BAB 3 SIAPA DIA

Bondan tidak memberikan jawaban memuaskan untukku. Aku tidak mau ambil pusing. Kalau dipikir-pikir Bondan dan Arini ini sama saja yaitu pandai membohongi orang dan paling demen bikin orang penasaran. Angkot yang kami naiki berjalan secara dengan kecepatan rendah. Hal itu dilakukan oleh sang sopir karena sambil mencari calon penumpang lain yang mungkin sedang menunggu di pinggir jalan. Ibu-Ibu berkonde yang sedang duduk di sebelahku terlihat tidak sabar ingin segera sampai di tempat tujuannya. Ia kelihatan sangat gelisah sekali karena angkot berjalan seperti keong. Di dalam angkot tersebut, selain kami bertiga masih ada tiga penumpang lain di dalamnya, ibu berkonde yang duduk di sebelahku, seorang bapak berkumis tebal yang duduk di depanku, dan seseorang berseragam SMA yang duduk di pojok belakang.

"Pak Sopir ... bisa lebih cepat, nggak?" tegur ibu berkonde di sebelahku.

"Iya ... iya, Bu," jawab Pak Sopir menenangkan ibu berkonde itu.

Anehnya, meskipun sudah ditegur, tapi angkot yang kami tumpangi ini masih berjalan pelan.

"Duh, kok masih pelan saja sih jalannya," gerutu ibu berkonde.

Angkot yang kami naiki tiba-tiba minggir dan berhenti. Ternyata ada seorang nenek-nenek tua sedang melambaikan tangan untuk memberi tanda akan menaiki angkot. Pak Sopir nampak sumringah mendapatkan penumpang baru.

"Pelan-Pelan naiknya, Nek!" teriak Pak Sopir sambio menoleh ke arah pintu samping. Nenek tersebut naik ke atas angkot dan bermaksud untuk duduk di salah satu kursi. Kami yang berada di belakang, menggeser tempat duduk untuk memberikan cukup ruang kepada si nenek untuk lewat dan duduk di salah satu tempat yang kosong.

"Nenek mau turun di mana?" teriak Pak Sopir sambil mengegas kembali angkotnya.

"Saya mau turun di Jembatan Renta, Nak," jawabnya.

"Oooo ...," Pak Sopir mengangguk tanda mengerti.

Jembatan Renta adalah salah satu ikon kota ini. Jembatan itu sudah cukup tua dan berfungsi untuk menyebrang dari sebuah deretan Ruko menuju pasar tradisional.

Setelah mendapatkan penumpang baru, angkot bergerak dengan kecepatan cukup tinggi. Kebetulan jalanan yang dilewati agak sepi. Ketika angkot sampai di sebuah jembatan, bapak berkumis tebal mengetok atap kendaraan yang dilapisi triplek.

"Kiri, Mas!" teriak bapak berkumis tebal tersebut dengan suara berat.

"Iya, Pak. Saya paskan di depan gang, ya?" teriak Pak Sopir.

"Iya, Nak," jawab bapak tersebut.

Setelah itu, bapak berkumis tersebut turun dari mobil dan menyodorkan uang ongkosnya ke sopir melalui jendela yang terbuka di pintu depan. Bau busuk tiba-tiba menyeruak dari arah luar mobil yang aku naiki. Aku menutup lubang hidungku untuk mengurangi efek bau menyengat itu. Aku melirik ke arah Bondan yang juga menutup hidungnya.

"Bau banget ya, Ndan?" tanyaku.

"Iya, Im. Mungkin ini bau dari tempat sampah di sekitar sini," jawab Bondan.

"Emang di sini ada tempat pembuangan sampah, Ndan?" tanyaku dengan berbisik.

"Enggak tahu juga," jawab Bondan.

Akhirnya Pak Sopir selesai bertransaksi dengan Pak Kumis. Angkotpun mulai merangkak meninggalkan tempat tersebut. Aku melihat punggung Pak Kumis yang sedang memasuki mulut gang yang terlihat sepi. Aku juga menoleh ke arah penumpang yang lain. Ternyata mereka tidak ada yang menutup hidungnya. Aneh, masa mereka kuat mencium bau busuk seperti itu.

Beberapa menit kemudian, kami sudah sampai di Jembatan Renta. Si nenek tua turun dari kendaraan. Berarti tinggal dua penumpang lain di angkot ini selain kami bertiga, yaitu ibu berkonde dan anak berseragam SMA yang duduk di pojok belakang. Aku menoleh ke belakang untuk memastikan dua penumpang itu masih duduk di tempatnya semula.

