BAB 10 SEBUAH MISTERI

Arini histeris begitu mengetahui bahwa jenazah itu memang benar adalah jenazah ayahnya. Arini langsung memeluk dengan erat tubuh kaku ayahnya itu. Berkali-kali ia memanggil nama ayahnya seolah ia tidak ikhlas ayahnya sudah pergi untuk selama-lamanya. Kami bertiga berbagi tugas untuk menenangkan kondisi Arini saat itu. Bapak penjaga bertugas merapikan kembali kain putih yang menutupi jasad ayahnya Arini, Bondan menahan lengan Arini agar tidak terus-terusan mendekap jasad ayahnya, sedangkan aku yang menasehati Arini untuk tidak menjatuhkan air matanya ke jasad orang yang sangat Arini sayangi.

"Lepas, Ndan. Biarkan aku bersama ayah!" teriak histeris anak perempuan itu.

"Jangan begitu, Rin. Ikhlaskan kepergian ayahmu. Beliau pasti ingin kamu kuat menghadapi ujian ini, Rin!" ujarku berusaha menenangkan anak kelas dua SMP 16 itu.

Setelah bermenit-menit menangis sesegukan akhirnya anak perempuan yang tomboy itu pun mulai tenang dan dapat menguasai dirinya.

"Nak, apa ada keluarga lain yang sudah dewasa untuk kmai hubungi?" tanya bapak penjaga kamar mayat pafa Arini.

"T-t-idak, Pak. Ayah tinggal sendirian," jawab Arini.

Jujur aku dan Bondan bingung dengan jawaban Arini tersebut. Tapi, bapak petugas seperti mengerti dengan jawaban teman perempuan kami tersebut.

"Baiklah, kalau begitu. Ayo kita persiapkan kepulangan jenazah ayahmu ini. Biar nanti pak polisi yang akan membantu menghubungi kepala lingkungan di sekitar rumahmu untuk persiapan pemakaman ayahmu. Ayahmu akan dimandikan di rumah atau di sini?" tanya bapak penjaga.

"Dimandikan dan dikafani di sini saja, Pak. Biar nanti di rumah tinggal mensholatkan dan memakamkan saja," jawab Arini.

"Baiklah, kalau begitu, ayo kita segera mempersiapkan segala sesuatunya!" ujar bapak penjaga.

Setelah itu kami pun memandikan jenazah sopir angkot itu dipandu oleh bapak penjaga. Arini masih saja tak bisa menghentikan tangisnya saat membantu untuk memandikan jenazah ayahnya. Akhirnya, ia hanya membantu sebentar saja. Aku dan Bondanlah yang ikut memandikan jenazah ayahnya sampai selesai. Setelah memandikan jenazah, kami juga diajari dan dibantu untuk mengkafani jenazah ayahnya Arini. Sedangkan Arini mengurusi surat-surat yang diperlukan untuk kepulangan jenazah ayahnya. Setelah kami selesai mengkafani jenazah ayahnya Arini dan mobil ambulan yang akan membawa jenazah tersebut datang, kami pun membawa jenazah laki-laki itu keluar dari ruangan tersebut dengan menggunakan brankar. Saat Bondan dan bapak penjaga kamar mayat akan mendorong brankar, tanpa sengaja mataku tertuju pada celana ayahnya Arini yang terkulai di pojokan. Bagian saku depannya terbuka dan aku melihat ada sebuah benda mencungul di sana. Karena penasaran aku pun menunduk dan mengambil benda itu dari saku celana tersebut. Ternyata benda yang kuambil barusan adalah secarik kertas yang dilipat empat. Aku berhenti sejenak untuk membuka lipatan kertas tersebut. Ternyata itu adalah sebuah undangan dari seseorang untuk ayahnya Arini. Tanggal undangannya adalah hari ini jam 5 pagi. Di sana tercetak dengan jelas alamat yang harus didatangi oleh ayahnya Arini. Aku teringat dengan perkataan hantu yang menyerupai penjaga kamar mayat tersebut bahwa kecelakaan yang menimpa ayahnya Arini adalah faktor kesengajaan. Maka, aku pun menyimpan kertas tersebut di saku celanaku. Setelahnya aku pun kembali melanjutkan jalanku. Aku baru sadar kalau Bondan dan bapak penjaga kamar mayat sudah berjalan jauh di depan dan aku kembali berdiri sendirian di ruangan ini. Aku menoleh ke belakang. Ternyata di sana masih ada beberapa jenazah yang terbaring kaku dan belum diambil oleh keluarganya. Rasa kengerianku kembali muncul dan aku pun mempercepat langkahku mengejar Bondan yang sedang mendorong brankar keluar kamar mayat.

