BAB 6 SEBUAH PESAN

Detik demi detik berlalunya kedua temanku itu benar-benar aku rasakan. Entah mengapa, semakin mereka menjauhi posisiku berdiri, suasana seram di dalam kamar jenazah ini semakin terasa saja. Untunglah bulu kudukku belum merinding, sejauh ini bulu kudukku kalau sudah merinding menandakan benar-benar ada makhluk astral di dekatku. Hanya suasana pengap dan hening saja yang aku rasakan saat itu. Namun, itu sudah cukup membuat darahku mendesir dengan cepat.

Aku memutar tubuhku untuk mengamati keadaan sekitar ruangan ini. Tembok ruangan ini berwarna putih, namun sudah kusam karena lama tidak dicat ulang. Bau zat kimia begitu santer di ruangan ini. Mungkin zat tersebut yang digunakan untuk mengawetkan jenazah supaya tidak membusuk sambil menunggu dijemput oleh keluarganya. Suasana hening dan mencekam seperti ini mengingatkanku saat menjaga ibuku di Puskesmas beberapa tahun yang lalu. Kebetulan waktu itu aku sempat diganggu oleh beberapa penghuni tak kasat mata di Puskesmas tersebut.

"Ya Tuhan ... kenapa aku malah mengingat-ingat kejadian tersebut di tempat seperti ini?" bisikku di dalam hati.

Menyadari kekeliruanku tersebut, aku pun segera mengalihkan pikiranku terhadap hal-hal yang lain agar tidak memicu makhluk-makhluk halus di sini untuk menggangguku. Aku pun mencoba bersenandung di tempat tersebut. Mungkin sudah apesnya, yang aku senandungkan malah reff lagu mistis band sekolah lamaku. Ampun dah!

Pikiranku menjadi kacau balau semenjak ditinggal oleh kedua temanku barusan. Segala cara kulakukan untuk menghilangkan pikiran buruk itu malah yang terjadi sebaliknya. Lampu di ruangan tersebut yang semula terang benderang, tiba-tiba meredup dengan sendirinya. Alhasil, suasana di ruangan tersebut menjadi semakin mencekam saja. Tidak cukup sampai di situ saja, selanjutnya aku mendengar suara seperti korsleting listrik dari lampu bohlam di ruangan tersebut.

"Tidak! Apakah lampunya akan mati?" pekikku di dalam hati.

Menyadari ketidakberesan yang terjadi, aku pun berinisiatif untuk keluar saja dari ruangan tersebut sebelum lampu bohlam tersebut benar-benar mati dan aku terjebak di dalamnya.

TAP TEP TAP TEP

Saat aku melangkah untuk meninggalkan ruangan tersebut, tiba-tiba aku mendengar suara langkah seseorang dari arah luar ruangan ini menuju ke tempatku berada. Beberapa detik kemudian, aku melihat si pemilik suara langkah kaki itu pun muncul dari balik pintu.

"Mau kemana, Dik?" sapa laki-laki yang ternyata adalah petugas kamar mayat yang tadi membawa kedua temanku keluar ruangan ini.

"I-i-ini saya mau ke luar dulu Pak, soalnya lampunya kayak konslet," jawabku dengan gugup.

"Lampunya emang begitu, tidak apa-apa. Ayo, kita ke dalam untuk melihat mayatnya!" ucap pria itu dengan nada datar sebagai ciri khasnya.

Entah mengapa, setiap mendengar perkataan bapak petugas kamar mayat ini, aku merasa tidak bisa membantahnya. Ada faktor tidak enak yang merasuk ke pikiranku. Mungkin dari intonasi atau emang pembawaan bapak petugas ini yang setiap berbicara harus aku turuti. Padahal, ada hal mengganjal yang ada di pikiranku saat itu. Ya, aku bertanya pada diriku sendiri,

"Kemana perginya Bondan dan Arini?"

Tanpa menggubris kegusaranku, bapak petugas melangkah berpapasan denganku menuju pintu yang masih tertutup di dalam ruangan itu. Bau zat kimia menyengat menebar dari pakaian yang dikenakan pria tersebut.

"Duh, berat juga ya jadi petugas kamar mayat? Tiap hari berhadapan dengan mayat dan zat-zat kimia yang mungkin tidak baik untuk kesehatan," pikirku di dalam hati.

