Aku benar-benar terkejut saat itu, karena aku melihat penjaga kamar mayat yang tadi sempat menghilang, tiba-tiba ia sudah muncul di depanku. Namun wajahnya kali ini terlihat sangat pucat sekali, sehingga aku yakin ia bukanlah manusia biasa, melainkan arwah.
"Astagfirullah!!!" Aku merintih karena ngeri berada sangat dekat dengan makhluk astral tersebut.
KRIEEEEEEET!!! DARR!
Tiba-Tiba ada yang membuka pintu ruangan tersebut.
"Imran???" teriak seseorang dari arah pintu.
"Arini ... Bondan ...," pekikku seraya berlari ke arah mereka bertiga.
Aku sempat menoleh ke lantai yang berada tepat di dekat pintu tadi. Ku pikir jenazah sopir angkot itu masih teronggok di sana. Ternyata jenazah itu sudah lenyap dari tempat tersebut bersamaan dengan munculnya ketiga orang itu.
Aku mengucap rasa syukur karena akhirnya bisa bertemu dengan orang-orang itu. Kupikir aku akan mati ketakutab di tempat ini. Napasku terengah-engah saat aku sudah berada di hadapan kedua temanku itu.
"Ngapain kamu di dalam sini, Im?" tanya Arini keheranan.
"Kamu habis uji nyali ya, Im?" sapa Bondan dengan nada bercanda.
"Uji nyali pale lu peang, Ndan!" jawabku dengan tersengal.
"Kenapa kamu masuk ke dalam tanpa ijin?" tanya orang yang bersama kedua temanku dengan nada tinggi. Orang itu adalah bapak penjaga kamar jenazah yang tadi menyambut kedatangan kami bertiga. Aku tidak berani menatap wajah orang tersebut lama-lama karena teringat dengan kejadian yang baru saja menimpaku.
"I-i-ini, Pak. Tadi ada seseorang yang menyerupai Bapak mengajakku ke dalam ruangan ini. Kemudian orang tersebut menghilang ketika saya sudah sampai di dalam. Dan saya terjebak di dalam ruangan ini sendirian," jawabku dengan terbata-bata.
"Terjebak gimana, Im. Lah wong, kami barusan dengan mudahnya masuk ke ruangan ini karena ruangan ini tidak dikunci," sanggah Arini.
"Halah, kamu ini mengada-ada kan, Im?" cela Bondan membuatku kesal.
"Aku tidak bercanda loh, Rin ... Ndan ... Tadi beneran ada orang yang menyerupai bapak petugas ini mengajakku masuk ke dalam," protesku.
"Buktinya mana? bapak petugas ternyata ada bersama kami, kan?" protes Arini lagi.
"Tapi, Rin-" sanggahku.
"Sudah ... sudah ... Saya paham yang dimaksudkan oleh teman kalian ini. Di sini memang sering terjadi hal yang seperti itu. Perawat dan dokter di sini jarang yang mau masuk ke sini karena sudah banyak dari mereka yang diganggu oleh penghuni ruangan ini," jawab bapak petugas itu membelaku.
"Dengerin tuh! Aku tidak bohong, kan?" Aku menyela.
"Oooo begitu, Pak. K-k-kalau Bapak sendiri pernah digangguin, nggak?" tanya Arini kemudian dengan bibir bergetar. Mungkin dia mulai merasakan adanya aura mistis di ruangan ini. Aku senyum-senyum sendiri melihat reaksinya.
"Kalau awal-awal kerja di sini sih pernah. Tapi, setelah bertahun-tahun bekerja di sini, hal seperti itu sudah tidak pernah terjadi. Mungkin mereka sudah takut sama saya?" jawab bapak petugas dengan wajah menyungging senyum. Aku masih belum bisa berlama-lama melihatnya karena terbayang dengan penampakan tadi.
"Apa Bapak punya trik khusus, sehingga hantu-hantu itu tidak berani mengganggu bapak?" tanya Bondan penasaran.
Bapak petugas nampak menatap mata Bondan selama beberapa detik, seolah-olah dia berusaha mengingat-ingat sesuatu.
"Menurut saya sih rahasianya ada di pikiran saya sendiri. Saya harus punya pikiran positif dan tulus dalam merawat mayat-mayat ini. Insyaallah tidak akan terjadi apa-apa. Apalagi yang saya lakukan di sini adalah merawat jenazah-jenazah yang akan menghadap Sang Pencipta. Mungkin mereka sudah paham kalau saya tidak akan bergeming dengan apapun godaan yang mereka lakukan. Saya tetap akan mengurus jenazah-jenazah itu. Di saat orang lain malah menjauh karena ngeri melihat jenazah-jenazah yang tidak semuanya berbentuk utuh, saya justeru tetap merawatnya dengan baik" jawab bapak petugas.
