BAB 14 SATPAM

Setelan magrib ibu dan bapak mengajakku ngobrol bertiga di ruang tamu.

"Gimana sekolahnya, Im?" tanya bapak.

"Ya begitulah, Pak," jawabku datar.

"Begitu gimana? Kok kamu nggak bergairah gitu? Nggak seperti waktu pertama kali masuk SMP dulu?" Bapak bertanya lagi.

Aku menghela napas.

"Aku seneng kok Pak dengan sekolah yang baru. Hanya saja aku masih agak kesulitan beradaptasi dengan teman-teman," jawabku jujur.

"Emang kenapa dengan teman-temanmu yang sekarang? tanya bapak dengan cemas.

" Hm ... Nggak ada apa-apa, Pak. Aku hanya butuh waktu saja. Maklum, aku melewatkan hari pertama MOS sehingga pada hari kedua, aku tidak sempat bersosialisasi dengan mereka karena harus berurusan dengan guru BP untuk mempertangggungjawabkan ketidakhadiranku kemarin," jawabku berbohong kepada bapak. Padahal sebenarnya aku masih merasa kurang percaya diri untuk berbaur dengan teman-teman. Secara teman-temanku yang sekarang jauh berbeda dengan teman-teman semasa SMP-ku. Teman-Temanku yang sekarang sepertinya mayoritas berasal dari keluarga berada, sedangkan aku berasal dari keluarga tidak mampu di desaku. Untuk membiayai pendidikanku, bapak dan ibu bekerja dengan keras. Dulu, sewaktu aku masih SD dan SMP, bapak hanya mengelola sawah peninggalan almarhum kakek dan nenek. Kali ini bapak juga menerima pekerjaan tambahan membajak sawah para tetangga, sedangkan ibu menjadi buruh kontrak di sebuah gudang tembakau yang kebetulan bersebelahan dengan sekolahku. Setiap hari, teman-temanku mayoritas membawa motor sendiri atau diantar jemput oleh orang tuanya, sedangkan aku dan beberapa anak yang lain berangkat ke sekolah naik angkutan kota. Tapi, aku bersyukur sudah bisa menempuh pendidikan di sekolah paling favorit di kotaku ini. Hanya saja, terkadang untuk membaur dengan teman-teman yang secara ekonomi berada jauh di atasku, aku masih merasa minder. Aku tidak menyampaikan hal ini kepada bapak dan ibu karena aku tidak mau menyakiti perasaan mereka. Aku tidak mau mengecewakan mereka. Toh, pada saatnya nanti, aku pasti bisa beradaptasi dengan teman-teman baruku di sekolah.

"Oh ya, Im. Kamu sudah tau belum, ternyata Satpam di sekolahmu itu sering datang ke dusun ini loh?" cetus ibuku.

"Oh ya, Bu?" tanyaku tidak percaya. Mendadak aku teringat dengan sosok Satpam aneh yang telah dua kali muncul secara tidak terduga di depanku sore tadi di sekolah.

"Iya, Im. Satpam di sekolahmu itu kebetulan adalah anggota group musik patrol yang diketuai oleh Pak Nuris tetangga kita. Jadi Satpammu itu sering datang ke rumah Pak Nuris untuk berkonsolidasi terkait perkembangan group musik mereka," jawab ibuku.

"Masa orang aneh kayak gitu bisa bermain alat musik, Bu? Yang ada malah jadi serem orang yang menontonnya," protesku.

"Serem gimana, Im. Lah wong orangnya supel banget kok. Ibu pernah melihat aksi permainan mereka waktu berlatih di rumah Pak Nuris. Tidak ada yang aneh dari semua anggotanya. Yang ada mereka cakep-cakep dan kocak-kocak selayaknya pemain musik patrol," jawab ibuku.

"Eheeeeeem ... Ada yang cuci mata diam-diam nih ternyata?" suara bapak menimpali.

"Eh, enggak kok, Pak. Ibu tidak bermaksud begitu. Tidak ada yang bisa nyaingi gantengnya Bapak, kok!" jawab ibu mengklarifikasi pernyataannya.

Aku senyum-senyum sendiri melihat tingkah mereka. Di dalam hati aku masih bingung dengan cerita ibu tentang perilaku Satpam yang diceritakan oleh 'Pangeran Katon'-ku itu.

"Oh ya, Im. Ibu baru ingat sesuatu," cetus ibuku kemudian.

"Ibu mau ke mana?" tanya bapak.

"Tunggu sebentar, ibu mau mengambil sesuatu!" jawab ibuku sambil berlalu pergi menuju ke dapur reot kami.

"Taraaaaaaaaaa ... makanan lezat datang!!!" teriak ibuku sambil membawa nampan berisi nasi tumpeng.

