•
•
•
Satu minggu yang lalu, dimana Rara dan Pras Bramantyo bertemu untuk yang pertama kali, di hari itu juga pertemuan antara Ayah dan Pras kembali terjadi. Laki-laki yang sudah sama-sama berumur itu kembali bertemu setelah sekian lama mereka berpisah dan tidak tidak pernah bertemu karena kesibukannya masing-masing.
Ya, masih di tempat yang sama, di restoran milik Haris lah mereka berdua bertemu. Pras Bramantyo tidak ingin membuang waktunya begitu saja, ia rela meninggalkan pekerjaannya demi untuk bertemu dengan sahabat masa lalunya. Satu jam yang lalu, Pras Bramantyo baru saja sampai di kota kembang tersebut setelah hampir empat jam lamanya laki-laki paruh baya itu menempuh perjalanan dari Jakarta menuju Bandung.
Pras Bramantyo dan Haris Haryanto, mereka berteman semenjak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Pertemanan itu terjadi begitu lama sebelum akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah dan menjalani kehidupan berumah tangga sebagaimana mestinya.
Mereka berdua masih tinggal di kota yang sama. Pras yang memulai karirnya sebagai seorang pengusaha kecil-kecilan, setelah di karuniai seorang anak usahanya itu semakin bertambah pesat. Dan di saat itulah Pras meninggalkan Bandung dan memilih untuk menetap di ibu kota sebagai seorang pembisnis yang telah memiliki perusahaan sendiri.
Pun dengan Haris, semenjak menikah Haris memulai usahanya sendiri di bidang kuliner. Karena istrinya yang pintar dan hobi memasak, maka disitulah awal mulanya seorang Haris membuka usaha tersebut. Haris tidak seperti Pras yang terlebih dahulu sudah di karunia seorang anak. Haris harus menunggu dan bersabar mana kala ia dan istrinya belum juga memiliki keturunan. Dan .. setelah tiga tahun lamanya sepasang suami istri menanti, akhirnya Tuhan mempercayai mereka berdua untuk memiliki seorang putri yang sangat cantik.
"Ris .. bagaimana, apa kamu setuju kalo aku meminta Eira putri kamu itu untuk menjadi menantu di rumahku?" Pras Bramantyo tidak ingin basa-basi dengan tujuannya menemui sahabat masa lalunya itu kesini. Setelah Pras dan Rara bertemu untuk yang pertama kali itu, entah kenapa Pras begitu yakin kalau Rara adalah gadis yang tepat untuk putranya itu.
Haris menarik nafas terlebih dahulu sebelum ia berujar.
"Pras .. kalo aku sih gak masalah, karena aku tahu siapa kamu, istrimu, dan keluargamu." Haris terdiam sejenak. "Tapi .. sebagai seorang Ayah aku gak mau memutuskannya sendiri. Aku harus tanya dulu sama Eira, apakah dia mau atau tidak." ujar laki-laki itu menjelaskan. "Lagian .. apa anak kamu juga mau menikah sama Eira? mereka belum saling mengenal kan?"
"Kalo itu urusan aku, Ris." Pras menyesap kopi dalam gelas itu. "Yang penting, kamu setuju dulu sama permintaan aku ini." ia taruh kembali gelas itu di atas meja, kemudian Pras mengangkat kedua tangannya, untuk ia taruh di atas meja.
"Pras .. Eira itu tidak seperti gadis-gadis yang lain. Aku sangat menyayangi dia. Aku takut jika dia menikah sama Barra .. "
"Jangan khawatir." Pras memotong pembicaraan Haris. "Aku sendiri yang akan menjamin kalo Eira akan baik-baik saja." Pras tahu maksud perkataan dari sahabatnya itu.
"Aku mohon .. kamu pikirkan dulu baik-baik. Aku sangat menyukai putri kamu itu, aku gak mau Barra menikahi orang yang salah. Kamu tahu sendiri kan, bagaimana kehidupan Barra?"
Kepala lelaki itu mengangguk.
"Aku yakin jika Barra menikah dengan Eira, dia akan berubah." Pras menatap wajah sahabatnya itu dengan tatapan memohon. "Percaya sama aku, Ris. Aku sendiri yang akan bertanggung jawab jika Barra sampai menyakiti putri kamu."
Haris menarik nafas dalam, ia tatap wajah sahabatnya itu. Haris percaya dengan Pras. Karena bagaimana pun Pras adalah sahabat terbaiknya, baik di masa lalu atau sekarang.
"Tadinya .. Aku berencana untuk menikahkan Eira dengan salah satu anak pemilik pesantren di kota ini." Jelas Haris kembali. "Tapi .." Haris menatap wajah Pras saat ini. "Baiklah, biar nanti aku bicarakan dulu sama Eira."
"Jadi kamu setuju, kalau Eira menikah dengan Barra.?" Entah kenapa ada perasaan lega di hatinya seorang pengusaha seperti Pras Bramantyo saat ini. Mengetahui Haris sudah memberinya lampu hijau seperti ini, Pras tidak akan membuang waktunya lagi. Ya, Pras akan memastikan sendiri, kalau Barra akan setuju untuk menikahi gadis sholehah dan cantik seperti Eira. Pras yakin, jika Barra akan menyukai Eira.
Semoga saja.
• • •
"Assalamualaikum .."
Ucap Eira saat ia masuk ke dalam rumahnya.
"Waalaikumsalam .. " Ibunya menyahut dari dalam dapur.
"Ibu .." Rara memeluk tubuh ibunya dari belakang. "Ibu lagi masak apa?" tanya gadis itu kembali seraya membenamkan wajahnya di pertolongan leher sang Ibu.
