BAB 5 KAMAR MAYAT

Kami bertiga pun berjalan menyusuri lorong sepi tersebut. Ada perasaan was-was ketika posisi kami sudah dekat dengan laki-laki yang sedang menangis itu. Aku yang berjalan di sebelah kanan tentu nanti akan tepat berada di depan laki-laki itu saat kami bertiga melewatinya.

"Bismillahirrohmanirrohiiim ...," ucapku di dalam hati beberapa langkah sebelum kami bertiga melewati laki-laki tersebut. Terus terang saat itu aku sampai menahan napas karena khawatir laki-laki itu tiba-tiba berbuat tidak mengenakkan terhadap kami bertiga. Tapi, syukurlah kami dapat melewati laki-laki tersebut dengan selamat. Hanya hembusan angin hangat yang tiba-tiba menerpa mukaku saat melewatinya. Setelah tiga langkah melewati laki-laki itu, aku berinisiatif menoleh ke belakang untuk menengok laki-laki itu kembali. Dan aku dibuat terkejut karena dia sudah tidak ada di bangku itu.

"N-n-daaaan ... R-r-riiin ...," panggilku pada kedua temanku dengan pandangan tidak lepas dari kursi kosong di belakangku.

"Ada apa sih, Im? Kamu sampai gemetaran begitu?" tanya Bondan.

"Tau ah Imran ini bikin lambat perjalanan kita saja," protes Arini.

"I-i-itu, Ndan. Laki-Laki yang tadi duduk di kursi tiba-tiba menghilang," jawabku terbata-bata.

Mendengar jawabanku, Arini dan Bondan pun menoleh ke belakang ke arah kursi yang aku lihat.

"Ya Tuhan! K-k-kemana perginya laki-laki itu? P-p-padahal kursi itu agak jauh posisinya dari persimpangan lorong," pekik Bondan.

"I-i-tu dia, Ndan. Aku yakin dia itu bukan manusia seperti kita," jawabku masih gemetaran.

"Sssssstttt!!! Sebaiknya kita harus mengabaikan hal itu dulu, teman-teman!" ujar Arini.

"Apa maksudmu, Rin?" tanyaku bingung dengan sikapnya.

"Kalau kita terlalu menunjukkan rasa takut, hal itu dapat memicu munculnya penampakan-penampakan yang lain. Kata ayahku, di sekitar rumah sakit ini memang sering muncul makhluk tak kasat mata seperti itu," jawab Arini enteng.

"Apaaa???" pekik Bondan.

"Apa kalian tidak pernah dengar cerita seram dari mulut ke mulut tentang rumah sakit ini?" tanya Arini.

"Enggak, Rin," jawabku.

"Apalagi aku, Rin. Aku kan tinggalnya di kabupaten sebelah," jawab Bondan.

"Ntar saja aku ceritain. Sekarang kita fokus sama urusan kita di kamar jenazah," ucap Rini.

"Kamar jenazah?" pekikku dan Bondan.

"Lah iya, kita kan mau memastikan jenazah sopir angkot yang menjadi korban kecelakaan di depan sekolah, apa benar ayahku atau bukan? Tentunya kita harus melihatnya sendiri di kamar jenazah masa di warung pecel?" ujar Arini kesal.

"Maaf ya, Rin. Kami hanya agak ngerasa gimana gitu habis ketemu penampakan barusan," ujarku.

"Iya, Rin. Jangan marah, ya, ntar kamu cepat tua kalau suka marah-marah," ujar Bondan.

"Udah ah, berisik kalian berdua. Tau gitu tadi aku nggak usah ngajak kalian berdua, kalau tau begini," ujar Arini masih dengan nada kesal.

"Ampuuuun, Rin. Kami janji nggak akan rewel lagi," jawabku sambil melirik ke arah Bondan. Bondan mengangguk tanda setuju. Tak ada jawaban dari Arini. Sepertinya cewek tomboy ini sudah memaafkan kami berdua. Aku baru menyadari harusnya aku dan Bondan tidak menambah beban pikiran anak perempuan tersebut yang sedang kalut karena orang tuanya dikabarkan meninggal.

Akhirnya kami bertiga sudah sampai di depan pintu ruangan yang bertuliskan "KAMAR MAYAT". Di tempat itu suasananya benar-benar tidak mengenakkan. Aku menatap sejenak Arini yang berdiri di sebelahku. Wajahnya terlihat tegang dan tidak ada gurat-gurat ketakutan di wajahnya. Kalau dikalkulasi mungkin kadar ketakutannya ditelan oleh kadar kecemasannya. Sedangkan Bondan yang berdiri di sebelah kiri nampak wajahnya pias menahan takut. Kami berhenti melangkah dan berdiri di depan pintu ruangan yang sepertinya sengaja dibiarkan terbuka itu.