Aku berjalan tepat di belakang pria berusia empat puluh tahunan tersebut. Saking dekatnya, punggung pria itu berada tak lebih dari semeter di depanku. Aku berjalan mengikutinya menuju ke pintu yang masih tertutup itu. Beberapa detik kemudian, kami berdua menghentikan langkah karena kami sudah tepat berada di depan pintu yang tingginya sekitar dua meteran dan lebarnya sekitar satu setengah meter. Bapak petugas memutar knop pintu bermodel kuku tarung dan berbahan melanin itu.

"Pak, apa tidak sebaiknya kita menunggu teman-temanku terlebih dahulu?" Entah dari mana datangnya keberanianku sehingga keluar kata-kata itu dari mulutku, tepat saat petugas kamar mayat di depanku ini akan mendorong daun pintu ke arah dalam.

Petugas kamar mayat tersebut menoleh sejenak ke arahku. Menatap mataku dengan wajah dinginnya. Saat itu aku berujar pada diriku sendiri bahwa apa pun yang akan dikatakan oleh pria di depanku ini, akan aku iyakan saja. Dari pada dia marah dan urung memberikan kesempatan kepada kami untuk memberikan ijin memeriksa mayatnya.

"Sebentar lagi teman-temanmu juga akan menyusul ke sini. Biar kita siapkan dulu mayatnya," jawabnya masih dengan nada datar, tapi kali inj lebih tegas. Bahkan kalau boleh saya katakan, ia terlihat agak marah.

"B-b-baiklah, Pak!" jawabku perlahan.

"Kenapa? Kamu takut, ya?" ucap pria itu lagi tanpa menoleh ke arahku lagi Kali ini ia fokus mendorong daun pintu itu ke dalam hingga pintu ruangan itu pun terbuka sangat lebar.

"Astagfirullah!" pekikku spontan begitu melihat deretan brankar di dalam ruangan itu. Ada sekitar sepuluh brankar di dalam ruangan tersebut yang terjajar rapi. Sementara di sekelilingnya terdapat kotak-kotak mirip kitchen set, tapi ukurannya lebih lebar. Mungkin di kotak-kotak mirip kitchen set itulah, beberapa mayat disimpan. Hawa dingin menyergap tiba-tiba, sepertinya berasal dari kotak-kotak itu. Yang bikin aku bergidik ngeri adalah, di atas brankar-brankar itu terdapat onggokan tubuh yang ditutup dengan kain putih.

"Tidak usah takut. Semua yang hidup pasti akan mati ...," ucap pria tersebut secara tiba-tiba.

"I-i-iya, Pak!" jawabku gemetaran.

"Mayat sopir angkot itu ada di sebelah sana," ucap bapak petugas sambil menunjuk ke salah satu jenazah yang letaknya paling ujung. Untuk mencapainya, aku harus melewati beberapa jenazah yang lain.

"I-i-iya, Pak. Kita tunggu kedua temanku datang terlebih dahulu. Karena salah satu temanku yang akan memeriksa mayat tersebut apakah ayahnya atau bukan," jawabku masih dengan perasaan tak menentu.

"Im ...," Pria itu tiba-tiba memanggil namaku. Entah dari mana ia bisa tahu namaku padahal kita belum berkenalan. Mungkin kedua temanku yang telah memberitahukan namaku pada pria tersebut. Pria itu tidak hanya memanggilku, tapi dia juga memegang tangan kiriku. Suhu tubuh pria tersebut sangat dingin. Bahkan lebih dingin dari suhu di ruangan ini.

"A-a-ada apa, Pak?" tanyaku.

"Ada yang sudah merencanakan kecelakaan yang menimpa sopir angkot itu," jawab petugas itu dengan suara agak tinggi.

"Apa maksud Bapak?" tanyaku dengan rasa penasaran.

Pria itu menoleh ke arahku dan menatap lekat kedua mataku. Sepertinya ia akan menyampaikan sesuatu. Hingga kemudian ...

BRAAK!!

BERSAMBUNG

Bang Mamat jualan pulsa

Bang Amir jualan kuota

Selamat menunaikan ibadah puasa

Semoga amal ibadah kita diterima oleh Sang Pencipta.

Jangan lupa untuk membaca novelku yang lain

KAMPUNG HANTU

MARANTI

Novel ini juga tayang di aplikasi KBMApp dengan judul yang sama dan nama penulis Junan1983

Terpopuler

Comments

Tantina Wyvaldia

Tantina Wyvaldia

agaknya petugas yang barusan datang itu jelmaan dari salah satu jenazah di kamar mayat ini

2024-04-21

0

Susi Hidayati Yukky

Susi Hidayati Yukky

dirasuki kah.?? atau arwahnya menyamar .?