Aku melihat si ibu berkonde masih gelisah saja duduk di sebelahku. Pikirku, si anak SMA itu pasti sedang duduk di pojok belakang tapi karena badannya kecil, makanya tertutupi oleh ibu berkonde yang makin terlihat gelisah ini.

"Ibu mau ke mana, kok sepertinya keburu-buru?" tanyaku pada orang tersebut.

"Ini, saya mau menghadiri wisuda anak saya," jawabnya dengan keras.

"Jam berapa undangannya, Bu?" tanyaku lagi.

"Jam delapan, Dik," jawabnya.

"Mepet sekali ya, Bu?" tanyaku.

"Iya, Dik. Makanya ibu bingung nih karena angkotnya pelan banget," jawab si ibu.

"Iya ... iya, Bu. Nih, saya naikin kecepatannya," sela Pak Sopir tiba-tiba.

Kami semua menoleh ke arah Pak Sopir. Wajahnya nampak tidak bersahabat, tapi ia memang benar-benar menaikkan laju angkot yang ia kendalikan.

"Alhamdulillah ... makasih banyak ya, Pak," jawab ibu berkonde dengan polosnya seolah tidak membaca kekesalan si sopir.

Setelah melewati Jembatan Renta, tidak ada penumpang yang turun atau naik dari mobil Carry ini. Beberapa menit selanjutnya tiba-tiba Pak Sopir meminggirkan angkotnya.

"Loh, kok minggir, Pak?" protesku.

"Loh, kalian bertiga bukannya mau ke rumah sakit? Mbak ini tadi ngomong mau turun di rumah sakit," jawab Pak Sopir.

"Kita turun di sini, Rin?" tanyaku pada teman baruku itu.

"Iya, Im. Rumah sakitnya sekitar dua ratua meter dari sini," jawab Arini sambil mengeluarkan uang dari sakunya.

"Oalah ...," jawabku.

"Makanya, jadi anak jangan di rumah saja. Biar tahu wilayah kota ini," sela Bondan.

"Sialan kamu, Ndan. Malulah aku kamu sindir di depan orang-orang ini," protesku.

"He he he," Bondan tertawa renyah.

Pak Sopir dan ibu berkonde nampak senyum-senyum sendiri.

"Berapa ongkosnya, Pak?" tanyaku pada Pak Sopir.

"Sudah aku bayari, Im," jawab Arini.

"Makasih banyak, Rin," jawabku sambil turun dari atas angkot.

Aku masih berdiri mematung di sebelah angkot tersebut, ketika Bondan menarik lenganku.

"Ayo, kita jalan kaki sekarang. Kok malah melamun?" ucap Bondan.

"Eh, iya. Kita jalan kaki sekarang, nih?" tanyaku.

"Iya, Im. Uang saku saya nggak cukup kalau harus naik becak," jawab Arini.

"Tunggu sebentar, ya!" pekikku.

"Tunggu apa, Im?" tanya Arini dan Bondan secara bersamaan.

"Sepertinya ada yang janggal," jawabku.

"Janggal apaan, Im?" tanya Arini.

"Kok, barusan pas turun, aku tidak melihat anak itu, ya?" gumamku.

"Anak siapa, Im?" tanya Bondan penasaran.

"Tadi pas naik ke angkot ini, aku melihat ada anak berseragam SMA sedang duduk di kursi belakang. Tapi barusan kayaknya nggak ada, ya?" gumamku.

"Halah, kamu ini ada-ada saja, Im!" ucap Bondan.

"Tunggu, Ndan. Aku mau cek lagi," jawabku sambil memasukkan kepala ke dalam kendaraan itu.

"Apa ada yang tertinggal, Mas?" tanya Pak Sopir.

"I-i-iya, Pak. Buku saya ketinggakan di dalam," jawabku berbohong.

"Buruan cari! Kasian ibu ini sudah terlambat," perintah Pak Sopir.

Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku mebgedarkan pandangan ke seluruh penjuru angkot itu Dan benar saja dugaanku. Aku tidak melihat anak SMA itu di dalam angkot. Badanku langsung gemetar.

"Ketemu, Mas?" tanya Pak Sopir.

"T-t-tidak, Pak. T-t-terima kasih!" teriakku sambil buru-buru meninggalkan angkot tersebut diikuti oleh Bondan dan Arini.

BERSAMBUNG

Tahu isi tahu rasa

Kita biasa karena terbiasa

Selamat menunaikan ibadah puasa

Maaf, pengundiannya nunggu waktu leluasa

Terpopuler

Comments

Tantina Wyvaldia

Tantina Wyvaldia

wuiiiii sereeeeem jg cerita nya, padahal masih di awal

2024-04-21

0

Ciciajadeh Ciciajadeh

Ciciajadeh Ciciajadeh

sabar Buuu....

