..."Hanya dengan menatapmu saja, sudah membuatku sadar, bahwa aku bukanlah hal terpenting dalam hidupmu"...
...⚫...
"Tadi malam pak Jonas terus bertanya tentang keberadaan ibu, ya saya bilang saja kalau ibu masih ada urusan kerjaan." Tutur Theresa, menceritakan kejadian semalam dipesta.
"Kamu memang bisa diandalkan?"
"Dari pada ibu menyetujui permintaan kak Shasha tentang menjodohkan ibu sama laki-laki pilihan kak Shasha, lebih baik ibu menyetujui laki-laki pilihan saya." Ucapnya sembari menepuk dada. "Semua yang There rekomendasikan sangat cocok untuk ibu."
"Dari pada itu, lebih baik bertemu dengan laki-laki pilihan sendiri." Jonathan menyambar pembicaraan antara bos dan sekertaris itu.
Theresa mendelik melihat kearah Jonathan yang duduk santai dibelakang. "Ibu mau kan?"
Lavinia menggeleng. "Kamu pikir saya ini tidak laku ya? There, saya masih harus menangani perusahaan dengan baik."
"Kan ada saya, ibu Vinny tinggal perintah saja semua akan aman terkendali."
"Seperti bisa dipercaya saja." Nyempil Jonathan.
Theresa mendelik lagi kearah belakang, lama-lama berada satu udara dengan Jonathan bisa membuat darah tingginya menurun.
"Mau diturunkan dimana?" Tanya Theresa dengan nada mengintimidasi, pertemuannya dengan Jonathan sangat tidak baik.
"Ah iya, sampai lupa." Lavinia melihat kearah kaca tengah, "kamu mau berhenti dimana, Jonathan?"
"Apartment depan."
"Kamu tinggal di apartment??" Theresa menatap kebelakang penuh.
"Om ku," jawabnya, "kalau mama, papa dan kakak tau aku tidur rumah om tidak akan kenak omel."
"Memangnya semalam kamu tidur dimana?" Pertanyaan Theresa membuatnya kebingungan harus menjawab apa.
"Em...."
Lavinia melirik Jonathan sekilas, "disebelah sini, Jonathan?" lalu memotong pertanyaan Theresa karena melihat Jonathan merasa tidak nyaman.
"I-iya tante,"
Lavinia menepikan mobilnya di halaman gedung apartment, dia ikut keluar saat Jonathan berpamitan.
"Akukan sudah bilang, jangan mengantarku." Ucapnya.
Lavinia tersenyum tipis, "maaf kalau tadi aku sibuk mengobrol dengan There, ada urusan bisnis....."
"Apa laki-laki termasuk bisnis bagimu?"
"Bukan itu..."
"Tante, coba percayakan pada hati tante bukan orang lain, yang akan menjalani hidup bersama laki-laki kan tante sendiri, kenapa sekertaris dan sahabat tante ikut campur..."
"Mereka hanya perduli,"
"Jauhi mereka, seharusnya tante tidak berteman dengan orang seperti mereka." Lavinia terdiam, kalimat Jonathan adalah kalimat yang ia lontarkan pagi ini kepada laki-laki itu sendiri. "Kalau mereka perduli, bukan seperti itu caranya,,,,"
"Beberapa hal memang harus kita pikirkan, Jonathan. Tapi kamu tidak tau apa yang terjadi padaku sampai detik ini...."
"Kalau begitu, jangan perdulikan aku. Terima kasih atas sarapan dan tumpangannya," Lavinia menatap kepergian Jonathan masuk kedalam gedung.
"Bu Vinny," teriakan Theresa membuatnya sadar akan lamunannya, Lavinia berjalan masuk kedalam mobil dan meninggalkan gedung apartment.
...⚫...
"Tumben,,,"
Jonathan menghela napasnya, seharusnya dia tidak masuk kedalam apartment omnya. Dia lupa bahwa adik mamanya itu lebih cerewet dibandingkan kakaknya. "Tidak ada, cuma ingin mampir saja."
"Huh, seperti tidak tau kamu saja." Nando, menyeruput kopinya. "Habis main lagi? kemana?"
"Pergi sama teman-teman," jawabnya.
