Not A Paid Lover
Tidak ada kata lelah dalam hidup, saat aku sudah melalui semuanya.
.
.
.
.
Menghembuskan nafas berat saat Mawar mendapatkan surat peringatan dari sekolah adiknya untuk segera melunasi penunggakan spp adiknya.
Menatap surat itu dan menatap surat peringatan dari sekolahnya juga yang menyuruhnya untuk segera melunasi semua penunggakan sppnya sebelum akhir semester, agar ia mendapatkan nomer ujian dari pihak sekolah dan ikut dalam ujian akhir semester.
Rasanya ia berat sekali harus melunasi biaya sekolah dia atau adiknya karena dua-duanya sangat membutuhkannya terutama dirinya yang sudah menginjak SMA kelas tiga dan akan lulus tahun ini, sedangkan adiknya yang masih SMP kelas dua.
Mawar yang bekerja di toko roti saat pulang sekolah dengan gajian yang tidak seberapa dan hanya cukup untuk makan serta kebutuhan sehari-hari.
Meskipun begitu adik Mawar juga membantunya, dengan pulang sekolah dia selalu menjajakan jajalan di lampu merah. Mawar selalu memarahinya jika ketahuan adiknya berjualan asongan di lampu merah. Bukan malu, hanya saja dia merasa kasihan melihat adiknya yang lelah karena panasnya matahari dan dinginnya angin malam.
Adik dan kakak saling membantu dan saling mengerti dengan keadaan yang serba kekurangan saat kedua orang tuanya sudah tiada.
Mawar yang hanya mempunyai setengah uang dari sisa gajinya bekerja ia bingung sekali harus menentukan yang mana.
" Buat Mba Mawar saja uangnya, untuk melunasi uang spp mbak." ucap Adik Mawar yang bernama Angga.
" Tapi kamu juga butuh ga." jawab Mawar.
" Enggak papa mbak! Angga kan masih kelas dua, sedangkan mbak Mawar kelas tiga dan habis ini lulus kalau enggak di lunasi mbak Mawar gak bisa ikut ujian dan enggak lulus gimana." ujar Angga, yang memang sedikit ada benarnya.
Jika dia membayar spp adiknya, Mawar tidak akan bisa ikut ujian akhir semester dan tidak akan lulus. Tapi dia membayar sppnya, Angga juga tidak akan ikut ujian serta juga tidak akan bisa naik kelas.
" Kita bagi setengah saja." ucap Mawar, membuat Angga mengerutkan keningnya. " Kita bayar sppnya tiga angsuran dulu biar adil." ujarnya lagi.
" Enggak usah mbak, buat mbak Mawar saja nanti mba di marahi sama guru mba jika tidak di lunasi." tolak Angga, jika memang benar adanya jika tidak di lunasi semua Mawar pasti akan kena marah.
" mbak Mawar enggak pa-."
" Mbak! Angga ini cowok dan Angga enggak akan malu jika tidak naik kelas satu tahun, iya kalau mba Mawar beda cerita." sahut cepat Angga dengan tegas.
" Buat mbak Mawar saja ini uangnya untuk bayar sppnya." ujarnya lagi.
Menghembuskan nafas berat menatap adiknya dengan mata yang berkaca-kaca, terharu saat adiknya mengerti keadaannya dan mau mengalah untuknya.
" Tidurlah ini sudah malam, besok kamu bangun pagikan." kata Mawar dan tak ingin membahas ini lebih lanjut pada adiknya, membuat Angga mengangguk dan tersenyum.
" Selamat malam mba." ucap Angga.
" Selamat malam." jawab Mawar dengan mengusap pipi Angga sebelum dia pergi dari kamarnya.
Menatap kepergian adiknya yang sudah tidak terlihat dari balik pintu, menutup mata saat genangan air di matanya sudah penuh dan mengalir begitu saja di pipinya.
Menghapus air matanya dan menatap kembali dua surat dari sekolah yang berbeda. Terdengar suara pintu yang terbuka membuat Mawar menatap ke arah pintu itu dan mendapati neneknya yang sedang tersenyum menatapnya.
" Nek.?" sapa Mawar dengan tersenyum, berjalan menghampiri Mawar dan duduk di sampingnya.
" Kenapa?" tanya Neneknya.
" Tidak apa-apa Nek.!" jawab Mawar yang tidak ingin menceritakan pada Neneknya karena ia takut jika itu akan membebani pikirannya. " Nenek sudah makan." tanyanya.