Arini menoleh ke kiri dan ke kanan. Wajahnya masih terlihat sangat serius. Kemudian ia berkata,

" Kalau kalian takut, biar aku yang akan masuk sendiri ke dalam," ucapnya datar.

"Tidak, Rin. Kami tidak takut-" ucap kami berdua hampir bersamaan.

Aku dan Bondan mematung karena kami kaget dengan jawaban kami yang secara kebetulan sama dan juga kami juga kaget karena sudah berkata 'tidak takut'. Melihat reaksi kami yang kelihatan menyesal berkata 'tidak takut', Arini bertambah kesal dan ia pun melangkah masuk ke dalam ruangan itu, kami berdua pun mengejar langkah anak perempuan itu.

Ruangan itu ternyata cukup luas dan tidak sama dengan perkiraanku. Kupikir yang namanya kamar mayat, begitu masuk sudah berjejer mayat-mayat di dalamnya. Ternyata tidak! Masuk ke dalam ruangan tersebut, kami masih harus melewati lorong sejauh kurang lebih sepuluh meter, barulah kami sampai di ruangan yang agak lebar. Arini menghentikan langkahnya sehingga kami berdua bisa menyusul dan berdiri tepat di sisi kiri dan kanan cewek berseragam SMP tersebut.

"Rin, apa tidak sebaiknya kita menghubungi petugas kamar mayatnya dulu?" bisikku perlahan karena takut anak perempuan tersebut marah lagi.

"Pasti ada petugas di dalam sini," jawab Arini datar.

Selama beberapa detik, kami bertiga mengamati ruangan ini. Di dalam sinj ternyata suasananya lebih mencekam daripada di lorong tadi. Bau cairan kimia agak menyengat di ruangan ini, dan pencahayaannya juga minim sehingga membuat darah kami mendesir.

Di depan kami ada dua pintu yang berada dalam keadaan tertutup. Kami melangkah ke salah satu pintu tersebut. Arini meraih gagang pintu dan memutarnya.

CEKLEK!

"Mau ke mana kalian?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul di belakang kami dengan suara berat sehingga mengejutkan kami bertiga.

"Eh, a-anu, Pak. K-k-kami m-m-mau melihat m-mayat," jawab Bondan dengan spontan.

"Melihat mayat?" tanya pria berpakain putih itu lagi.

"Maksudnya, kami ingin memastikan korban kecelakaan di depan SMA 14 tadi pagi, apakah keluarga kami atau bukan," jawab Arini sudah mulai dapat mengontrol dirinya yang juga sempat terkejut barusan.

"Ooo ... mayat sopir angkot itu?" ujar pria itu lagi dengan pelan.

"Iya, benar Pak. Bolehkah kami melihatnya? Ada di mana jenazahnya?" tanya Arini tak sabar.

"Oke, ikut saya dulu ke depan untuk mengisi buku kunjungan!" jawab pria itu sambil melangkah ke luar.

"Baiklah!" jawab Arini sambil berjalan mengikuti pria itu diikuti oleh kami berdua.

"Saya butuh dua orang saja. Sisanya tetap di sinj saja," ujar pria itu dengan tetap melangkah ke luar. Kami bertiga saking menatap kebingungan. Raut wajah Arini kembali terlihat tak bersahabat. Karena takut anak perempuan itu marah lagi, aku pun berkata.

"Biar aku yang menunggu di sini," ujarku.

"Kamu beneran nggak apa-apa, Im?" tanya Bondan.

"Aku nggak apa-apa, Ndan," jawabku lemah.

BERSAMBUNG

Buah blewah buah markisa

Buah semangka buah srikaya

Selamat menunaikan ibadah puasa

Semoga ibadah kita diterima oleh-Nya

Jangan lupa untuk membaca novelku yang lain.

KAMPUNG HANTU

MARANTI

Terpopuler

Comments

Tantina Wyvaldia

Tantina Wyvaldia

weeeh, makasih atas infonya tentang karya yg lain ya kak.
semangat terus berkarya, ya kakak, jangan bosan, karena bakat kakak berguna bagi pembaca.
siiiip

2024-04-21

0

Ani Juwitasari

Ani Juwitasari

tadi bukannya arini gak tau rumah sakit ya.. gak pernah kerumah sakit,kok hafal rumah sakit.