"Jangan menemui Noval, kamu tau kan? papamu tidak suka kalau kamu berteman dengan sepupumu satu itu." Jonathan hanya mengangguk, walaupun sudah sering kali dilarang agar tidak bermain bersama Noval, nyatanya dia tetap menemui sahabat sekaligus sepupunya itu. "Bermain bersama dia terlalu bahaya untukmu, Jonathan. Kamu akan merugikan masa depanmu. Dulu, sewaktu om semuda kamu, om tidak pernah memikirkan hal macam-macam tentang bersenang-senang."
Jonathan tersenyum, dia menegak air putih dingin ditangannya.
"Kenapa menahan tawa??" pertanyaan omnya hanya ia respon gelengan, "ada apa Jonathan? kamu terlihat sangat mencurigakan."
"Tidak ada om, hanya teringat dengan seseorang."
"Siapa? pacarmu? huh, siapa yang mau pacaran denganmu, kamera adalah cinta matimu kan?" Nando berjalan mendekati Jonathan, "istirahatlah disini, om akan menelpon papamu dan mengatakan bahwa kamu sedang ada disini,"
"Terima kasih om,"
"Kalau butuh sesuatu telepon saja Paris,"
"Iya om, terima kasih."
"Om pergi,,,," ucapnya sembari berjalan menuju tasnya yang tergeletak diatas sofa dan berlalu pergi.
Jonathan merebahkan kepalanya pada sandaran sofa, pikirannya berkeliar pada senyum manis Lavinia. Wanita elegan dengan suara khas miliknya, suara lembut, berwibawa serta sisi perhatiannya Jonathan sangat ingat.
Senyum Jonathan memudar ketika bayangan Lavinia terganti oleh sosok menyebalkan yang baru ia temui tadi pagi dirumah Lavinia. "Astaga, apaan sih, kenapa juga wajah perempuan itu masuk."
...⚫...
Langkah Lavinia dan Theresa berhenti, hanya wajah sekertarisnya yang tersenyum sumringah menatap pria gagah yang menghadang mereka. Sama halnya dengan Theresa, pria itu juga tersenyum manis kearah mereka.
"Selamat pagi pak Jonas." Sapa Theresa sembari menunduk kecil. "Bagaimana kabar bapak?"
"Aih There, kan saya sudah bilang semalam, jika hanya ada kita biasakan panggil dengan nyaman." Ucapan ramah Jonas membuat Theresa tersipu malu, "kabar saya selalu baik, terima kasih sudah bertanya."
Lavinia menatap Theresa. "Kalau begitu, kalian mengobrollah dengan nyaman. There, saya akan menyiapkan berkas untuk rapat pagi ini....."
"Ehhh tunggu bu," Theresa menunduk kecil kearah Jonas. "Permisi pak Jonas."
Melihat langkah lebar Lavinia dengan Theresa yang mengikutinya dengan terburu-buru membuat Jonas berlari mengejar, mencegah Lavinia untuk menghindarinya.
"Laviniaaa....."
Pria itu langsung menekan tombol agar pintu lift tidak tertutup, "There, kamu bisakan naik lift lain, saya ingin bicara dengan bu Lavinia secara pribadi." Ucapnya saat Theresa sudah berdiri dibelakang Lavinia.
Theresa sempat bingung namun tidak mendapat penolakan atau anggukan dari Lavinia membuatnya keluar dari dalam lifr. "Baik pak,"
Theresa menunduk sampai lift tertutup.
Di dalam lift Lavinia menghela napas kesal, dia memang tidak pandai menolak dengan kasar kepada pria yang membuatnya tidak nyaman. Dia hanya cukup berbicara sedikit atau menghindar saja.
"Kenapa kamu menghindariku???"
"Pak Jonas, kita tidak bisa bicara sesantai ini, orang yang mendengar hal ini bisa berpikir macam-macam," terlihat raut kesal dari wajah Jonas, sudah lima tahun lebih ia mencoba mengejar Lavinia namun tidak pernah berhasil, "untuk apa saya menghindari anda dan tolong, bisakah bersikap professional?"
Tanpa mendengar jawaban Jonas, Lavinia berjalan keluar saat pintu lift sudah terbuka. Bahkan sebelum terbuka lebar membuatnya sedikit membenturkan bahunya.
Jonas hanya diam memandangi sampai pintu lift kembali tertutup.
...⚫...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
[💝¹³_ALi💫¹⁶JaFar²⁰*💝
like
2021-11-01
1