2023-02-20

0

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

bang Mamat jualan pulsa
bang Amir jualan kuota...
yg jualan kolor sapa thor...???

2022-12-27

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 BAB 1 TEMAN PERTAMA
3 BAB 2 GADIS TOMBOY
4 BAB 3 SIAPA DIA
5 BAB 4 LORONG RUMAH SAKIT
6 BAB 5 KAMAR MAYAT
7 BAB 6 SEBUAH PESAN
8 BAB 7 TERJEBAK
9 BAB 8 TOLOOONG
10 BAB 9 TERNYATA
11 BAB 10 SEBUAH MISTERI
12 BAB 11 SEBUAH FAKTA
13 BAB 12 RUANGAN KECIL
14 BAB 13 ADA SESUATU
15 BAB 14 SATPAM
16 BAB 15 SEBUAH RASA
17 BAB 16 SEBUAH PETUNJUK
18 BAB 17 DAERAH TERLARANG
19 BAB 18 PARTNER BARU
20 BAB 19 PETUGAS PERPUSTAKAAN
21 BAB 20 INFORMASI BERHARGA
22 BAB 21 TANDA DARI ALAM GHAIB
23 BAB 22 TERNYATA
24 BAB 23 DIGANGGU
25 BAB 24 MENCARI PETUNJUK
26 BAB 25 KEJUTAN
27 BAB 26 : MIE AYAM
28 BAB 27 : TAK SENGAJA
29 BAB 28 JALAN MAWAR
30 BAB 29 GAGAL?
31 BAB 30 TAKUT
32 BAB 31 DITEROR
33 BAB 32 PEREMPUAN MISTERIUS
34 Bab 33 Perempuan Berpayung
35 BAB 34 KISAH MBAH NUR
36 BAB 35 TAK DIANGGAP
37 BAB 36 KENANGAN MASA KECIL
38 BAB 37 PENAMPAKAN
39 BAB 38 PERBEDAAN PENDAPAT
40 BAB 39 DOKUMEN LAMA
41 BAB 40 KEPALA SEKOLAH
42 BAB 41 LANTAI KEDUA
43 BAB 42 RUANG RAHASIA
44 BAB 43 TAK DISANGKA
45 BAB 44 TERDESAK
46 BAB 45 TAKUT
47 BAB 46 ALIBI
48 BAB 47 BUKU PEGAWAI
49 BAB 48 TETANGGA
50 BAB 49 ANAK PUNGUT
51 BAB 50 SIRNA
52 BAB 51 GUBUK
53 BAB 52 PERSAHABATAN?
54 BAB 53 THE GENGS
55 BAB 54 WAWANCARA
56 BAB 55 DISKUSI
57 BAB 56 KAKAK BERADIK
58 BAB 57 PENCARIAN
59 BAB 58 : BAU BUSUK
60 BAB 59 : BERBEDA
61 BAB 60 : TAK DISANGKA
62 BAB 61 MENYAMPAIKAN INFO
63 BAB 62 BERHATI-HATI
64 BAB 63 TANGKAP
65 BAB 64 : RENCANA
66 BAB 65 EMOSI
67 BAB 66 : MENJAGA LILIN
68 BAB 67 : LUPA
69 BAB 68 : KEMENANGAN
70 BAB 69 : PENJELAJAHAN
71 BAB 70 : RASA TAKUT YANG BERBEDA
72 BAB 71 : POS KEDUA
73 BAB 72 : KAKEK MISTERIUS
74 BAB 73 : LABIRIN
75 BAB 74 : TEMPAT ASING
76 BAB 75 NYI HANUM
77 BAB 76 : RUMAH NYI SUKMA
78 BAB 77 : JATMIKO
79 BAB 78 : PERMAINAN PERTAMA
80 BAB 79 DIKEJAR WAKTU
81 BAB 80 PANIK
82 BAB 81 : JATUH
83 BAB 82 : PERJUANGAN
84 BAB 83 TERLALU SAYANG
85 BAB 82 : TANTANGAN KEDUA
86 BAB 83 : BUKAN KOLAM BIASA
87 BAB 84 : DINDA DAN RONI
88 BAB 85 : DINDA OH DINDA
89 BAB 86 : MUNCUL
90 BAB 87: JUNGKAT-JUNGKIT
91 BAB 88 : PUTARAN MAUT
92 BAB 89 : TERPEROSOK
93 BAB 90 : TERAKHIR
94 BAB 91 : GODAAN
95 BAB 92 : PERJUANGAN
