnya canggung. Lavinia menatap wanita yang tengah berdiri di belakamg Jonathan. "Theresa?"
"Hai,"
"Kalian sedang janji bertemu? atau ini hanya kebetulan saja."
"KEBETULAN!!!!" jawab keduanya.
Nando dan Lavinia tertawa, "apa yang membuat kalian menjawab dengan bersamaan."
"Tidak ada." Jawaban bersamaan itu, lagi-lagi membuat keduanya tertawa.
...⚫...
"Ohh....." Lavinia menatap sinis Theresa, "mencoba mendekatkan saya dengan Nando??"
Theresa menunduk dalam, berada dikamar dengan minim penerangan lalu diiringi lagu dari Led Zeppelin - Stairway to heaven membuat suasana semakin mencekam.
"Maaf, tapi bisakah kita mengganti lagunya?"
Lavinia menatap piringan hitam dikamar hotelnya. "Kenapa?? lagunya bagus kok."
Theresa menghela napas, lututnya sudah pegal karena duduk berlutut dihadapan Lavinia. Seharusnya dari awal dia sudah mempertimbangkan segalanya karena berani mencarikan Lavinia pria. Padahal dia sendiri sudah tahu bahwa bosnya itu tidak akan bisa mencari pengganti pria yang sudah bersarang dihatinya.
"Padahal....."
"Padahal apa?" tanyanya ketika mendengar Theresa menggentungkan ucapannya.
"There sudah berusaha yang terbaik untuk ibu, mencarikan seseorang dengan derajat yang pas, berpendidikan tinggi, bahkan dia sukses tanpa embel-embel kekayaan dari orang tuanya." Matanya berani menatap mata Lavijia. "There mendengar semuanya dari Jonathan, Nando pria yang baik, alasan kenapa dia masih sendiri karena dia pernah jatuh cinta pada seorang wanita yang sudah tidak lagi dapat dia lihat sampai kapanpun."
"Apa maksudnya?"
"Wanita yang dicintai Nando sudah meninggal, dan dia betah sendiri karena masih belum menemukan wanita yang sesuai dengan hatinya." Mata Lavinia memandang keluar jendela. "Bukankah senasib dengan ibu?"
"Dia belum meninggal, There!!"
"Iya, dia memang belum meninggal, tapi dia sudah mati didalam hati ibu."
"Kamu tidak tau apapun soal hati saya, There."
"Akan tetapi saya tau soal keseharian ibu, dan saya dapat membacanya."
Lavinia menghela napas, "sudahlah, saya mau istirahat, besok kita harus pulang."
"Besok kita akan sarapan bersama mereka."
Tangan Lavinia mengambang diatas tombol on/off Dvd. "Terserah."
Musik sudah mati, Theresa bangkit dari berlutunya dan menatap pintu kamar Lavinia yang sudah tertutup.
"Akan aku usahan untuk kebahagiaan anda Bu Lavinia."
...⚫...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
im_ha
10 like untukmu ya Thor. feedback ceritaku Doaku berbeda dengan doamu 💪
2021-06-23
1