BAB 4 LORONG RUMAH SAKIT

Kedua temanku itu mengejarku yang masih syok setelah mengalami hal aneh di dalam angkot tadi.

"Kamu kenapa sih, Im?" tanya Arini setelah berhasil mengejarku.

"Rin, tadi itu aku jelas-jelas melihat anak cewek berseragam SMA di kursi pojok, tapi barusan anak cewek itu hilang entah ke mana," pekikku.

"Kamu salah lihat kali?" ucap Bondan.

"Enggak, Ndan. Aku jelas-jelas melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Anak cewek itu duduk merunduk di sana," jawabku.

"Tapi, aku kok tidak melihatnya, ya?" ucap Bondan.

"Gini deh, kamu ingat nggak waktu si bapak berkumis turun dari angkot?" tanyaku pada Bondan.

"Iya, aku ingat. Kenapa emangnya?" Bondan balik bertanya.

"Tadi pas bapak berkumis turun dari angkot. kita nyium bau busuk, kan?" tanyaku pada Bondan.

"Bau busuk?" tanya Arini menyela.

"Iya, Rin. Emang kamu nggak mencium bau busuk sewaktu angkot berhenti di dekat jembatan tadi?" tanyaku pada Arini yang terheran-heran.

"Enggak. Malah di jembatan itu aku sengaja menghirup udara kuat-kuat karena segar sekali udara di sana," jawab Arini.

"Apaaaaa?" pekikku dan Bondan secara bersamaan.

"Kenapa kalian menatapku aneh begini?" tanya Arini.

"Rin, kayaknya hidungmu perlu diperiksa deh habis ini di rumah sakit. Jelas-Jelas tadi kami berdua mencium bau busuk pas angkot berhenti di jembatan itu," ucap Bondan.

"Kayaknya tadi pas di jembatan itu, nggak ada yang bilang bau deh? Jangan-Jangan hidungmu yang perlu diperiksa, Ndan" protes Arini.

"Tidak, Rin. Tadi pas di jembatan itu, aku juga mencium bau busuk sama seperti Bondan," jawabku.

"Berarti hanya kalian berdua yang mencium bau busuk itu, kan?" tanya Arini.

"Aneh juga, ya. Tadi, memang aku sempat melirik penumpang yang lain saat mencium bau busuk itu. Kayaknya emang aku dan Bondan saja yang menciumnya. Aku sempat bertanya-tanya, kok bisa yang lain tidak mencium bau busuk itu, termasuk anak cewek berseragam SMA itu tetap saja menunduk di kursi belakang seolah-olah tidak terpengaruh oleh bau busuk itu," ujarku.

"Berarti emang ada yang tidak beres. Sepertinya ini bukan masalah indra penciuman kita," pekik Arini.

"Maksud kamu, Rin?" tanyaku penasaran dengan analisanya.

"Ayah pernah cerita padaku, kalau ia pernah mengalami hal seperti yang kalian alami barusan," jawab Arini.

"Oh, ya?" pekikku tidak percaya.

"Iya, Im. Ayah pernah bercerita kepadaku. Waktu itu ia membawa tiga orang penumpang saja. Kemudian, sampai di dekat jembatan ada seorang penumpang turun, dan bau busuk tercium oleh ayahku. Tapi ayahku tidak begitu memikirkan hal itu, ia mengira itu karena ada sampah atau bangkai hewan di sekitar situ. Tapi, ayah baru kaget ketika salah satu penumpangnya tiba-tiba menghilang. Pas Magrib pula, akhirnya ayah tidak tenang menyetir angkot karena suasana tiba-tiba tidak bersahabat," tutur Arini.

"Berarti bener, ya, anak cewek tadi itu bukan manusia biasa, melainkan hantu?" tanyaku.

"Sepertinya begitu, Im. Buktinya aku tidak melihat anak cewek berseragam SMA di angkot tadi," jawab Arini.

"Yang penting angkot itu sudah jauh dari kita, Im," ujar Bondan.

"Iya sih, tapi aku masih penasaran kenapa hanya aku yang ditampakkan oleh hantu itu, sedangkan kalian enggak, ya kan?" ujarku.

"Iya juga, Im. Semoga dia sekedar menyapa kamu saja dan tidak mengikutimu terus," ucap Bondan.

"Tau nggak Ndan, kamu ngomong gitu malah bikin aku tambah was-was?" ujarku.