2024-04-21

0

Ciciajadeh Ciciajadeh

Ciciajadeh Ciciajadeh

ini Arini masih hidup ngga sih..😭 atau hantu juga?

2023-12-16

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 BAB 1 TEMAN PERTAMA
3 BAB 2 GADIS TOMBOY
4 BAB 3 SIAPA DIA
5 BAB 4 LORONG RUMAH SAKIT
6 BAB 5 KAMAR MAYAT
7 BAB 6 SEBUAH PESAN
8 BAB 7 TERJEBAK
9 BAB 8 TOLOOONG
10 BAB 9 TERNYATA
11 BAB 10 SEBUAH MISTERI
12 BAB 11 SEBUAH FAKTA
13 BAB 12 RUANGAN KECIL
14 BAB 13 ADA SESUATU
15 BAB 14 SATPAM
16 BAB 15 SEBUAH RASA
17 BAB 16 SEBUAH PETUNJUK
18 BAB 17 DAERAH TERLARANG
19 BAB 18 PARTNER BARU
20 BAB 19 PETUGAS PERPUSTAKAAN
21 BAB 20 INFORMASI BERHARGA
22 BAB 21 TANDA DARI ALAM GHAIB
23 BAB 22 TERNYATA
24 BAB 23 DIGANGGU
25 BAB 24 MENCARI PETUNJUK
26 BAB 25 KEJUTAN
27 BAB 26 : MIE AYAM
28 BAB 27 : TAK SENGAJA
29 BAB 28 JALAN MAWAR
30 BAB 29 GAGAL?
31 BAB 30 TAKUT
32 BAB 31 DITEROR
33 BAB 32 PEREMPUAN MISTERIUS
34 Bab 33 Perempuan Berpayung
35 BAB 34 KISAH MBAH NUR
36 BAB 35 TAK DIANGGAP
37 BAB 36 KENANGAN MASA KECIL
38 BAB 37 PENAMPAKAN
39 BAB 38 PERBEDAAN PENDAPAT
40 BAB 39 DOKUMEN LAMA
41 BAB 40 KEPALA SEKOLAH
42 BAB 41 LANTAI KEDUA
43 BAB 42 RUANG RAHASIA
44 BAB 43 TAK DISANGKA
45 BAB 44 TERDESAK
46 BAB 45 TAKUT
47 BAB 46 ALIBI
48 BAB 47 BUKU PEGAWAI
49 BAB 48 TETANGGA
50 BAB 49 ANAK PUNGUT
51 BAB 50 SIRNA
52 BAB 51 GUBUK
53 BAB 52 PERSAHABATAN?
54 BAB 53 THE GENGS
55 BAB 54 WAWANCARA
56 BAB 55 DISKUSI
57 BAB 56 KAKAK BERADIK
58 BAB 57 PENCARIAN
59 BAB 58 : BAU BUSUK
60 BAB 59 : BERBEDA
61 BAB 60 : TAK DISANGKA
62 BAB 61 MENYAMPAIKAN INFO
63 BAB 62 BERHATI-HATI
64 BAB 63 TANGKAP
65 BAB 64 : RENCANA
66 BAB 65 EMOSI
67 BAB 66 : MENJAGA LILIN
68 BAB 67 : LUPA
69 BAB 68 : KEMENANGAN
70 BAB 69 : PENJELAJAHAN
71 BAB 70 : RASA TAKUT YANG BERBEDA
72 BAB 71 : POS KEDUA
73 BAB 72 : KAKEK MISTERIUS
74 BAB 73 : LABIRIN
75 BAB 74 : TEMPAT ASING
76 BAB 75 NYI HANUM
77 BAB 76 : RUMAH NYI SUKMA
78 BAB 77 : JATMIKO
79 BAB 78 : PERMAINAN PERTAMA
80 BAB 79 DIKEJAR WAKTU
81 BAB 80 PANIK
82 BAB 81 : JATUH
83 BAB 82 : PERJUANGAN
84 BAB 83 TERLALU SAYANG
85 BAB 82 : TANTANGAN KEDUA
86 BAB 83 : BUKAN KOLAM BIASA
87 BAB 84 : DINDA DAN RONI
88 BAB 85 : DINDA OH DINDA
89 BAB 86 : MUNCUL
90 BAB 87: JUNGKAT-JUNGKIT
91 BAB 88 : PUTARAN MAUT
92 BAB 89 : TERPEROSOK
93 BAB 90 : TERAKHIR
94 BAB 91 : GODAAN
95 BAB 92 : PERJUANGAN
96 BAB 93 : TERLALU SAYANG