"Kemana saja kamu, Im?" sapa Bondan setelah aku berhasil mengejarnya.

"Aku mengambil sesuatu barusan, Ndan," jawabku sambil berbisik.

"Sesuatu apa? Nggak kapok kamu dikurung di kamar mayat oleh arwah?" tanya Bondan.

"Takut sih, Ndan. Tapi, mau gimana lagi. Aku harus mengambil sesuatu yang sepertinya sangat penting ini. Nanti kita bahas setelah kita selesai memakamkan jenazah ayahnya Arini," jawabku masih dengan berbisik.

"Oke, deh!" jawab Bondan.

Petugas mengarahkan kita untuk membawa brankar berisi jenazah ayahnya Arini tersebut ke sebuah ambulan yang sudah terparkir rapi di belakang. Ternyata di samping kamar mayat ini, ada lorong khusus ke luar rumah sakit ini melalui pintu belakang. Di sana Arini sudah menunggu kedatangan kami.

"Nak, saya tidak ikut mengantar jenazah ayahmu pulang, ya? Karena saya harua menjaga jenazah-jenazah yang lain," ucap bapak penjaga.

"Tidak apa-apa, Pak. Saya berterima kasih kepada bapak karena sudah membantu menjaga dan merawat jenazah ayahku. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak dengan pahala yang melimpah," jawab Arini sambil bersalaman dengan bapak penjaga. Kami berdua pun ikut bersalaman dengan petugas tersebut. Salah satu petugas menaikkan dan memasukkan jenazah ayahnya Arini ke dalam mobil ambulan.

"Nak, kamu jangan terlalu takut dengan arwah yang mungkin datang padamu, ya? Mereka tidak akan datang kalau tidak butuh pertolonganmu," ucap bapak penjaga saat bersalaman denganku.

"I-i-iya, Pak," jawabku terbata-bata karena ucapan laki-laki tersebut yang menurutku aneh.

"Nak, Tuhan itu pasti punya rencana yang indah mengapa kita dipertemukan dengan seseorang," ucap bapak penjaga pada Bondan.

"Iya, Pak. Terima kasih," jawab Bondan cuek.

"Mas, titip adik-adik ini, ya?" teriak bapak penjaga pada kedua petugas yang membawa ambulan tersebut.

"Tenang, Bos!" jawab salah satu petugas yang bertugas sebagai sopir ambulan.

"Ayo, Adik-Adik segera naik ke ambulan. Kita akan berangkat sekarang!" ucap petugas yang bertugas menaikkan dan menurunkan jenazah ke dalam mobil ambulan.

Kami bertiga pun masuk ke dalam ambulan. Kami duduk berhadap-hadapan di dalam ambulan. Sedangkan jenazah ayahnya Arini terbaring di tengah-tengah kami. Mobil ambulan pun melaju meninggalkan rumah sakit tersebut. Ternyata di depan mobil ambulan ini ada sebuah mobil polisi yang mengawal jalannya mobil ambulan yang kami naiki. Mungkin polisi itu yang sengaja dihubungi oleh pihak rumah sakit untuk mengawal jenazah ayahnya Arini dan membantu berkomunikasi dengan kepala lingkungan di sekitar rumah ayahnya Arini.

"Rumah ayahnya Arini? Loh, kenapa aku merasa ada yang aneh dengan kalimat itu? Bukankah Arini adalah anak dari sopir angkot yang tewas kecelakaan ini? Mengapa tadi Arini bilang kalau ayahnya tinggal sendirian? Terus, Arini tinggal sama siapa kalau bukan dengan ayahnya? Ah, apa akau yang salah dengar atau memang ada rahasia yang disembunyikan oleh temanku ini yang tidak kuketahui," Aku bertanya-tanya di dalam hati.

Aku menoleh ke arah Arini untuk menelisik raut wajahnya. Apakah ia memang menyembunyikan sesuatu yang tidak kuketahui.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Susi Hidayati Yukky

Susi Hidayati Yukky

arini itu ankkandungnya bukan..?