"Eh, maaf kalau begitu, Im. Oh ya, sepertinya kita sudah sampai di depan rumah sakit. Ayo kita fokus pada urusan Arini dulu. Semoga saja yang kecelakaan tadi pagi bukan ayahnya Arini," ucap Bondan.

"Aamiiiin ...," jawab kami berdua.

Kami bertiga berjalan menuju pintu utama rumah sakit ini. Banyak sekali orang di rumah sakit ini. Maklum, ini kan rumah sakit umum daerah, jadi pasti banyak sekali pasiennya. Sistem pengelolaan di rumah sakit ini masih belum begitu teratur. Mungkin tenaga bagian administrasi jumlahnya kurang, sehingga orang-orang menumpuk di bagian pelayanan administrasi. Satpam kelihatan sesekali mengingatkan kepada orang-orang untuk tidak berebut dan tetap bersabar. Arini mengajak kami berdua untuk tidak masuk melalui pintu utama, melainkan melalui pintu UGD.

"Lah kok lewat sini, Rin, ini kan pintu khusus UGD?" protes Bondan.

"Ikuti saja langkahku. Kalau lewat pintu utama kelamaan. Kita lewat pintu ini saja. Ada satu pintu di ruang UGD yang menuju bagian belakang rumah sakit ini, yaitu kamar jenazah," jawab Arini dengan tegas.

"Okelah kalau begitu," jawab Bondan.

Kami pun dengan sigap mengikuti langkah Arini. Ternyata benar kata Arini, masuk ke rumah sakit melalui ruang UGD lebih mudah dan tidak perlu antri. Aku tidak habis pikir, kenapa pintu penghubung antara ruang UGD dengan bagian dalam rumah sakit ini tidak dijaga.

"Rin, dari mana kamu tahu jalan ini? Kalau orang-orang di depan tahu jalan ini, mereka pasti berebut melewati jalan ini," tanyaku pada Arini.

"Aku dikasih tahu oleh ayahku. Ayah kan sering membawa pasien ke rumah sakit ini menggunakan angkotnya. Selain itu, ayah juga sering membawa rombongan yang akan menjenguk kerabatnya yang sedang dirawat di rumah sakit ini. Jadi, ayahku punha trik untuk mempercepat orang-orang yang ia bawa supaya lekas sampai di dalam. Kalau mereka cepat sampai ke dalam, bukankah itu akan mengurangi waktu tunggu ayahku?" tutur Arini.

"Iya sih. Tapi, miris juga ya? Masa pelayanan di rumah sakit ini kurang tertib begitu," jawabku.

"Ya, semoga saja ke depannya akan lebih tertib lagi, Im," jawab Arini.

Kami bertiga pun berjalan dengan agak cepat menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Selama berjalan, kami beberapa kali berpapasan dengan dokter atau perawat yang menatap aneh kepada kami. Mungkin mereka heran kenapa ada anak SMA diperbolehkan masuk ke rumah sakit pada saat jam sekolah. Tapi, mereka tidak punya waktu untuk menginterogasi kami bertiga karena mereka sednag menjalankan tugas yang lebih penting, yaitu merawat pasien. Akhirnya kami bertiga pun sampai pada lorong rumah sakit yang sepi. Tidak ada orang yang lewat di lorong ini sama sekali. Bahkan, di lorong ini kami hanya mendengar suara langkah kami sendiri. Suara deru napas kami sendiri pun jelas kami dengar. Aku merasa ada yang aneh dengan lorong rumah sakit ini. Saat kami bertiga sudah berjalan beberapa langkah di lorong tersebut. Tiba-Tiba ada pemandangan aneh di depan kami. Kami melihat ada seorang laki-laki sedang duduk sendirian di sebuah kursi. Laki-Laki itu sedang menangis tersedu-sedu. Posisi kursi yang diduduki oleh laki-laki tersebut tepat di pinggir lorong yang akan kita lalui.

Dalam hati aku bertanya, mengapa ia menangis sendirian di tempat sepi tersebut? Apakah ia baru saja kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya? Atau ...

BERSAMBUNG

Sakit kepala sakit sendi

Sakit batuk sakit flu

Mohon maaf give awaynya belum diundi

Karena masih mau rekapan dulu

Terpopuler

Comments

Tantina Wyvaldia

Tantina Wyvaldia

jalan datar yg dilalui tiba2 berganti dengan kondisi yang menakutkan

2024-04-21

0

Susi Hidayati Yukky

Susi Hidayati Yukky

atau apa..?

2023-02-20

0

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

iya thor mng lgi pada batuk pilek alias em flu..