97 PENUTUP SEASON PERTAMA
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Prolog
2
BAB 1 TEMAN PERTAMA
3
BAB 2 GADIS TOMBOY
4
BAB 3 SIAPA DIA
5
BAB 4 LORONG RUMAH SAKIT
6
BAB 5 KAMAR MAYAT
7
BAB 6 SEBUAH PESAN
8
BAB 7 TERJEBAK
9
BAB 8 TOLOOONG
10
BAB 9 TERNYATA
11
BAB 10 SEBUAH MISTERI
12
BAB 11 SEBUAH FAKTA
13
BAB 12 RUANGAN KECIL
14
BAB 13 ADA SESUATU
15
BAB 14 SATPAM
16
BAB 15 SEBUAH RASA
17
BAB 16 SEBUAH PETUNJUK
18
BAB 17 DAERAH TERLARANG
19
BAB 18 PARTNER BARU
20
BAB 19 PETUGAS PERPUSTAKAAN
21
BAB 20 INFORMASI BERHARGA
22
BAB 21 TANDA DARI ALAM GHAIB
23
BAB 22 TERNYATA
24
BAB 23 DIGANGGU
25
BAB 24 MENCARI PETUNJUK
26
BAB 25 KEJUTAN
27
BAB 26 : MIE AYAM
28
BAB 27 : TAK SENGAJA
29
BAB 28 JALAN MAWAR
30
BAB 29 GAGAL?
31
BAB 30 TAKUT
32
BAB 31 DITEROR
33
BAB 32 PEREMPUAN MISTERIUS
34
Bab 33 Perempuan Berpayung
35
BAB 34 KISAH MBAH NUR
36
BAB 35 TAK DIANGGAP
37
BAB 36 KENANGAN MASA KECIL
38
BAB 37 PENAMPAKAN
39
BAB 38 PERBEDAAN PENDAPAT
40
BAB 39 DOKUMEN LAMA
41
BAB 40 KEPALA SEKOLAH
42
BAB 41 LANTAI KEDUA
43
BAB 42 RUANG RAHASIA
44
BAB 43 TAK DISANGKA
45
BAB 44 TERDESAK
46
BAB 45 TAKUT
47
BAB 46 ALIBI
48
BAB 47 BUKU PEGAWAI
49
BAB 48 TETANGGA
50
BAB 49 ANAK PUNGUT
51
BAB 50 SIRNA
52
BAB 51 GUBUK
53
BAB 52 PERSAHABATAN?
54
BAB 53 THE GENGS
55
BAB 54 WAWANCARA
56
BAB 55 DISKUSI
57
BAB 56 KAKAK BERADIK
58
BAB 57 PENCARIAN
59
BAB 58 : BAU BUSUK
60
BAB 59 : BERBEDA
61
BAB 60 : TAK DISANGKA
62
BAB 61 MENYAMPAIKAN INFO
63
BAB 62 BERHATI-HATI
64
BAB 63 TANGKAP
65
BAB 64 : RENCANA
66
BAB 65 EMOSI
67
BAB 66 : MENJAGA LILIN
68
BAB 67 : LUPA
69
BAB 68 : KEMENANGAN
70
BAB 69 : PENJELAJAHAN
71
BAB 70 : RASA TAKUT YANG BERBEDA
72
BAB 71 : POS KEDUA
73
BAB 72 : KAKEK MISTERIUS
74
BAB 73 : LABIRIN
75
BAB 74 : TEMPAT ASING
76
BAB 75 NYI HANUM
77
BAB 76 : RUMAH NYI SUKMA
78
BAB 77 : JATMIKO
79
BAB 78 : PERMAINAN PERTAMA
80
BAB 79 DIKEJAR WAKTU
81
BAB 80 PANIK
82
BAB 81 : JATUH
83
BAB 82 : PERJUANGAN
84
BAB 83 TERLALU SAYANG
85
BAB 82 : TANTANGAN KEDUA
86
BAB 83 : BUKAN KOLAM BIASA
87
BAB 84 : DINDA DAN RONI
88
BAB 85 : DINDA OH DINDA
89
BAB 86 : MUNCUL
90
BAB 87: JUNGKAT-JUNGKIT
91
BAB 88 : PUTARAN MAUT
92
BAB 89 : TERPEROSOK
93
BAB 90 : TERAKHIR
94
BAB 91 : GODAAN
95
BAB 92 : PERJUANGAN
96
BAB 93 : TERLALU SAYANG
97
PENUTUP SEASON PERTAMA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!