"Halah, gaya bahasa Ibu sekarang sudah kayak artis ibu kota saja," ujar bapak.

"Ups! Iya, ibu sering keceplosan sekarang. Mungkin karena ibu keseringan nonton sinetron di rumah tetangga," jawab ibuku dengan malu-malu.

"Wah! Dapat dari mana, Bu. Makanan sebanyak ini?" tanyaku.

"Tebak dari mana, ayo!" ucap ibuku.

"Ibu tidak sedang merayakan hari kelahiranku, kan?" Aku bertanya sambil berpikir keras.

"Ya enggak lah, Im. Ibu kan tidak tidak pernah merayakan hari ulang tahunmu. Paling kalau pas ada rejeki, ibu ngasih nasi sepiring berisi telor kukus dan mie 'bengkang' goreng ke tetangga," jawab ibuku.

"Terus, makanan sebanyak ini dari siapa?" tanyaku lagi.

"Ini dari Paklik dan Bulikmu, Im," jawab ibu sambil mencentong nasi tumpeng dan lauk ke tiga piring kosong dan membagikannya kepada kami bertiga.

"Loh, emangnya mereka ngadain acara? Kok sampai membuat nasi tumpeng segala?" tanyaku masih dalam kebingungan.

Ibu tertegun sejenak.

"Iya, Im. Mereka sedang memperingati hari kelahiran putri mereka yang diculik orang belasan tahun yang lalu," jawab ibu dengan mata mulai sembap.

Giliran aku yang tertegun mendengar penjelasan ibu.

"Menurut bulikmu, setiap tahun mereka selalu merayakan ulang tahun anaknya itu. Baru taun ini mereka merayakannya di sini," jawab ibuku tanpa bisa membendung air matanya lagi.

"Semoga mereka segera dipertemukan dengan anaknya, ya, Bu?" ucapku dengan nada serak. Entah mengapa, aku tiba-tiba teringat dengan almarhumah Mbah Arni.

"Aamiin ... Pasti anak Paklikmu itu lebih kecil sedikit dari kamu, Im. Kamu masih ingat nggak waktu kamu masih kecil pernah bermain dengan anaknya Paklikmu itu?" tanya ibu sambil membelai rambutku.

"Aku cuma ingat sedikit, Bu. Anaknya kayak anak cowok pokoknya," jawabku.

"He he he .... Iya bener. Anaknya emang mirip anak laki-laki, tapi cantik banget anaknya," jawab ibu dengan tertawa tapi sambil menangis.

"Ya sudah. Ayo buruan kita makan saja makanan ini. Tidak baik membiarkan makanan terlalu lama. Siapa tahu sedekahnya paklik dan bulikmu ini bisa menjadi perantara dikabulkannya doa mereka yaitu ditemukannya anak itu," ucap ibu kemudian.

"Aamiiiin .... Hm ... Keluarga Parto dan Cak Rosid nggak dikasih, Bu?" ucapku.

"Ya, dikasih dong! Kalu Cak Rosid sih sudah ibu kasih tadi. Kalau keluarga Parto masih belum karena tadi pas mau ibu kasih, nggak ada orang sama sekali di rumahnya. Kita pisahkan saja bagian mereka dan kita berikan setelah kita makan," jawab ibu.

"Emangnya Parto dan keluarganya pergi ke mana, Bu?" tanyaku.

"Sepertinya mereka sedang berkunjung ke tempat kerja ibunya duo krucil," jawab ibu.

"Emang kenapa dengan ibu mereka?" tanyaku.

"Kalau nggak salah, kayaknya dia sedang sakit di kota," jawab ibu.

"Semoga lekas sembuh kakak sepupunya Parto itu dan semoga dia bisa segera hidup berkumpul dengan kedua anaknya yang masih kecil," ucapku

"Aamiiin ...," jawab ibu dan bapakku.

"Pak, mau ditambahi telor dadarnya?" tanya ibuku pada bapak.

"Enggak, Bu. Mungkin lebih baik Ibu ngasihkan ke orang yang cakep-cakep saja," ucap bapakku masih dengan nada sewot.

Ibuku tersenyum simpul dengan tingkah bapakku. Ibu merapatkan duduknya ke bapak.

"Bapak nggak boleh cepat marah, nanti gantengnya luntur," rayu ibuku.

"Uhuuuk ... uhuuukkk!!" Aku mendadak terbatuk keselek sambel.

BERSAMBUNG

Es Campur segar rasanya

Update ini ditunggu-tunggu, nggak ya?