"Ra .. jangan seperti ini? Ibu kan lagi masak, lebih baik sekarang kamu mandi, ganti baju, setelah itu kita makan malam bersama ya?" ujar ibunya sembari mengusap wajah putrinya itu dengan lembut.
Rara tersenyum. "Ya udah, kalo gitu aku mandi dulu ya bu? setelah itu aku bantuin Ibu masak."
"Ya sayang .."
Setelah itu Rara meninggalkan Ibunya yang sedang memasak di dalam dapur. Ia melangkah menuju ke lantai dua dimana kamar gadis itu berada. Rara melepaskan semua pakaiannya dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Setelah menghabiskan waktunya beberapa menit di dalam kamar mandi, gadis itu keluar dengan tubuh yang terlihat sangat segar dan wangi vanila yang menjadi ciri khasnya dari gadis itu.
Mengenakan pakaian rumahan dan kerudung instan, Rara keluar dari dalam kamarnya hendak turun ke lantai bawah. Di saat ia sedang menuruni anak tangga, Rara terkejut saat matanya menangkap sosok seseorang yang kemarin siang bertemu dengannya di restoran.
Ya, Rara mengenal siapa orang itu?
Pras Bramantyo, sahabat ayahnya sekaligus orang yang kemarin siang meminta dirinya untuk menjadi menantu di rumahnya.
Ngapain om Pras ada disini? gerutu gadis itu di dalam hati.
"Ra .. kok bengong?"
Rara terhenyak begitu mendengar suara sang Ayah.
"Kamu gak apa-apa kan?" Tanya ayahnya kembali saat melihat putrinya itu hanya diam saja.
Rara tersenyum. "Rara gak papa kok, Yah." Gadis itu turun dan berjalan ke arah dimana mereka semua sedang menunggunya untuk makan malam. Tak lupa, ia juga tersenyum kepada Pras Bramantyo yang sedari tadi hanya menatapnya.
"Om .. Pras. Apa kabar?"
"Alhamdulillah, Ra. Kabar om baik. Kamu sendiri gimana?"
Rara tersenyum lebar. "Baik juga, Om."
Setelah itu, tidak ada lagi perbincangan yang terjadi saat makan malam itu berlangsung. Mereka semua sangat menikmati dan menyantap makanannya dengan lahap. Bahkan .. Pras Bramantyo saja menyukai semua masakan yang ibunya itu buat.
Tapi .. ada satu hal yang membuat Rara penasaran dengan kehadiran Pras Bramantyo di rumahnya.
Dan rasa penasaran itu semakin bertambah saat ia melihat interaksi yang terjadi antara Ayah dan sahabatnya itu.
"Ra .. " Haris bersuara seraya menyeka sudut bibirnya menggunakan kain.
Rara mengangkat wajahnya, lalu menoleh ke arah sang Ayah.
"Ada yang ingin Ayah bicarakan sama kamu." Ujarnya kembali seraya menatap anak gadisnya itu.
Rara, gadis itu menatap sang Ayah yang kini sedang menatapnya. "Ayah mau bicara apa sama aku?"
"Ayah .. mau mengenalkanmu pada seseorang."
"Seseorang?"
"Hmm .." Kepala lelaki itu mengangguk. "Ayah ingin mengenalkanmu pada anaknya om Pras."
"Iya, Ra." Kali ini yang bersuara adalah Pras Bramantyo. "Om sudah bicara dengan ayah kamu, mengenai permintaan Om yang kemarin."
Rara, gadis itu menatap ayah dan Pras Bramantyo secara bergantian.
"Bagaimana, Ra?" tanya sang ayah kembali. "Apa kamu setuju, untuk menikah dengan Barra?"
"Rara .. " Gadis itu menurunkan pandangan matanya.
"Ayah gak akan maksa kalau kamu gak mau.?"
"Iya, Ra. Om juga gak maksa kamu."
"Ra .." sang ibu menggenggam tangan putrinya itu. "Ibu sudah tahu semuanya, dan Ibu akan mendukung apapun keputusan kamu."
Gadis itu bingung. Apa ini sudah waktunya untuk Rara menikah?
Rara ingat dengan keinginan kedua orang tuanya itu, mereka ingin agar Rara segera menikah. Dan Rara tidak bisa menolak saat Ayahnya itu ingin menjodohkannya dengan salah satu anak pemilik pesantren di dekat rumahnya, meskipun sebenarnya Rara tidak menyukai pemuda itu.
Mungkin .. ini adalah waktu yang tepat agar ia terhindar dari pemuda yang yang selalu datang menemuinya setiap hari.
Rara memejamkan matanya sekilas, lalu .. menatap semua orang yang sedang menunggu jawabannya.
"Rara .. " Gadis itu menunduk. "Rara setuju."
Bukan hanya Ayah dan Ibunya saja yang terkejut, melainkan ada seseorang yang lebih terkejut dari mereka. Siapa lagi kalau bukan Pras Bramantyo, ayah dari Barra Malik Bramantyo, laki-laki yang mungkin sebentar lagi akan menjadi calon suami untuk gadis itu.
• • •
Makasih buat semua yang udah mampir baca ..
Semoga suka sama cerita aku yang satu ini?
Jangan lupa untuk tinggalkan like, komen dan vote juga ya?
Follow IG aku juga yuk?
@hakimparida.
Makasih semua..
Salam sayang selalu ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Ifah Fatur
lnjur terus
2022-09-15
0
Devi Sihotang Sihotang
lanjut thor
2022-08-19
0
🌷Tuti komalasari🌷
langsung like favorit aja...💐
2021-10-24
2