2023-02-20

0

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

mungki s Arini tinggal ama emak nya Imran

2022-12-28

0

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

ooh knpa tuh benda harus mangcungul sih ...aaah jdi keppo kn s imran

2022-12-28

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 BAB 1 TEMAN PERTAMA
3 BAB 2 GADIS TOMBOY
4 BAB 3 SIAPA DIA
5 BAB 4 LORONG RUMAH SAKIT
6 BAB 5 KAMAR MAYAT
7 BAB 6 SEBUAH PESAN
8 BAB 7 TERJEBAK
9 BAB 8 TOLOOONG
10 BAB 9 TERNYATA
11 BAB 10 SEBUAH MISTERI
12 BAB 11 SEBUAH FAKTA
13 BAB 12 RUANGAN KECIL
14 BAB 13 ADA SESUATU
15 BAB 14 SATPAM
16 BAB 15 SEBUAH RASA
17 BAB 16 SEBUAH PETUNJUK
18 BAB 17 DAERAH TERLARANG
19 BAB 18 PARTNER BARU
20 BAB 19 PETUGAS PERPUSTAKAAN
21 BAB 20 INFORMASI BERHARGA
22 BAB 21 TANDA DARI ALAM GHAIB
23 BAB 22 TERNYATA
24 BAB 23 DIGANGGU
25 BAB 24 MENCARI PETUNJUK
26 BAB 25 KEJUTAN
27 BAB 26 : MIE AYAM
28 BAB 27 : TAK SENGAJA
29 BAB 28 JALAN MAWAR
30 BAB 29 GAGAL?
31 BAB 30 TAKUT
32 BAB 31 DITEROR
33 BAB 32 PEREMPUAN MISTERIUS
34 Bab 33 Perempuan Berpayung
35 BAB 34 KISAH MBAH NUR
36 BAB 35 TAK DIANGGAP
37 BAB 36 KENANGAN MASA KECIL
38 BAB 37 PENAMPAKAN
39 BAB 38 PERBEDAAN PENDAPAT
40 BAB 39 DOKUMEN LAMA
41 BAB 40 KEPALA SEKOLAH
42 BAB 41 LANTAI KEDUA
43 BAB 42 RUANG RAHASIA
44 BAB 43 TAK DISANGKA
45 BAB 44 TERDESAK
46 BAB 45 TAKUT
47 BAB 46 ALIBI
48 BAB 47 BUKU PEGAWAI
49 BAB 48 TETANGGA
50 BAB 49 ANAK PUNGUT
51 BAB 50 SIRNA
52 BAB 51 GUBUK
53 BAB 52 PERSAHABATAN?
54 BAB 53 THE GENGS
55 BAB 54 WAWANCARA
56 BAB 55 DISKUSI
57 BAB 56 KAKAK BERADIK
58 BAB 57 PENCARIAN
59 BAB 58 : BAU BUSUK
60 BAB 59 : BERBEDA
61 BAB 60 : TAK DISANGKA
62 BAB 61 MENYAMPAIKAN INFO
63 BAB 62 BERHATI-HATI
64 BAB 63 TANGKAP
65 BAB 64 : RENCANA
66 BAB 65 EMOSI
67 BAB 66 : MENJAGA LILIN
68 BAB 67 : LUPA
69 BAB 68 : KEMENANGAN
70 BAB 69 : PENJELAJAHAN
71 BAB 70 : RASA TAKUT YANG BERBEDA
72 BAB 71 : POS KEDUA
73 BAB 72 : KAKEK MISTERIUS
74 BAB 73 : LABIRIN
75 BAB 74 : TEMPAT ASING
76 BAB 75 NYI HANUM
77 BAB 76 : RUMAH NYI SUKMA
78 BAB 77 : JATMIKO
79 BAB 78 : PERMAINAN PERTAMA
80 BAB 79 DIKEJAR WAKTU
81 BAB 80 PANIK
82 BAB 81 : JATUH
83 BAB 82 : PERJUANGAN
84 BAB 83 TERLALU SAYANG
85 BAB 82 : TANTANGAN KEDUA
86 BAB 83 : BUKAN KOLAM BIASA
87 BAB 84 : DINDA DAN RONI
88 BAB 85 : DINDA OH DINDA
89 BAB 86 : MUNCUL
90 BAB 87: JUNGKAT-JUNGKIT
91 BAB 88 : PUTARAN MAUT
92 BAB 89 : TERPEROSOK
93 BAB 90 : TERAKHIR
