..."Hanya dengan satu kali sentuhan, dinding kokohmu akan runtuh, percayalah"...
...⚫...
"Astaga ibuuuu,,,, kemana saja sih?? kenapa telepon saya dialihkan terus dari tadi malam? saya khawatir sama ibu."
Lavinia menjauhkan ponselnya, Theresa selalu mengeraskan volume suaranya saat situasi mendesak terjadi.
"Kenapa ibu diam saja? hah? There itu sampai cari ibu kemana-mana tau tidak?"
Lavinia menggeleng pelan sebelum dia kembali menepelkan ponsel kedaun telinganya. "There, tolong tenangkan dirimu sebentar. Dan bisakah kamu mengecilkan volume suramu? saat ini saya sedang bersiap-siap pergi kekantor, bisa kita bicara saat saya sudah sampai dikantor saja????" Ucapnya dengan nada sedikit meninggi agar ia bisa melebihi kalimat Theresa.
"Ohooo,,, tidak bisa...." Lavinia mematikan panggilan teleponnya, ia tidak perduli Theresa akan bagaimana. Karena jika sekarang ia tanggapi omelan sekertarisnya itu, ada kemungkinan ia akan terlambat sampai dikantor.
...⚫...
Sebelum turun, Lavinia berjalan menuju ruang khusus pakaian dan beberapa perhiasan serta tasnya tersimpan. Tangannya bergerak meraih beberapa kardus berisi tas yang akan ia bagikan kepada karyawannya, dia selalu membagikan barang yang tidak lagi menyenangkan hatinya. Entah itu baru ia beli atau sudah beberapan bulan dan ketinggalan trend.
Langkahnya teratur dan terlihat pelan saat menuruni anak tangga dengan membawa dua kotak kardus dalam ukuran besar. Maklumi saja, dia sedang memakai hak tinggi, bahaya kalau sampai terpeleset.
"Aku benci melakukan ini," ucapnya saat sampai dilantai.
"Mau aku bantuu....."
"Argghhh,,,," Lavinia berteriak kaget sekaligus menahan sakit karena kakinya kejatuhan kardus yang dipeluknya saat suara seorang laki-laki menggema ditelinganya.
"Tante tidak apa-apa?"
"Jonathan, apa yang kamu lakukan disini? kenapa kamu belum pulang?"
Jonathan tersenyum canggung. "Aku tidak enak kalau langsung pulang."
"Kamu mencuci piringnya?" tanyanya melihat dua piring dan gelas basah di atas rak cuci. "Kenapa tidak pulang saja, orang tuamu pasti cemas."
"Santai saja, mamaku sudah mempercayakan aku sebagai anak laki-lakinya. Kalau papa dan kakak sedang tidak ada dirumah, kalaupun mereka sekarang ada dirumah mungkin hanya mengomeliku dan aku sudah terbiasa dengan hal itu." Jawabnya.
Lavinia menghela napasnya. "Astaga Jonathan, walaupun begitu kamu harus tetap pulang dan memberi kabar pada mereka."
"Nanti saja. Tante sedang membawa apa?" melihat dua kardur yang tergeletak dilantai, hingga matanya melihat punggung kaki Lavinia memerah. "Tante terluka,"
"Ah, aku tidak apa-apa." Sembari menarik kakinya saat Jonathan berlutut didepannya, "apa yang kamu lakukan?"
Lavinia tersentak saat laki-laki muda itu mengelus kakinya yang memerah. "Seharusnya tante hati-hati,"
"Itu karena kamu mucul tiba-tiba,"
"Maaf, mau aku bantu," Lavinia tidak lagi bisa mencegah Jonathan membantunya, laki-laki itu sudah bergerak mengangkat dua kardus yang tergeletak dilantai. "Mau dibawa kemana?"
"Kantor,"
"Apa isinya?" tanyanya sembari mengiringi langkah Lavinia menuju pintu keluar.
"Beberapa tas yang tidak lagi dipakai,"
Jonathan tersenyum tipis, "seharusnya suruh mereka saja memilihnya sendiri."
"Apa maksudnya?"
"Bukankah tadi tante mengatakan kalau tante benci melakukan ini." Jonathan tersenyum lagi, "atau, berhenti saja membagikan ini."
"Dari mana kamu tau kalau aku akan membagikan tas-tas ini?"
"Dari dapur, ada bekas kotak kue dan catatan kecil, kue itu mereka berikan sebagai tanda terima kasih atas pemberian tante soal barang-barang tersebut." Jonathan berdecak kecil, "apa mereka tidak tau kalau kue yang mereka berikan tidak sebanding dengan harga tas yang tante berikan."
"Apa aku meminta imbalan untuk itu? aku bahkan tidak tau kapan mereka memberikan kue itu karena yang menerimanya selalu bi Rukma, jika itu aku, mungkin sudah kutolak." Dia memberikan tas dengan senang hati tanpa pamrih, lalu apa ia harus membandingkan harga tas dengan harga kuenya?
"Orang yang dermawan."
Lavinia tersenyum, dia berhenti sembari meraih gagang pintu. "Boleh aku kasih saran? sebaiknya kamu berhenti mencari tau tentang orang lain, Jonathan. Kamu bisa dianggap sebagai mata-mata."
"Menjadi detektif adalah impianku sejak kecil...."