Terpopuler

Comments

Susi Hidayati Yukky

Susi Hidayati Yukky

mungkin arini ank perempuan itu yg d culikk

2023-02-20

1

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

es campur nya plus sm mie ayam bakso ya thor..wah tambah gadk gado plus kerupuk udang

2022-12-28

1

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝓴𝓪𝔂𝓪𝓴𝓷𝔂𝓪 𝓐𝓻𝓲𝓷𝓲 𝓭𝓮𝓱 𝓪𝓷𝓪𝓴 𝔂𝓰 𝓭𝓲 𝓬𝓾𝓵𝓲𝓴 𝓲𝓽𝓾 🤔🤔🤔🤔🤔

2022-10-02

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 BAB 1 TEMAN PERTAMA
3 BAB 2 GADIS TOMBOY
4 BAB 3 SIAPA DIA
5 BAB 4 LORONG RUMAH SAKIT
6 BAB 5 KAMAR MAYAT
7 BAB 6 SEBUAH PESAN
8 BAB 7 TERJEBAK
9 BAB 8 TOLOOONG
10 BAB 9 TERNYATA
11 BAB 10 SEBUAH MISTERI
12 BAB 11 SEBUAH FAKTA
13 BAB 12 RUANGAN KECIL
14 BAB 13 ADA SESUATU
15 BAB 14 SATPAM
16 BAB 15 SEBUAH RASA
17 BAB 16 SEBUAH PETUNJUK
18 BAB 17 DAERAH TERLARANG
19 BAB 18 PARTNER BARU
20 BAB 19 PETUGAS PERPUSTAKAAN
21 BAB 20 INFORMASI BERHARGA
22 BAB 21 TANDA DARI ALAM GHAIB
23 BAB 22 TERNYATA
24 BAB 23 DIGANGGU
25 BAB 24 MENCARI PETUNJUK
26 BAB 25 KEJUTAN
27 BAB 26 : MIE AYAM
28 BAB 27 : TAK SENGAJA
29 BAB 28 JALAN MAWAR
30 BAB 29 GAGAL?
31 BAB 30 TAKUT
32 BAB 31 DITEROR
33 BAB 32 PEREMPUAN MISTERIUS
34 Bab 33 Perempuan Berpayung
35 BAB 34 KISAH MBAH NUR
36 BAB 35 TAK DIANGGAP
37 BAB 36 KENANGAN MASA KECIL
38 BAB 37 PENAMPAKAN
39 BAB 38 PERBEDAAN PENDAPAT
40 BAB 39 DOKUMEN LAMA
41 BAB 40 KEPALA SEKOLAH
42 BAB 41 LANTAI KEDUA
43 BAB 42 RUANG RAHASIA
44 BAB 43 TAK DISANGKA
45 BAB 44 TERDESAK
46 BAB 45 TAKUT
47 BAB 46 ALIBI
48 BAB 47 BUKU PEGAWAI
49 BAB 48 TETANGGA
50 BAB 49 ANAK PUNGUT
51 BAB 50 SIRNA
52 BAB 51 GUBUK
53 BAB 52 PERSAHABATAN?
54 BAB 53 THE GENGS
55 BAB 54 WAWANCARA
56 BAB 55 DISKUSI
57 BAB 56 KAKAK BERADIK
58 BAB 57 PENCARIAN
59 BAB 58 : BAU BUSUK
60 BAB 59 : BERBEDA
61 BAB 60 : TAK DISANGKA
62 BAB 61 MENYAMPAIKAN INFO
63 BAB 62 BERHATI-HATI
64 BAB 63 TANGKAP
65 BAB 64 : RENCANA
66 BAB 65 EMOSI
67 BAB 66 : MENJAGA LILIN
68 BAB 67 : LUPA
69 BAB 68 : KEMENANGAN
70 BAB 69 : PENJELAJAHAN
71 BAB 70 : RASA TAKUT YANG BERBEDA
72 BAB 71 : POS KEDUA
73 BAB 72 : KAKEK MISTERIUS
74 BAB 73 : LABIRIN
75 BAB 74 : TEMPAT ASING
76 BAB 75 NYI HANUM
77 BAB 76 : RUMAH NYI SUKMA
78 BAB 77 : JATMIKO
79 BAB 78 : PERMAINAN PERTAMA
80 BAB 79 DIKEJAR WAKTU
81 BAB 80 PANIK
82 BAB 81 : JATUH
83 BAB 82 : PERJUANGAN
84 BAB 83 TERLALU SAYANG
85 BAB 82 : TANTANGAN KEDUA
86 BAB 83 : BUKAN KOLAM BIASA
87 BAB 84 : DINDA DAN RONI
88 BAB 85 : DINDA OH DINDA
89 BAB 86 : MUNCUL
90 BAB 87: JUNGKAT-JUNGKIT