2023-12-16

0

Ciciajadeh Ciciajadeh

Ciciajadeh Ciciajadeh

mungkin karena harus hati2 dengan orang baru..jadi ngga bisa langsung percaya gitu

2023-12-16

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 BAB 1 TEMAN PERTAMA
3 BAB 2 GADIS TOMBOY
4 BAB 3 SIAPA DIA
5 BAB 4 LORONG RUMAH SAKIT
6 BAB 5 KAMAR MAYAT
7 BAB 6 SEBUAH PESAN
8 BAB 7 TERJEBAK
9 BAB 8 TOLOOONG
10 BAB 9 TERNYATA
11 BAB 10 SEBUAH MISTERI
12 BAB 11 SEBUAH FAKTA
13 BAB 12 RUANGAN KECIL
14 BAB 13 ADA SESUATU
15 BAB 14 SATPAM
16 BAB 15 SEBUAH RASA
17 BAB 16 SEBUAH PETUNJUK
18 BAB 17 DAERAH TERLARANG
19 BAB 18 PARTNER BARU
20 BAB 19 PETUGAS PERPUSTAKAAN
21 BAB 20 INFORMASI BERHARGA
22 BAB 21 TANDA DARI ALAM GHAIB
23 BAB 22 TERNYATA
24 BAB 23 DIGANGGU
25 BAB 24 MENCARI PETUNJUK
26 BAB 25 KEJUTAN
27 BAB 26 : MIE AYAM
28 BAB 27 : TAK SENGAJA
29 BAB 28 JALAN MAWAR
30 BAB 29 GAGAL?
31 BAB 30 TAKUT
32 BAB 31 DITEROR
33 BAB 32 PEREMPUAN MISTERIUS
34 Bab 33 Perempuan Berpayung
35 BAB 34 KISAH MBAH NUR
36 BAB 35 TAK DIANGGAP
37 BAB 36 KENANGAN MASA KECIL
38 BAB 37 PENAMPAKAN
39 BAB 38 PERBEDAAN PENDAPAT
40 BAB 39 DOKUMEN LAMA
41 BAB 40 KEPALA SEKOLAH
42 BAB 41 LANTAI KEDUA
43 BAB 42 RUANG RAHASIA
44 BAB 43 TAK DISANGKA
45 BAB 44 TERDESAK
46 BAB 45 TAKUT
47 BAB 46 ALIBI
48 BAB 47 BUKU PEGAWAI
49 BAB 48 TETANGGA
50 BAB 49 ANAK PUNGUT
51 BAB 50 SIRNA
52 BAB 51 GUBUK
53 BAB 52 PERSAHABATAN?
54 BAB 53 THE GENGS
55 BAB 54 WAWANCARA
56 BAB 55 DISKUSI
57 BAB 56 KAKAK BERADIK
58 BAB 57 PENCARIAN
59 BAB 58 : BAU BUSUK
60 BAB 59 : BERBEDA
61 BAB 60 : TAK DISANGKA
62 BAB 61 MENYAMPAIKAN INFO
63 BAB 62 BERHATI-HATI
64 BAB 63 TANGKAP
65 BAB 64 : RENCANA
66 BAB 65 EMOSI
67 BAB 66 : MENJAGA LILIN
68 BAB 67 : LUPA
69 BAB 68 : KEMENANGAN
70 BAB 69 : PENJELAJAHAN
71 BAB 70 : RASA TAKUT YANG BERBEDA
72 BAB 71 : POS KEDUA
73 BAB 72 : KAKEK MISTERIUS
74 BAB 73 : LABIRIN
75 BAB 74 : TEMPAT ASING
76 BAB 75 NYI HANUM
77 BAB 76 : RUMAH NYI SUKMA
78 BAB 77 : JATMIKO
79 BAB 78 : PERMAINAN PERTAMA
80 BAB 79 DIKEJAR WAKTU
81 BAB 80 PANIK
82 BAB 81 : JATUH
83 BAB 82 : PERJUANGAN
84 BAB 83 TERLALU SAYANG
85 BAB 82 : TANTANGAN KEDUA
86 BAB 83 : BUKAN KOLAM BIASA
87 BAB 84 : DINDA DAN RONI
88 BAB 85 : DINDA OH DINDA
89 BAB 86 : MUNCUL
90 BAB 87: JUNGKAT-JUNGKIT
91 BAB 88 : PUTARAN MAUT
92 BAB 89 : TERPEROSOK
93 BAB 90 : TERAKHIR
94 BAB 91 : GODAAN
95 BAB 92 : PERJUANGAN