2022-12-27

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 BAB 1 TEMAN PERTAMA
3 BAB 2 GADIS TOMBOY
4 BAB 3 SIAPA DIA
5 BAB 4 LORONG RUMAH SAKIT
6 BAB 5 KAMAR MAYAT
7 BAB 6 SEBUAH PESAN
8 BAB 7 TERJEBAK
9 BAB 8 TOLOOONG
10 BAB 9 TERNYATA
11 BAB 10 SEBUAH MISTERI
12 BAB 11 SEBUAH FAKTA
13 BAB 12 RUANGAN KECIL
14 BAB 13 ADA SESUATU
15 BAB 14 SATPAM
16 BAB 15 SEBUAH RASA
17 BAB 16 SEBUAH PETUNJUK
18 BAB 17 DAERAH TERLARANG
19 BAB 18 PARTNER BARU
20 BAB 19 PETUGAS PERPUSTAKAAN
21 BAB 20 INFORMASI BERHARGA
22 BAB 21 TANDA DARI ALAM GHAIB
23 BAB 22 TERNYATA
24 BAB 23 DIGANGGU
25 BAB 24 MENCARI PETUNJUK
26 BAB 25 KEJUTAN
27 BAB 26 : MIE AYAM
28 BAB 27 : TAK SENGAJA
29 BAB 28 JALAN MAWAR
30 BAB 29 GAGAL?
31 BAB 30 TAKUT
32 BAB 31 DITEROR
33 BAB 32 PEREMPUAN MISTERIUS
34 Bab 33 Perempuan Berpayung
35 BAB 34 KISAH MBAH NUR
36 BAB 35 TAK DIANGGAP
37 BAB 36 KENANGAN MASA KECIL
38 BAB 37 PENAMPAKAN
39 BAB 38 PERBEDAAN PENDAPAT
40 BAB 39 DOKUMEN LAMA
41 BAB 40 KEPALA SEKOLAH
42 BAB 41 LANTAI KEDUA
43 BAB 42 RUANG RAHASIA
44 BAB 43 TAK DISANGKA
45 BAB 44 TERDESAK
46 BAB 45 TAKUT
47 BAB 46 ALIBI
48 BAB 47 BUKU PEGAWAI
49 BAB 48 TETANGGA
50 BAB 49 ANAK PUNGUT
51 BAB 50 SIRNA
52 BAB 51 GUBUK
53 BAB 52 PERSAHABATAN?
54 BAB 53 THE GENGS
55 BAB 54 WAWANCARA
56 BAB 55 DISKUSI
57 BAB 56 KAKAK BERADIK
58 BAB 57 PENCARIAN
59 BAB 58 : BAU BUSUK
60 BAB 59 : BERBEDA
61 BAB 60 : TAK DISANGKA
62 BAB 61 MENYAMPAIKAN INFO
63 BAB 62 BERHATI-HATI
64 BAB 63 TANGKAP
65 BAB 64 : RENCANA
66 BAB 65 EMOSI
67 BAB 66 : MENJAGA LILIN
68 BAB 67 : LUPA
69 BAB 68 : KEMENANGAN
70 BAB 69 : PENJELAJAHAN
71 BAB 70 : RASA TAKUT YANG BERBEDA
72 BAB 71 : POS KEDUA
73 BAB 72 : KAKEK MISTERIUS
74 BAB 73 : LABIRIN
75 BAB 74 : TEMPAT ASING
76 BAB 75 NYI HANUM
77 BAB 76 : RUMAH NYI SUKMA
78 BAB 77 : JATMIKO
79 BAB 78 : PERMAINAN PERTAMA
80 BAB 79 DIKEJAR WAKTU
81 BAB 80 PANIK
82 BAB 81 : JATUH
83 BAB 82 : PERJUANGAN
84 BAB 83 TERLALU SAYANG
85 BAB 82 : TANTANGAN KEDUA
86 BAB 83 : BUKAN KOLAM BIASA
87 BAB 84 : DINDA DAN RONI
88 BAB 85 : DINDA OH DINDA
89 BAB 86 : MUNCUL
90 BAB 87: JUNGKAT-JUNGKIT
91 BAB 88 : PUTARAN MAUT
92 BAB 89 : TERPEROSOK
93 BAB 90 : TERAKHIR
94 BAB 91 : GODAAN
95 BAB 92 : PERJUANGAN
96 BAB 93 : TERLALU SAYANG
97 PENUTUP SEASON PERTAMA
