..."Semua orang berhak bahagia, walaupun tidak semudah melukis pelangi saat hujan datang"...
...⚫...
Jonathan menguap pelan, matanya menyipit saat tidak sengaja bertemu pandang dengan matahari pagi, silau. Sebuah buku majalah menutupi sinar dari matanya, majalah berisi tips-tips kecantikan. Ia mendongak, menemukan seorang wanita dengan paras cantik terfokus menatap majalah.
Tanpa sadar tangan yang semua menjadi penutup silau, membuat tumpuan untuk dagunya, ia terpana dengan mata wanita itu yang fokus membaca satu demi satu halaman. Jonathan mengerjap matanya ketika wanita itu tersenyum manis kepadanya.
"Apa aku sedang bermimpi?"
Seorang wanita berada satu ranjang dengannya. Sebuah kemustahilan yang mustahil bukan??
"Selamat pagi," sapa wanita itu.
Sekali lagi Jonathan mengerjap matanya, lalu mengumpulkan energinya untuk bertanya. "Si-siapa?"
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu," jawab wanita itu.
Kalimat itu membuat Jonathan terbangun dan terdiam menatap lurus wanita tersebut, "jadi aku tidak sedang bermimpi?"
"Sedang bermimpi? yang benar saja?"
"Apa yang terjadi? kenapa kamu ada di kamarku dan tidur diranjang......" Kalimat Jonathan mengambang, matanya berkeliar menelusuri ruangan, "ini bukan kamarku?"
"Tentu saja bukan kamarmu, karena ini adalah kamarku." Jawabnya.
Jonathan kembali terdiam, "kenapa aku bisa dikamarmu?"
"Karena kamu sedang tidur."
"Maksudku, kapan aku masuk dan tidur disini?"
"Saat kamu sedang tidak sadarkan diri,"
Jonathan menggaruk kepalanya. "Apa maksudnya?"
"Siapa namamu?"
"Jonathan," tangannya bergerak menutup mulutnya yang sempat menganga, sebuah tanda merah pada leher wanita itu, tolong jangan katakan itu perbuatannya. "Ada apa dengan lehermu? itu bukan akukan?"
Wanita itu menutupi lehernya dengan cardigan yang dikenakannya, lalu menyibakkan lengannya yang terdapat bekas kemerahan seperti alergi, "aku alergi dengan anggur hitam, semalam aku kira itu anggur hijau."
"Ahh, alergi anggur hitam ya?"
"Um,"
"Ahh sial, jadi kita bertemu diclub semalam? maaf, aku mengucapkan kata umpatan." Jonathan diam sebentar, dia ingat soal kekalahannya dalam bermain game bersama para sahabatnya, "aku kalah dalam permainan."
"Permainan?"
"Mereka bilang, kalau aku kalah aku harus menegak satu botol dan bermalam bersama wanita, aku bilang pada mereka kalau aku akan minum tapi tidak untuk bermalam bersama wanita." Jonathan meremas rambutnya. "Dan apa kita bermalam bersama??"
"Benar.."
"Maksudku,,,"
Lavinia tersenyum. "Kita tidak melakukan apapun Jonathan, karena aku tidak tau harus membawamu kemana, makanya aku membawamu kemari, tapi aku tidak tau kalau kamu malah tidur dikasurku setelah aku membereskan sofa untukmu."
"Wahh syukurlah," Jonathan mengelus dadanya lega. Bahaya kalau sampai mereka melakukan sesuatu yang lain tadi malam. Jonathan tidak bisa berpikir jernih saat ini.
"Seharusnya kamu tidak berteman dengan mereka, Jonathan." Meliriknya sebelum membalikkan halaman majalah, "bagaimana kalau sampai kamu bertemu orang jahat dan malah dimanfaatkan ketika kamu tidak sadarkan diri,"
"Tapi, kami berteman sejak kecil, dan mereka tidak benar-benar ingin mencelakaiku."
"Berapa umurmu?"
"Dua puluh satu tahun," jawabnya.
"Umurmu masih terlalu muda, Jonathan. Jangan menghabiskan waktumu hanya untuk bermain ditempat seperti itu," Lavinia berdiri dan mengikat tali cardigan. "Dulu sewaktu umurku seusiamu, aku hanya fokus pada kuliah dan karir ku, untuk urusan senang-senang aku jadikan nomor kesekian." Memakai sendal rumahnya. "Jadi, sebaiknya fokus saja pada kuliahmu."
"Tapi,,,,"
"Kamu harus sarapan sebelum pulang," menaruh majalah diatas meja, "kamu suka roti panggang?"
"Suka,"
"Baiklah, bersihkan dirimu dan turun setelah selesai, aku akan membuatkan sarapan." Jonathan hanya mengangguk kikuk.
...⚫...
"Tante, La-vi-nia???"