91 BAB 88 : PUTARAN MAUT
92 BAB 89 : TERPEROSOK
93 BAB 90 : TERAKHIR
94 BAB 91 : GODAAN
95 BAB 92 : PERJUANGAN
96 BAB 93 : TERLALU SAYANG
97 PENUTUP SEASON PERTAMA
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Prolog
2
BAB 1 TEMAN PERTAMA
3
BAB 2 GADIS TOMBOY
4
BAB 3 SIAPA DIA
5
BAB 4 LORONG RUMAH SAKIT
6
BAB 5 KAMAR MAYAT
7
BAB 6 SEBUAH PESAN
8
BAB 7 TERJEBAK
9
BAB 8 TOLOOONG
10
BAB 9 TERNYATA
11
BAB 10 SEBUAH MISTERI
12
BAB 11 SEBUAH FAKTA
13
BAB 12 RUANGAN KECIL
14
BAB 13 ADA SESUATU
15
BAB 14 SATPAM
16
BAB 15 SEBUAH RASA
17
BAB 16 SEBUAH PETUNJUK
18
BAB 17 DAERAH TERLARANG
19
BAB 18 PARTNER BARU
20
BAB 19 PETUGAS PERPUSTAKAAN
21
BAB 20 INFORMASI BERHARGA
22
BAB 21 TANDA DARI ALAM GHAIB
23
BAB 22 TERNYATA
24
BAB 23 DIGANGGU
25
BAB 24 MENCARI PETUNJUK
26
BAB 25 KEJUTAN
27
BAB 26 : MIE AYAM
28
BAB 27 : TAK SENGAJA
29
BAB 28 JALAN MAWAR
30
BAB 29 GAGAL?
31
BAB 30 TAKUT
32
BAB 31 DITEROR
33
BAB 32 PEREMPUAN MISTERIUS
34
Bab 33 Perempuan Berpayung
35
BAB 34 KISAH MBAH NUR
36
BAB 35 TAK DIANGGAP
37
BAB 36 KENANGAN MASA KECIL
38
BAB 37 PENAMPAKAN
39
BAB 38 PERBEDAAN PENDAPAT
40
BAB 39 DOKUMEN LAMA
41
BAB 40 KEPALA SEKOLAH
42
BAB 41 LANTAI KEDUA
43
BAB 42 RUANG RAHASIA
44
BAB 43 TAK DISANGKA
45
BAB 44 TERDESAK
46
BAB 45 TAKUT
47
BAB 46 ALIBI
48
BAB 47 BUKU PEGAWAI
49
BAB 48 TETANGGA
50
BAB 49 ANAK PUNGUT
51
BAB 50 SIRNA
52
BAB 51 GUBUK
53
BAB 52 PERSAHABATAN?
54
BAB 53 THE GENGS
55
BAB 54 WAWANCARA
56
BAB 55 DISKUSI
57
BAB 56 KAKAK BERADIK
58
BAB 57 PENCARIAN
59
BAB 58 : BAU BUSUK
60
BAB 59 : BERBEDA
61
BAB 60 : TAK DISANGKA
62
BAB 61 MENYAMPAIKAN INFO
63
BAB 62 BERHATI-HATI
64
BAB 63 TANGKAP
65
BAB 64 : RENCANA
66
BAB 65 EMOSI
67
BAB 66 : MENJAGA LILIN
68
BAB 67 : LUPA
69
BAB 68 : KEMENANGAN
70
BAB 69 : PENJELAJAHAN
71
BAB 70 : RASA TAKUT YANG BERBEDA
72
BAB 71 : POS KEDUA
73
BAB 72 : KAKEK MISTERIUS
74
BAB 73 : LABIRIN
75
BAB 74 : TEMPAT ASING
76
BAB 75 NYI HANUM
77
BAB 76 : RUMAH NYI SUKMA
78
BAB 77 : JATMIKO
79
BAB 78 : PERMAINAN PERTAMA
80
BAB 79 DIKEJAR WAKTU
81
BAB 80 PANIK
82
BAB 81 : JATUH
83
BAB 82 : PERJUANGAN
84
BAB 83 TERLALU SAYANG
85
BAB 82 : TANTANGAN KEDUA
86
BAB 83 : BUKAN KOLAM BIASA
87
BAB 84 : DINDA DAN RONI
88
BAB 85 : DINDA OH DINDA
89
BAB 86 : MUNCUL
90
BAB 87: JUNGKAT-JUNGKIT
91
BAB 88 : PUTARAN MAUT
92
BAB 89 : TERPEROSOK
93
BAB 90 : TERAKHIR
94
BAB 91 : GODAAN
95
BAB 92 : PERJUANGAN
96
BAB 93 : TERLALU SAYANG
97
PENUTUP SEASON PERTAMA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!