" Sudah.!" jawabnya dan mengusap lembut rambut cucunya. " Maafkan nenek enggak bisa bantu kamu sama Angga." ucapnya, membuat Mawar sedikit terkejut dan langsung menatapnya.
" Nenek tau.!" tanya Mawar dan di anggukkan oleh Nenek.
" Nenek enggak sengaja mendengar kalian berdua bicara saat pintunya tidak tertutup tadi." jawabnya dengan jujur, membuat Mawar tersenyum.
" Nenek tidak usah khawatir ya, Mawar akan cari solusinya nanti." kata Mawar agar neneknya tidak terlalu memikirkan sekolah dirinya dan Angga.
" Kamu akan mencari pinjaman dimana.?" tanya Neneknya.
" Aku akan minta potong gaji bulan depan pada bosku Nek, biar Angga bisa ikut ujian." jawabnya dengan tersenyum, Nenek pun hanya mengangguk dan tersenyum.
Dua cucunya ini saling mengerti dan saling sayang, serta dirinya juga merasa bersalah karena sudah membebani hidup mereka yang mau merawatnya di saat orang taunya sudah meninggal sedangkan anak-anaknya yang masih hidup tidak mau merawatnya.
Usia yang sudah tua sulit sekali untuk dia bekerja dan berjalan jauh jika ikut menjajakan jajanannya.
Andai saja Anak dan menantunya masih hidup mungkin Mawar dan Angga tidak akan merasa kesulitan seperti ini.
Ibu Mawar meninggal lima tahun yang lalu karena kecelakaan, dan Dua tahun yang lalu saat putranya meninggal akibat kelelahan karena bekerja. sejak itu hidup Mawar dan Angga berubah menjadi anak yatim piatu dan menjali hidup tanpa orang tua serta harus bekerja untuk kebutuhan hidupnya.
Mawar yang bekerja keras saat pulang sekolah hingga pulang malam membuatnya merasa kasihan, Angga yang diam-diam juga bekerja untuk membantu kakaknya membuatnya juga merasa kasihan. Tidak ada satu pun paman atau bibik datang untuk menengok atau memberi sidikit uang pada ponakan dan pada ibunya yang sudah tua ini, mereka menghilang begitu saja saat ke dua orang tua Mawar dan Angga sudah tidak ada.
" Andai ayah kamu masih ada, mungki kamu dan Angga tidak akan begini Mawar." ucap lirih Nenek dengan meneteskan air mata, menatap ke arah Neneknya dan menghapus air mata yang membasahi pipi kriput wanita tua ini dengan tersenyum.
" Jangan menangis! Mawar dan Angga baik-baik saja kami kuat nek, yang terpenting Nenek doakan kita." ucapnya untuk menenangkan Neneknya dengan tersenyum dan mengusap lembut tangan neneknya.
" Nenek selalu mendoakan kalian." jawabnya dengan tersenyum dan menepuk punggung tangan Mawar.
" Sudah malam sebaikny kamu tidur Mawar." ucap Neneknya.
" Iya nek, Nenek juga istirahat dan jangan memikirkan hal ini ya." pinta Mawar, membuat Neneknya tersenyum dan mengangguk, mengusap lembut pipi cucunya sebelum dia pergi dari kamar Mawar.
Merebahkan tubuhnya di ranjang yang sempit saat Neneknya sudah keluar dari kamarnya. Menatap dinding atas, memikirkan masalah sekolahnya dan tidak mungkin ia harus meminjam uang bosnya lagi saat sisa hutangnya belum lunas, karena pernah meminjam uang bosnya di saat Neneknya jatuh sakit dan harus di rawat inap selama tiga hari di rumah sakit akibat kelelahan karena diam-diam membantunya bekerja.
Mendengar suara ponsel jadulnya yang berbunyi membuat Mawar bangkit dari tidurnya, membuka ponsel jadul dan mendapatkan pesan dari temannya, menimang-nimang tawaran dari temannya hingga dia tersenyum dan menerima ajaran temannya saat melihat nominal pembayaran.
.
.
.
.🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Reisa Adiwidya
thor q dtg
2021-12-19
0
Ris Andika Pujiono
baru nemu novelmu ini thor 🥰
2021-11-14
1
Nia Kurniawati
aku mampir
2021-11-06
0