Mereka berdua sama-sama tersentak kebelakang saat pintu terbuka lebar secara mendadak, seorang perempuan dengan pakaian rapi berjalan masuk dan memasang wajah kesalnya. Perempuan itu menepuk tangan dua kali.
"Pintar sekali ibu yaaa,,,,,," ucapnya.
"There...."
"Berani sekali ibu menemui kak Shasha tanpa memberitahuku? ibukan tau kalau itu bahaya buat ibu, dan lagi apa ibu tidak sadar? apa menemui dia membuat ibu lupa tentang pertemuan kita ha??" Lavinia mengurungkan niatnya untuk menjawab semua pertanyaan Theresa, langkahnya refleks mundur ketika Theresa bergerak maju. "Dia bisa saja membahayakan ibu kalau sampai ibu menemuinya tanpa adanya saya. Ibu masih ingatkan beberapa tahun lalu, saat ibu frustasi dan malah menemui kak Shasha, ibu hampir ditiduri dengan empat pria dan...."
"Kalimatmu terlalu kasar untuk seorang teman,"
"Saya ini sekertarisnya..."
"Itu lebih terdengar kasar saat keluar dari mulut sekertaris..."
"DIAM!!!"
"Ups, maaf." Nyali Jonathan menciut,
Theresa maju lagi, membuat Lavinia semakin mundur, "kalau sampai saya tidak datang saat itu, ibu bisa......."
"Bisa......" Jonathan dan Lavinia sama-sama berucap kata terakhir Theresa yang menggantung.
Perempuan itu melupakan kalimatnya, malah menatap Jonathan dengan wajah heran. "Siapa dia, bu Vinny?" tanyanya dan langsung berlari kebelakang Lavinia.
"Perkenalkan There, dia Jonathan. Dan Jonathan dia Theresa, sekertarisku." Jonathan menunduk kecil,
"Jonathan Rea?"
"Itu pembalap motor, kak There." Potong Jonathan.
"Arrggghhh," Theresa menggeleng, "maksud There, siapa dia dan apa yang dia lakukan disini pagi-pagi?"
"Kami bertemu tadi malam?" jawab Lavinia.
"Di....."
"Di club," jawab keduanya.
Theresa mengangguk. "Apa kak Shasha mengenalkan laki-laki ini kepada ibu?"
"Sebenarnya Shasha akan mengenalkan saya kepada temannya. Tapi Jonathan ini bukan laki-laki yang akan dikenalkan Shasha,"
"Lalu kenapa dia ada dirumah ibu pagi-pagi??" Theresa memang akan terus bertanya sampai jawaban dari Lavinia membuatnya puas. "Dan kenapa dia membawa kardus ibu,"
"Ada sesuatu yang tidak bisa saya jelaskan padamu There, dan dia hanya membantu membawakan kotak kardusnya."
Jawaban Lavinia tentu membuat Theresa menatapnya curiga. "Baru kali ini bu Vinny menyembunyikan sesuatu kepada saya."
"Hanya kali ini saja,"
"Dan lagi, baru kali ini ibu membolehkan laki-laki masuk kerumah?"
"Itu juga saya tidak bisa jawab."
"Baiklah, cepat bawa kardus itu kedalam mobil bu Vinny." Ucapnya memerintah, dia menarik lengan Lavinia manja. "Pagi ini akan ada rapat dengan para CEO perusahaan cabang bu,"
"Baiklah, kamu sudah menyiapkan semuanya?"
"Sudah dong,"
Lavinia mengangguk. "Kamu kesini naik taxi??"
"Sejak kapan saya kerumah ibu membawa mobil?"
"Who knows? kalau begitu kita akan mampir dulu mengantar Jonathan, benarkan?" Jonathan mengangguk saat Lavinia menatapnya dan membukakan pintu bagasi. "Ayo masuklah,"
Senyum Jonathan memudar ketika hendak membuka pintu mobil, tangannya bersentuhan dengan Theresa, wajah perempuan itu terlihat sama kesalnya dengannya.
"Kenapa?"
"Kamu yang kenapa? minggir,," Theresa menyenggol lengan Jonathan, agar menyingkirkan tangannya. Mata Theresa membulat besar ketika Jonathan tidak bergerak sedikitpun. "Saya bilang minggir,,"
"Kamu yang minggir, aku mau duduk didepan." Bantahnya.
Theresa tersenyum kecut, "siapa kamu sampai berani duduk didepan, tidak ada yang pernah duduk dibangku depan selain saya."
"Kalau begitu, mulai saat ini aku yang akan menguasai tempat dudukmu," ancamnya.
"Aku tidak perduli,,, minggir....." Bahu mereka saling beradu dengan tangan masih sama-sama menggenggam handle pintu mobil.
Lavinia yang merasa keheranan karena mereka terlalu lama berada diluar, akhirnya turun dan menegur keduanya. "Hei, apa yang kalian lakukan, There cepat masuk kita harus bergegas kekantor."
Mendengar ucapan Lavinia membuat Jonathan merasa kesal, ditambah dengan ekspresi ejekan dari Theresa kepadanya.
...⚫...
TERIMA KASIH SUDAH MAMPIR...
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN YA?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Kosong (uninstall)
sampai sini suka
2021-09-02
1
@✿€𝙈ᴀᴋ hiat dulu⦅🏚€ᵐᵃᵏ⦆🎯™
5 like hadir
2021-06-14
1