Lavinia menoleh, meninggalkan roti yang sedang dia olesi, ia menatap Jonathan yang berjalan menghampirinya didapur. "Ada apa?"
"Jadi nama tante bukan Shasha?"
"Kamu mengingat itu?"
Jonathan mengangguk. "Saat membersihkan diri tadi, aku mengingat tentang menanyakan nama dan aku ingat soal nama Shasha."
"Ohhh, iu nama temanku,"
"Maaf, soal semalam."
"Jangan merasa bersalah, berkatmu aku jadi semakin tidak menyukai tempat itu."
"Tante juga tidak menyukai tempat semacam itu?"
Lavinia mengangguk. "Benar, semalam pertama kalinya aku kesana sejak beberapa tahun lalu."
"Umm, apa tante tinggal sendirian?"
"Iya,"
Jonathan memutuskan untuk merubah gaya bicaranya untuk lebih sopan setelah melihat tahun kelulusan milik Lavinia dari universitas ternama, dan sebuah foto bayi dengan tanggal kelahiran milik Lavinia juga. Wanita itu jauh lebih tua darinya, bagaimana bisa wanita hampir seumur mamanya masih tetap secantik itu?
Matanya berkeliaran melihat rumah megah bernuansa warna putih, tidak terlalu banyak pajangan. "Belum menikah?"
"Aku tidak percaya pada pernikahan?" Lavinia kembali sibuk memanggang roti untuk Jonathan dan mengoles roti tanpa dipanggang untuknya sendiri, "mau minum apa?"
"Terserah tante saja."
Lavinia menatap Jonathan, "kamu suka mango juice?"
"Boleh,"
Mendengar jawaban Jonathan, Lavinia berjalan menuju lemari es dan mengambil botol berisi jus mangga yang selalu dibelinya setiap pulang dari kantor, menuangkan isi ke dalam gelas kaca.
"Kenapa tidak percaya pada pernikahan?"
"Apa aku harus menjawabnya? bukankah terlalu cepat menceritakan hal pribadi kepada orang yang baru ditemuinya?"
"Oh, maaf."
"Tidak masalah."
Baru diam beberapa menit, Jonathan kembali membuka suaranya. "Apa tidak ada yang membantu tante membersihkan rumah sebesar ini?"
"Tentu saja ada, bi Rukma namanya, beliau selalu datang saat siang hari untuk membersihkan rumah dan mencuci pakaian," jelasnya,
"Kalau makan?"
"Kadang bi Rukma yang membuatkan, terkadang aku sendiri."
"Kenapa tidak......"
"Sepertinya kamu sudah terlalu banyak bertanya Jonathan." Ujarnya sembari menaruh sajian dihadapan Jonathan.
Jonathan meraih gelasnya dan piring berisi roti panggang berselai cokelat buatan Lavinia. "Hanya penasaran saja?"
"Simpan rasa penasaranmu untuk orang yang baru kamu temui, itu tidak baik,,,"
Jonathan mengangguk. "Aku punya dua om yang bekerja dirumah sakit."
Lavinia mengangkat satu alisnya saat sedang menegak air putih dingin, "kenapa kamu mengatakan itu?"
"Apa tante mau ku kenalkan dengan salah satu om ku, mereka orangnya sangat baik."
"Bukankah aku sudah bilang bahwa aku tidak percaya pada pernikahan."
"Aku hanya ingin kalian berkenalan bukan menikah."
"Aku tidak membutuhkan laki-laki, Jonathan."
"Tapi....."
Lavinia memotong. "Kamu akan dijemput teman atau mau pesan taxi online, biar aku pesankan."
Mendengar hal itu, Jonathan teringat akan dompet dan ponselnya, "dompet dan ponselku?"
"Kamu kehilangan mereka?"
"Sepertinya,,,,"
Lavinia berjalan menuju lemari dan meraih sebuah kaleng berwarna hitam, "bi Rumka selalu menaruh sisa uang belanja disini, akan aku taruh diatas meja, setelah selesai sarapan tinggalkan saja piringnya dan pulanglah, akan aku pesankan taxi online untukmu sebentar lagi,"
"Tante mau kemana?"
"Aku harus bekerja, Jonathan."
Melihat Lavinia berjalan kearah tangga, Jonathan berdiri, "terima kasih tante untuk sarapannya dan maafkan berbuatanku tadi malam?"
"Sama-sama dan tidak masalah," ucapnya lalu berbalik menaiki tangga menuju kamarnya.
...⚫...
SEMANGATTT 💪💪💪
JANGAN LUPA UNTUK LIKE DAN KOMEN YAAHHH...
TERIMA KASIH SUDAH MAMPIR 💜💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Kosong (uninstall)
bagus ceritanya.
2021-09-02
1
Hiat
lanjutt up nya,,,
jangan lupa feedback ya
2021-07-31
1
Aqila Nur
mampir..semangat ka 💪👍
2021-04-06
2