94 BAB 91 : GODAAN
95 BAB 92 : PERJUANGAN
96 BAB 93 : TERLALU SAYANG
97 PENUTUP SEASON PERTAMA
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Prolog
2
BAB 1 TEMAN PERTAMA
3
BAB 2 GADIS TOMBOY
4
BAB 3 SIAPA DIA
5
BAB 4 LORONG RUMAH SAKIT
6
BAB 5 KAMAR MAYAT
7
BAB 6 SEBUAH PESAN
8
BAB 7 TERJEBAK
9
BAB 8 TOLOOONG
10
BAB 9 TERNYATA
11
BAB 10 SEBUAH MISTERI
12
BAB 11 SEBUAH FAKTA
13
BAB 12 RUANGAN KECIL
14
BAB 13 ADA SESUATU
15
BAB 14 SATPAM
16
BAB 15 SEBUAH RASA
17
BAB 16 SEBUAH PETUNJUK
18
BAB 17 DAERAH TERLARANG
19
BAB 18 PARTNER BARU
20
BAB 19 PETUGAS PERPUSTAKAAN
21
BAB 20 INFORMASI BERHARGA
22
BAB 21 TANDA DARI ALAM GHAIB
23
BAB 22 TERNYATA
24
BAB 23 DIGANGGU
25
BAB 24 MENCARI PETUNJUK
26
BAB 25 KEJUTAN
27
BAB 26 : MIE AYAM
28
BAB 27 : TAK SENGAJA
29
BAB 28 JALAN MAWAR
30
BAB 29 GAGAL?
31
BAB 30 TAKUT
32
BAB 31 DITEROR
33
BAB 32 PEREMPUAN MISTERIUS
34
Bab 33 Perempuan Berpayung
35
BAB 34 KISAH MBAH NUR
36
BAB 35 TAK DIANGGAP
37
BAB 36 KENANGAN MASA KECIL
38
BAB 37 PENAMPAKAN
39
BAB 38 PERBEDAAN PENDAPAT
40
BAB 39 DOKUMEN LAMA
41
BAB 40 KEPALA SEKOLAH
42
BAB 41 LANTAI KEDUA
43
BAB 42 RUANG RAHASIA
44
BAB 43 TAK DISANGKA
45
BAB 44 TERDESAK
46
BAB 45 TAKUT
47
BAB 46 ALIBI
48
BAB 47 BUKU PEGAWAI
49
BAB 48 TETANGGA
50
BAB 49 ANAK PUNGUT
51
BAB 50 SIRNA
52
BAB 51 GUBUK
53
BAB 52 PERSAHABATAN?
54
BAB 53 THE GENGS
55
BAB 54 WAWANCARA
56
BAB 55 DISKUSI
57
BAB 56 KAKAK BERADIK
58
BAB 57 PENCARIAN
59
BAB 58 : BAU BUSUK
60
BAB 59 : BERBEDA
61
BAB 60 : TAK DISANGKA
62
BAB 61 MENYAMPAIKAN INFO
63
BAB 62 BERHATI-HATI
64
BAB 63 TANGKAP
65
BAB 64 : RENCANA
66
BAB 65 EMOSI
67
BAB 66 : MENJAGA LILIN
68
BAB 67 : LUPA
69
BAB 68 : KEMENANGAN
70
BAB 69 : PENJELAJAHAN
71
BAB 70 : RASA TAKUT YANG BERBEDA
72
BAB 71 : POS KEDUA
73
BAB 72 : KAKEK MISTERIUS
74
BAB 73 : LABIRIN
75
BAB 74 : TEMPAT ASING
76
BAB 75 NYI HANUM
77
BAB 76 : RUMAH NYI SUKMA
78
BAB 77 : JATMIKO
79
BAB 78 : PERMAINAN PERTAMA
80
BAB 79 DIKEJAR WAKTU
81
BAB 80 PANIK
82
BAB 81 : JATUH
83
BAB 82 : PERJUANGAN
84
BAB 83 TERLALU SAYANG
85
BAB 82 : TANTANGAN KEDUA
86
BAB 83 : BUKAN KOLAM BIASA
87
BAB 84 : DINDA DAN RONI
88
BAB 85 : DINDA OH DINDA
89
BAB 86 : MUNCUL
90
BAB 87: JUNGKAT-JUNGKIT
91
BAB 88 : PUTARAN MAUT
92
BAB 89 : TERPEROSOK
93
BAB 90 : TERAKHIR
94
BAB 91 : GODAAN
95
BAB 92 : PERJUANGAN
96
BAB 93 : TERLALU SAYANG
97
PENUTUP SEASON PERTAMA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!