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Prolog
2
BAB 1 TEMAN PERTAMA
3
BAB 2 GADIS TOMBOY
4
BAB 3 SIAPA DIA
5
BAB 4 LORONG RUMAH SAKIT
6
BAB 5 KAMAR MAYAT
7
BAB 6 SEBUAH PESAN
8
BAB 7 TERJEBAK
9
BAB 8 TOLOOONG
10
BAB 9 TERNYATA
11
BAB 10 SEBUAH MISTERI
12
BAB 11 SEBUAH FAKTA
13
BAB 12 RUANGAN KECIL
14
BAB 13 ADA SESUATU
15
BAB 14 SATPAM
16
BAB 15 SEBUAH RASA
17
BAB 16 SEBUAH PETUNJUK
18
BAB 17 DAERAH TERLARANG
19
BAB 18 PARTNER BARU
20
BAB 19 PETUGAS PERPUSTAKAAN
21
BAB 20 INFORMASI BERHARGA
22
BAB 21 TANDA DARI ALAM GHAIB
23
BAB 22 TERNYATA
24
BAB 23 DIGANGGU
25
BAB 24 MENCARI PETUNJUK
26
BAB 25 KEJUTAN
27
BAB 26 : MIE AYAM
28
BAB 27 : TAK SENGAJA
29
BAB 28 JALAN MAWAR
30
BAB 29 GAGAL?
31
BAB 30 TAKUT
32
BAB 31 DITEROR
33
BAB 32 PEREMPUAN MISTERIUS
34
Bab 33 Perempuan Berpayung
35
BAB 34 KISAH MBAH NUR
36
BAB 35 TAK DIANGGAP
37
BAB 36 KENANGAN MASA KECIL
38
BAB 37 PENAMPAKAN
39
BAB 38 PERBEDAAN PENDAPAT
40
BAB 39 DOKUMEN LAMA
41
BAB 40 KEPALA SEKOLAH
42
BAB 41 LANTAI KEDUA
43
BAB 42 RUANG RAHASIA
44
BAB 43 TAK DISANGKA
45
BAB 44 TERDESAK
46
BAB 45 TAKUT
47
BAB 46 ALIBI
48
BAB 47 BUKU PEGAWAI
49
BAB 48 TETANGGA
50
BAB 49 ANAK PUNGUT
51
BAB 50 SIRNA
52
BAB 51 GUBUK
53
BAB 52 PERSAHABATAN?
54
BAB 53 THE GENGS
55
BAB 54 WAWANCARA
56
BAB 55 DISKUSI
57
BAB 56 KAKAK BERADIK
58
BAB 57 PENCARIAN
59
BAB 58 : BAU BUSUK
60
BAB 59 : BERBEDA
61
BAB 60 : TAK DISANGKA
62
BAB 61 MENYAMPAIKAN INFO
63
BAB 62 BERHATI-HATI
64
BAB 63 TANGKAP
65
BAB 64 : RENCANA
66
BAB 65 EMOSI
67
BAB 66 : MENJAGA LILIN
68
BAB 67 : LUPA
69
BAB 68 : KEMENANGAN
70
BAB 69 : PENJELAJAHAN
71
BAB 70 : RASA TAKUT YANG BERBEDA
72
BAB 71 : POS KEDUA
73
BAB 72 : KAKEK MISTERIUS
74
BAB 73 : LABIRIN
75
BAB 74 : TEMPAT ASING
76
BAB 75 NYI HANUM
77
BAB 76 : RUMAH NYI SUKMA
78
BAB 77 : JATMIKO
79
BAB 78 : PERMAINAN PERTAMA
80
BAB 79 DIKEJAR WAKTU
81
BAB 80 PANIK
82
BAB 81 : JATUH
83
BAB 82 : PERJUANGAN
84
BAB 83 TERLALU SAYANG
85
BAB 82 : TANTANGAN KEDUA
86
BAB 83 : BUKAN KOLAM BIASA
87
BAB 84 : DINDA DAN RONI
88
BAB 85 : DINDA OH DINDA
89
BAB 86 : MUNCUL
90
BAB 87: JUNGKAT-JUNGKIT
91
BAB 88 : PUTARAN MAUT
92
BAB 89 : TERPEROSOK
93
BAB 90 : TERAKHIR
94
BAB 91 : GODAAN
95
BAB 92 : PERJUANGAN
96
BAB 93 : TERLALU SAYANG
97
PENUTUP SEASON PERTAMA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!