96 BAB 93 : TERLALU SAYANG
97 PENUTUP SEASON PERTAMA
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Prolog
2
BAB 1 TEMAN PERTAMA
3
BAB 2 GADIS TOMBOY
4
BAB 3 SIAPA DIA
5
BAB 4 LORONG RUMAH SAKIT
6
BAB 5 KAMAR MAYAT
7
BAB 6 SEBUAH PESAN
8
BAB 7 TERJEBAK
9
BAB 8 TOLOOONG
10
BAB 9 TERNYATA
11
BAB 10 SEBUAH MISTERI
12
BAB 11 SEBUAH FAKTA
13
BAB 12 RUANGAN KECIL
14
BAB 13 ADA SESUATU
15
BAB 14 SATPAM
16
BAB 15 SEBUAH RASA
17
BAB 16 SEBUAH PETUNJUK
18
BAB 17 DAERAH TERLARANG
19
BAB 18 PARTNER BARU
20
BAB 19 PETUGAS PERPUSTAKAAN
21
BAB 20 INFORMASI BERHARGA
22
BAB 21 TANDA DARI ALAM GHAIB
23
BAB 22 TERNYATA
24
BAB 23 DIGANGGU
25
BAB 24 MENCARI PETUNJUK
26
BAB 25 KEJUTAN
27
BAB 26 : MIE AYAM
28
BAB 27 : TAK SENGAJA
29
BAB 28 JALAN MAWAR
30
BAB 29 GAGAL?
31
BAB 30 TAKUT
32
BAB 31 DITEROR
33
BAB 32 PEREMPUAN MISTERIUS
34
Bab 33 Perempuan Berpayung
35
BAB 34 KISAH MBAH NUR
36
BAB 35 TAK DIANGGAP
37
BAB 36 KENANGAN MASA KECIL
38
BAB 37 PENAMPAKAN
39
BAB 38 PERBEDAAN PENDAPAT
40
BAB 39 DOKUMEN LAMA
41
BAB 40 KEPALA SEKOLAH
42
BAB 41 LANTAI KEDUA
43
BAB 42 RUANG RAHASIA
44
BAB 43 TAK DISANGKA
45
BAB 44 TERDESAK
46
BAB 45 TAKUT
47
BAB 46 ALIBI
48
BAB 47 BUKU PEGAWAI
49
BAB 48 TETANGGA
50
BAB 49 ANAK PUNGUT
51
BAB 50 SIRNA
52
BAB 51 GUBUK
53
BAB 52 PERSAHABATAN?
54
BAB 53 THE GENGS
55
BAB 54 WAWANCARA
56
BAB 55 DISKUSI
57
BAB 56 KAKAK BERADIK
58
BAB 57 PENCARIAN
59
BAB 58 : BAU BUSUK
60
BAB 59 : BERBEDA
61
BAB 60 : TAK DISANGKA
62
BAB 61 MENYAMPAIKAN INFO
63
BAB 62 BERHATI-HATI
64
BAB 63 TANGKAP
65
BAB 64 : RENCANA
66
BAB 65 EMOSI
67
BAB 66 : MENJAGA LILIN
68
BAB 67 : LUPA
69
BAB 68 : KEMENANGAN
70
BAB 69 : PENJELAJAHAN
71
BAB 70 : RASA TAKUT YANG BERBEDA
72
BAB 71 : POS KEDUA
73
BAB 72 : KAKEK MISTERIUS
74
BAB 73 : LABIRIN
75
BAB 74 : TEMPAT ASING
76
BAB 75 NYI HANUM
77
BAB 76 : RUMAH NYI SUKMA
78
BAB 77 : JATMIKO
79
BAB 78 : PERMAINAN PERTAMA
80
BAB 79 DIKEJAR WAKTU
81
BAB 80 PANIK
82
BAB 81 : JATUH
83
BAB 82 : PERJUANGAN
84
BAB 83 TERLALU SAYANG
85
BAB 82 : TANTANGAN KEDUA
86
BAB 83 : BUKAN KOLAM BIASA
87
BAB 84 : DINDA DAN RONI
88
BAB 85 : DINDA OH DINDA
89
BAB 86 : MUNCUL
90
BAB 87: JUNGKAT-JUNGKIT
91
BAB 88 : PUTARAN MAUT
92
BAB 89 : TERPEROSOK
93
BAB 90 : TERAKHIR
94
BAB 91 : GODAAN
95
BAB 92 : PERJUANGAN
96
BAB 93 : TERLALU SAYANG
97
PENUTUP SEASON PERTAMA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!