96 BAB 93 : TERLALU SAYANG
97 PENUTUP SEASON PERTAMA
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Prolog
2
BAB 1 TEMAN PERTAMA
3
BAB 2 GADIS TOMBOY
4
BAB 3 SIAPA DIA
5
BAB 4 LORONG RUMAH SAKIT
6
BAB 5 KAMAR MAYAT
7
BAB 6 SEBUAH PESAN
8
BAB 7 TERJEBAK
9
BAB 8 TOLOOONG
10
BAB 9 TERNYATA
11
BAB 10 SEBUAH MISTERI
12
BAB 11 SEBUAH FAKTA
13
BAB 12 RUANGAN KECIL
14
BAB 13 ADA SESUATU
15
BAB 14 SATPAM
16
BAB 15 SEBUAH RASA
17
BAB 16 SEBUAH PETUNJUK
18
BAB 17 DAERAH TERLARANG
19
BAB 18 PARTNER BARU
20
BAB 19 PETUGAS PERPUSTAKAAN
21
BAB 20 INFORMASI BERHARGA
22
BAB 21 TANDA DARI ALAM GHAIB
23
BAB 22 TERNYATA
24
BAB 23 DIGANGGU
25
BAB 24 MENCARI PETUNJUK
26
BAB 25 KEJUTAN
27
BAB 26 : MIE AYAM
28
BAB 27 : TAK SENGAJA
29
BAB 28 JALAN MAWAR
30
BAB 29 GAGAL?
31
BAB 30 TAKUT
32
BAB 31 DITEROR
33
BAB 32 PEREMPUAN MISTERIUS
34
Bab 33 Perempuan Berpayung
35
BAB 34 KISAH MBAH NUR
36
BAB 35 TAK DIANGGAP
37
BAB 36 KENANGAN MASA KECIL
38
BAB 37 PENAMPAKAN
39
BAB 38 PERBEDAAN PENDAPAT
40
BAB 39 DOKUMEN LAMA
41
BAB 40 KEPALA SEKOLAH
42
BAB 41 LANTAI KEDUA
43
BAB 42 RUANG RAHASIA
44
BAB 43 TAK DISANGKA
45
BAB 44 TERDESAK
46
BAB 45 TAKUT
47
BAB 46 ALIBI
48
BAB 47 BUKU PEGAWAI
49
BAB 48 TETANGGA
50
BAB 49 ANAK PUNGUT
51
BAB 50 SIRNA
52
BAB 51 GUBUK
53
BAB 52 PERSAHABATAN?
54
BAB 53 THE GENGS
55
BAB 54 WAWANCARA
56
BAB 55 DISKUSI
57
BAB 56 KAKAK BERADIK
58
BAB 57 PENCARIAN
59
BAB 58 : BAU BUSUK
60
BAB 59 : BERBEDA
61
BAB 60 : TAK DISANGKA
62
BAB 61 MENYAMPAIKAN INFO
63
BAB 62 BERHATI-HATI
64
BAB 63 TANGKAP
65
BAB 64 : RENCANA
66
BAB 65 EMOSI
67
BAB 66 : MENJAGA LILIN
68
BAB 67 : LUPA
69
BAB 68 : KEMENANGAN
70
BAB 69 : PENJELAJAHAN
71
BAB 70 : RASA TAKUT YANG BERBEDA
72
BAB 71 : POS KEDUA
73
BAB 72 : KAKEK MISTERIUS
74
BAB 73 : LABIRIN
75
BAB 74 : TEMPAT ASING
76
BAB 75 NYI HANUM
77
BAB 76 : RUMAH NYI SUKMA
78
BAB 77 : JATMIKO
79
BAB 78 : PERMAINAN PERTAMA
80
BAB 79 DIKEJAR WAKTU
81
BAB 80 PANIK
82
BAB 81 : JATUH
83
BAB 82 : PERJUANGAN
84
BAB 83 TERLALU SAYANG
85
BAB 82 : TANTANGAN KEDUA
86
BAB 83 : BUKAN KOLAM BIASA
87
BAB 84 : DINDA DAN RONI
88
BAB 85 : DINDA OH DINDA
89
BAB 86 : MUNCUL
90
BAB 87: JUNGKAT-JUNGKIT
91
BAB 88 : PUTARAN MAUT
92
BAB 89 : TERPEROSOK
93
BAB 90 : TERAKHIR
94
BAB 91 : GODAAN
95
BAB 92 : PERJUANGAN
96
BAB 93 : TERLALU SAYANG
97
PENUTUP SEASON PERTAMA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!