"Iya juga sih, Pak. Kebanyakan yang sering menggoda itu kan jin qorin yang sudah sekian lama menemani hidup si jenazah, jadi tidak ada alasan bagi jin itu untuk mengganggu orang yang mengurus jenazah manusia tersebut?" celetuk Arini.
"Bisa jadi," jawab bapak petugas.
"Tapi, masa jin qorinnya semuanya seperti itu. Ada nggak yang bandel tetap mengganggu Bapak?" tanya Bondan tiba-tiba.
"Heeeeem ... Ada," jawab bapak petugas setelah berpikir selama beberapa detik.
"Oh ya? Bagaimana ceritanya bisa terjadi hal itu?" tanya Arini.
"Beberapa waktu yang lalu ada yang gangguin saya. Sosoknya masih sangat belia. Dia mengganggu konsentrasi saya dan tim untuk mengurus jenazahnya. Hanpir saja tim saya kabur karena digangguin oleh arwah itu," jawab bapak petugas.
"Gangguin seperti apa, Pak?" tanya Arini lagi.
"Tiap tim saya mau mandiin jenazahnya, arwah gadis itu mengganggu dengan menjatuhkan benda-benda di sekitar sini. Kami sempat kebingungan dibuatnya. Segala cara sudah kami lakukan tidak membuahkan hasil," jawab bapak petugas.
"Terus bagaimana, Pak?" tanya Arini penasaran.
"Kami pikir mungkin arwahnya tidak bisa tenang karena belum ada keluarganya yang datang menjemput. Jenazah itu nyaris dinyatakan sebagai Miss-X. Akhirnya kami berpencar membantu kepolisian mencari keluarganya dan syukurlah kami menemukan ibunya yang dalam kondisi sakit dan tinggal agak terpisah dari penduduk. Setelah ibunya melihat jenazah anaknya, gangguan-gangguan itu pun sirna," tutur bapak penjaga.
"Wah ... tragis juga ya, Pak?" pekik Arini.
"Iya. Ternyata anak gadis itu adalah harapan satu-satunya ibunya. Ibu itu bekerja membanting tulang untuk anaknya, tapi anaknya meninggal mendahului ibunya," jawab bapak penjaga.
"Semoga ibunya bisa ikhlas menerima kenyataan pahit tersebut," ujar Arini.
"Ayo, kita segera memeriksa mayatnya! Kamu harus tabah ya apapun yang terjadi! Jika memang jenazah itu adalah ayahmu, kamu harus ikhlas. Itu sudah takdir dari Allah Subhanahuwata'ala," tegas bapak penjaga.
"I-iya, Pak!" jawab Arini dengan perlahan. Ia tidak dapat menyembunyikan rasa khawatirnya.
Kami berempat pun berjalan mendekati brankar yang terletak paling ujung. Ternyata jenazah itu masih tertutup sempurna oleh kain putih. Bapak petugas berjalan di depan, menyusul Arini berjalan di belakangnya, sedangkan aku dan Bondan berjalan paling belakang.
Bapak penjaga berdiri menempel tembok menghadap kami bertiga, Arini berdiri di sampinv kepala jenazah itu, Bondan berdiri lurus dengan perutnya, dan aku berdiri di sebelah kakinya.
"Kamu lihat baik-baik ya, Nduk!" ucap bapak penjaga sambil menarik penutup kain bagian atas. Kami menunggu tersingkapnya kain itu dengan penuh rasa was-was.
"Bismillahirrohmanirrohiiim ...," ucap bapak penjaga saat akan menyingkap kain putih itu. Kami bertiga mengikuti ucapan basmalah tersebut.
Kali ini bagian wajah mayat tersebut sudah terbuka dengan sempurna. Arini yang berada tepat di hadapan wajah mayat tersebut tampak memeriksa dengan saksama wajah itu. Aku dan Bondan menahan napas berharap itu bukanlah ayahnya Arini.
BERSAMBUNG
Buah semangka buah pepaya.
Ditunggu komentarnya, ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Susi Hidayati Yukky
sungguh di buat penasaran... lama gak buka applikasiny karena sudhkarang ad cerita yg menarik ..
2023-02-20
0
Ganuwa Gunawan
buah semangka ma buah pepaya nya buat aku aja thor...enak kaya nya tuh d campur ama es batu plus susu cap emak..heum pasti enak
2022-12-28
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓳𝓭 𝓹𝓮𝓷𝓪𝓼𝓪𝓻𝓪𝓷 𝓷𝓲𝓱😱😱😱😱😱😱
2022-10-02
0